<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9752792\x26blogName\x3dRukun+Iman+%26+Islam\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://cintaku-rim.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://cintaku-rim.blogspot.com/\x26vt\x3d4973526943982514775', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

Kafir | Friday, January 21, 2005


Berhati-hati Dengan Pengkafiran

Deringan suara pedang demikian deras. Tiba-tiba seorang sahabat menjatuhkan lawannya dari kubu kafir ke atas tanah Tanpa sangka-sangka, tiba-tiba saja sang kafir berucap "Laa ilaaha illallah-Muhammadan Rasulullah". Sang sahabat berfikir, apa yang diucapkannya itu adalah kebohongan semata. Maka pedangnya pun melebat menebas leher musuhnya tadi. Ia pun meninggal dengan ucapan terakhir "Kalimah Laa ilaaha illallah-Muhammadan Rasulullah".

Mendengar kejadian tersebut, Rasulullah SAW memanggil sahabat yang mulia itu. Seorang sahabat yang dikenal kekentalan iman dan loyalitasnya terhadap kebenaran dan pembawanya (Rasulullah SAW). Begitu mendekat, beliau menanyakan: "Apa gerangan yang menjadikan kamu membunuhnya?" Dengan hati yang mantap dijawabnya: "Ia mengucapkan itu karena ketakutan ya Raulullah". Namun Rasulullah kembali menanyakan dengan suatu ungkapan yang tak perlu dijawab karena sekaligus merupakan jawaban (Suaal istifhami): "Hal syaqaqta min qalbih?" (Apakah anda telah membuka hatinya?). Mendengar itu, sang sahabat agung terdiam seribu bahasa. Serentak ia berkata kepada rekan-rekannya: "Rasanya saya baru saja masuk Islam".

Kata kafir dalam bahasa Arab berasala dari "kafara-yakfuru-kufran" yang berarti "menutupi". Peribadatan yang dilakukan karena suatu pelanggaran dalam peribadatan itu sendiri disebut kaffarat. Misalnya "Puasa kaffarah" dll. Sementara itu, dalam bahasa Arab para petani, selain kata "fallah" juga disebut dengan istilah "kuffar" sebagaimana dalam S. Muhammad (Yu'jibuzzurra' al kuffar), karena mereka dikenal menutupi benih tanaman yang diharapkan tumbuh dan memberikan buah-buah segar bagi kelangsungan manusia. Dan banyak lagi contoh-contoh yang lain.

Dengan demikian, pengingkar kebenaran dinamakan kafir, karena secara prinsip mereka menutupi kebenaran yang seharusnya tumbuh subur dan memberikan buah-buah segar dalam kehiduapn manusia. Benih kebenaran ini dikebal dengan istilah "Syajarah Thayyibah" dalam S. Ibrahim. "Wa matsalu kalimatin thayyibatin ka syajaratin thayyibatin ashluha tsaabitun wa far'uha fissama tu'ti ukulaha kulla hiinin biidzni Rabbiha". (Perumpamaan kalimah thayyibah seperti pohon yang bagus. Akarnya menghunjam ke dalam tanah dan cabang-cabangnya mencakar langit. Memberikan buahnya setiap saat dengan izin Tuhannya".

Dengan demikian, keimanan atau fitrah manusia seharusnya tumbuh subur, yang setiap saat buahnya dirasakan oleh manusia. Buah keimanan ini akan dirasakan oleh semua pihak, tidak mengenal batas dan lintas golongan maupun teritorial dalam hubungan internasional "Laa syarqiyah wa laa gharbiyyah" (tidak hanya timur, dan hanya pula barat). Semua kalangan, tan discriminasi kulit, suku, bangsa, dan bahkan agama sekalipun. Konsep ini tentunya membawa pula kita kepada konsep-konsep manusia yang lain, apakah sosialisme, kapitalisme, dst.

