tawadhu | Saturday, January 01, 2005
Sikap merendah tanpa menghinakan diri merupakan sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan seluruh makhluk-Nya. Sudahkah kita memilikinya?
Merendahkan diri tawadhu adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Setiap orang yang mencintai sifat ini sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Sifat terpuji ini mencakup dan mengandung banyak sifat terpuji lainnya. Tawadhu adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Artinya, janganlah kamu memandang dirimu berada di atas semua orang. Atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu.
Lawan dari sifat tawadhu adalah takabbur (sombong), sifat yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Rasululllah mendefinisikan sombong dengan sabdanya:
kesombongan adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain. (Shahih, HR Muslim no. 91 dari hadits Abdullah bin Masud ra).
Jika anda mengangkat kepala di hadapan kebenaran baik dalam rangka menolaknya, atau mengingkarinya berarti anda belum tawadhu dan anda memiliki benih sifat sombong.
Tahukah anda apa yang diperbuat Allah SWT terhadap Iblis yang terkutuk? Dan apa yang diperbuat Allah kepada Firaun dan tentara-tentaranya? Kepada Qarun dengan semua anak buah dan hartanya? Dan kepada seluruh penentang para Rasul Allah? Mereka semua dibinasakan Allah SWT karena tidak memiliki sikap tawadhu dan sebaliknya justru menyombongkan dirinya.
Tawadhu di Hadapan Kebenaran Menerima dan tunduk di hadapan kebenaran sebagai perwujudan tawadhu・adalah sifat terpuji yang akan mengangkat derajat seseorang bahkan mengangkat derajat suatu kaum dan akan menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman: 年egeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi dan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Qashash:83)
Fudhail bin Iyadh ra (seorang ulama generasi tahiin) ditanya tentang tawadhu・ beliau menjawab: Ketundukan kepada kebenaran dan memasrahkan diri kepadanya serta menerima dari siapapun yang mengucapkannya.(Madarijus Salikin, 2/329).
Rasulullah saw bersabda: 乃idak akan berkurang harta yang dishadaqahkan dan Allah tidak akan menambah bagi seorang hamba yang pemaaf melainkan kemuliaan dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan akan Allah angkat derajatnya. (Shahih, HR Muslim, no. 556 dari shahabat Abu Hurairah ra)
Ibnul Qayyim ra dalam kitab Madarijus Salikin (2/333) berkata: barangsiapa yang angkuh untuk tunduk kepada kebenaran walaupun datang dari anak kecil atau orang yang dimarahinya atau yang memusuhinya maka kesombongan orang tersebut hanyalah kesombongan kepada Allah karena Allah adalah Al-Haq, ucapannya haq, agamanya haq. Al-Haq datangnya dari Allah dan kepada-Nya akan kembali. Barangsiapa menyombongkan diri untuk menerima kebenaran berarti dia menolak segala yang datang dari Allah dan menyombongkan diri di hadapan-Nya.
Perintah untuk Tawadhu Dalam pembahasan masalah akhlak, kita selalu terkait dan bersandar kepada firman Allah SWT: Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasul teladang yang baik. (Al Ahzab:21)
Dalam hal ini banyak ayat yang memerintahkan kepada beliau untuk tawadhu・ tentu juga perintah tersebut untuk umatnya dalam rangka meneladani beliau. Allah SWT berfirman: Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimi yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu誕ra:215)
Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri sehingga seseorang tidak menyombongkan diri atas yang lain dan tidak berbuat zhalim atas yang lain.(Shahih, HR Muslim no 2588).
Demikianlah Rasulullah saw menginngatkan kepada kita bahwa tawadhu itu sebagai sebab tersebarnya persatuan dan persamaan derajat, keadilan dan kebaikan di tengah-tengah manusia sebagaimana sifat sombong akan melahirkan keangkuhan yang mengakibatkan memperlakukan orang lain dengan kesombongan.
Jenis-jenis tawadhu Telah dibahas oleh para ulama sifat tawadhu dalam karya-karya mereka, baik dalam bentuk penggabungan dengan pembahasan yang lain atau menyendirikan pembahasannya. Di antara mereka ada yang membagi tawadhu menjadi dua:
1. Tawadhu yang terpuji yaitu ke-tawadhu an seseorang kepada Allah dan tidak mengangkat diri di hadapan hamba-hamba Allah. 2. Tawadhu yang dibenci yaitu tawadhunya seseorang kepada pemilik dunia karena menginginkan dunia yang ada di sisinya. (Bahjatun Nazhirin, 1/657).
Wallahualam.
Rujukan: [link]
*************************
Created at 3:07 PM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] October 2005[x]
|
|