Hanya saja, bahwa dalam kenyataannya banyak manusia yang menutupi keberadaan benih-benih kebenaran tersebut. Mereka ingkar, mereka mendustai, mereka mengaburkan, serta melakukan berbagai upaya sehingga kebenaran tersebut tidak nampak ke permukaan bumi ini. Manusia yang melakukan inilah disebut sebagai manusia yang kafir atau penimbung kebenaran. Dengan kata lain, kaum kafir sesungguhnya bukan tidak memiliki kebenaran dalam dirinya, karena kebenaran atau fitrah dalam diri setiap insan itu abadi sifatnya "Fitratallah al ladzi fatarannasa 'alaeha, laa tabdiila likhalqillah" (Itulah fitrah, yang di aatasnya diciptakan setiap insan. Fitrah itu tidak mungkin terubah) (Rum:30). Yang terjadi kemudian adalah "kufrun" atau upaya-upaya untuk menutupi kebenaran Ilahi agar tidak tampil ke atas permukaan bumi.

Macam-macam Kekafiran

Merujuk ke berbagai ayat maupun hadits, disimpulkan bahwa kekafiran terbagi kepada dua bagian, yaitu kufrun I'tiqaadi dan kufrun 'amali.

Pertama, "kurfrun I'tikaadi" adalah penyembunyian atau pengingkaran dalam hal keimanan (akidah) terhadapa kebenaran yang datang dari Allah. Inilah yang diungkapkan misalnya oleh Allah di S. Albaqarah: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir adalah sama bagi mereka, apakah kamu memberikan petunjuk kepada mereka atau tidak, mereka tidak akan beriman" (Al Baqarah:6). Mereka memang secara imani atau I'tikadi menyembunyikan apa yang sesungguhnya sesuai dengan fitrah atau nurani (mungkin diistilahkan hati kecil)nya itu sendiri.

Pengingkaran tersebut dapat dirasakan oleh mereka sendiri, atau memang tidak dirasakan sebagai suatu pengingkaran. Para pembesar qurays ketika itu sadar dan bahkan dalam hati kecilnya insaf (mengakui kebenaran) yang dibawa Muhammad SAW. Namun karena "gengsi" yang disebabkan oleh "kesombongan" mereka terpaksan mengatakan "tidak". Sebaliknya, Fir'aun betul-betul tidak menyadari lagi "nurani"nya saat itu. Ini disebabkan karena "fitrah" yang bersemayam dalam hatinya itu telah terkungkung oleh jiwa keangkuhan yang berlebihan. Sehingga ketika Musa dan harun datang kepadanya, mengajaknya kepada penyembahan Ilahi, ia berkata: "Wa maa rabbukuma ya muusa wa haaruun" (Siapa sih Tuhanmu wahai Musa dan harun?"

Namun ketidak sadaran Fir'aun itu menjadi alam kesadaran pada saat jiwa kesombongannya mencair oleh situasi alam sekitarnya. Pada saat ia tenggelam di laut merah, tak seorang pun yang mampu menolongnya, termasuk dirinya sendiri walau mengaku tuhan, ia pun menjerit dan berucap: "Al aana amantu birabbil 'alamiin, Rabbi Musa wa harun" (Sekarang saya beriman kepada Tuhan semesta alam, Tuhannya Musa dan harun". Ia mengakui Allah, walaupun masih dengan ungkapan kesombongan, seolah Allah hanya Tuhannya Musa dan Harun saja.

Kelompok lain dari kategori kufur pertama ini adalah mereka yang hipokrit (munafik). Mereka, kendati memperlihatkan amalan-amalan imani dan islami, namun secara imani atau I'tikadi menolak kebenaran tersebut. Kelompok manusia seperti ini, jika ditinjau dari sudut pandang strategi perjuangan justeru lebih berbahaya. Oleh sebab itu, wajar saja jika S. Albaqarah yang turun dalam konteks perjuangan Rasulullah SAW menegakkan "Islamic Society" secara panjang lebar menceritakan kriteri mereka ini.

Kedua, "kufrun 'amali" adalah menyembunyikan kebenaran dalam perbuatan, tapi secara imani menerimanya sebagai kebenaran. Oleh para ulama, disimpulkan bahwa siapa saja yang pernah mengucapkan "kalimah Thayyibah" (Laa ilaaha Illallah-Muhammadan rasulullah) dengan ikhlas, sungguh-sungguh dalam pengucapannya, lalu kemudian terjerumus dalam perilaku yang bertentangan dengan ucapannya itu, maka ia masuk dalam kategori "Kufrun 'amali". Namun dengan satu catatan bahwa keterjerumusannya dalam suatu tindakan yang bertentangan dengan islam tidaklah menyentuh daerah keyakinannya.

Sebagai misal, di dalam ayat disebutkan bahwa: "Waman yaqtul Mu'minan muta'ammidan, fajazaauhu jahannam khaalidanÉdst" (An Nisa: 93) Artinya: "Barangsiapa yang membunuh mu'min dengan sengaja maka balasannya adalah jahannam, kekal di dalamnya dstÉ".

Konteks ayat di atas adalah pembicaraan mengenai hukum-hukum hubungan antar Muslim. Dengan demikian, yang dimaksud pembunuh pada ayat itu adalah Muslim. Masalahnya adalah apakah makna dari kekal dalam jahannam? Bukankah dalam haditsnya, Rasulullah SAW pernah mensabdakan: "Man Qaala Laa ilaah illaLLah Mukhlisan min qalbih dakhalal Jannah" (Siapa yang mengucapkan Laa ilaah illallah ikhlas dari hatinya, akan masuk ke dalam Syurga). Lalu bagaimana seorang yang membunuh sesama Muslim tapi pernah mengucapkannya dengan ikhlas? Apakah arti mengucapkan Laa ilaah illallah dengan ikhlas menytransfer manusia menjadi malaikat sehingga tidak lagi berbuat salah?

Para Ulama menyimpulkan bahwa hadits tidak dimaksudkan bahwa jika seseorang mengucapkannya dengan ikhlas lalu tidak akan lagi terjerumus ke dalam kesalahan-kesalahan. Bukankah kesalahan itu sendiri adalah ciri khusus yang tidak terpisahkan dari hidup manusia? Bakan terkadang menjadi ciri ketakwaan, asal saja diikuti dengan "pengakuan dan permohonan ampun" (Dan orang-orang yang jika melakukan kekejian atau menzalimi diri mereka sendiri, mereka ingat Allah dan mereka beristghfar memohon ampunan untuk dosa-dosa mereka).

Pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman terhadap sesama Mu'min, selama tidak diyakini bahwa membunuh itu adalah "halal" dianggap sebagai "kabirah" atau dosa besar. Jika dalam kehidupannya tidak segera disusuli dengan "Taubat" maka jelas kata Allah, akibatnya adalah Jahannam kekal di dalamnya. Kekal di sini adalah kekal dalam arti waktu yang cukup lama. Sebagaimana Allah berfirman: "Khaalidiina fiiha ahqaaba" (mereka kekal di dalamnya dalam beberapa fase yang lama) (An Naba). Artinya kekalnya seorang pendosa Muslim pasti berbeda dengan kekalnya seorang yang memang secara "I'tiqaad" tidak beriman. Sebab jika sama, lalu di mana kita dudukkan sifat Allah yang Maha Adil?

Tentu banyak contoh yang dapat kita ajukan. Namun kesimpulan yang akan diambil adalah bahwa kekafiran itu ada dua macamnya. Justeru kita harus berhati-hati melabelkan kekafiran kepada sesama Muslim, terlepas dari perilaku yang dialkukannya. Karena sesungguhnya hati dan nuraninya hanya dia dan Allah yang tahu. Maka kalau kita kembali kepada cerita di awal tulisan ini, memang seharusnya kita berhati-hati. Jangan-jangan kita mengkafirkan seseorang, padahal dalam dirinya masih terbersit serpihan iman sekecil apapun. Jika ini terjadi, maka sesungguhnya kita sudah melakukan pelanggaran ketuhanan, sebab hak menilai iman dan kafirnya seseorang hanyalah hak Allah Yang Maha Tahu. Wallahu a'lam!

M. Syamsi Ali
New York.

*************************
Created at 10:45 AM
*************************

PUTERI-PUTERI TELADAN DALAM ISLAM ( 6 ) | Sunday, January 16, 2005


Fatimah binti Muhammad SAW

Fatimah adalah "ibu dari ayahnya." Dia adalah puteri yang
mulia dari dua pihak, yaitu puteri pemimpin para makhluq Rasulullah
SAW, Abil Qasim, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim.
Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada
ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlaq, adab,
hasab dan nasab.

Fatimah lebih muda dari Zainab, isteri Abil Ash bin Rabi' dan
Ruqayyah, isteri Utsman bin Affan. Juga dia lebih muda dari Ummu Kul-
tsum. Dia adalah anak yang paling dicintai Nabi SAW sehingga beliau
bersabda :"Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga
menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku." [Ibnul
Abdil Barr dalam "Al-Istii'aab"]

Sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghuni
syurga yang paling utama, puteri kekasih Robbil'aalamiin, dan ibu dari
Al-Hasan dan Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata :"Keturunan Zainab
telah tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti
Fatimah dan suaminya serta kedua puteranya dengan pakaian seraya ber-
kata :"Ya, Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah
dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya." ["Siyar
A'laamin Nubala', juz 2, halaman 88]

Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :"Datang Fatimah kepada
Nabi SAW meminta pelayan kepadanya. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya :
"Ucapkanlah :"Wahai Allah, Tuhan pemilik bumi dan Arsy yang agung.
Wahai, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu yang menurunkan Taurat,
Injil dan Furqan, yang membelah biji dan benih. Aku berlindung kepada-
Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau kuasai nyawanya. Engkau-
lah awal dan tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau-lah yang akhir dan tiada
sesuatu di atas-Mu. Engkau-lah yang batin dan tiada sesuatu di bawah-
Mu. Lunaskanlah utangku dan cukupkan aku dari kekurangan." (HR. Tirmidzi)

Inilah Fatimah binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri
dan menanggung berbagai beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa
ketika kaum Musyrikin telah meninggalkan medan perang Uhud, wanita-
wanita sahabah keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin.
Di antara mereka yang keluar terdapat Fatimah. Ketika bertemu Nabi SAW,
Fatimah memeluk dan mencuci luka-lukanydengan air, sehingga darah
semakin banyak yangk keluar. Tatkala Fatimah melihat hal itu, dia
mengambil sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka
itu sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar." (HR. Syaikha dan
Tirmidzi) Dalam kancah pertarungan yang dialami ut kita, tampaklah
peranan puteri Muslim supaya menjadi teladan yang baik bagi pemudi
Muslim masa kini.

Pemimpin wanita penghuni Syurga Fatimah Az-Zahra', puteri Nabi
SAW, di tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung
yang besar, tetapi bekerja di antara tikaman-tikaman tombak dan pukulan-
pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum Muslimin untuk
menyampaikan makanan, obat dan air bagi para prajurit. Inilah gambaran
lain dari pute sebaik-baik makhluk yang kami persembahkan kepadada para
pengantin masa kini yang membebani para suami dengan tugas yang tidak
dapat dipenuhi.

Ali r.a. berkata :"Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak
mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu
malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari.
Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Ketika Rasulullah SAW
menikahkannya (Fatimah), belmengirimkannya (unta itu) bersama satu
lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua alat penggiling gandum,
sebuah timba dan dua kendi. Fatimah menggunakan alat penggiling gandum
itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit)
berisi air hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu
bajunya dan menyalakan api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah
dia, Az-Zahra', ibu kedua cucu Rasulullah SAW :Al-Hasan dan Al-Husein.

Fatimah selalu berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan
bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam hatinya yang
penyayang. Dunia selalu mengingat Fatimah, "ibu ayahnya, Muhammad", Al-
Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra' (yang ce-
merlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan menjauhi
keduniaan. Setiap merasa lapar, dia selalu sujud, dan setiap merasa payah,
dia selalu berdzikir. Imam Muslim menceritakan kepada kita tentang keuta-
maan-keutamaannya dan meriwayatkan dari Aisyah' r.a. dia berkata :

"Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu
datang Fatimah r.a. sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan
Rasulullah SAW. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya
berkata :"Selamat datang, puteriku." Kemudian beliau mendudukkannya di
sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah
menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW ber-
bisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum. Setelah itu
aku berkata kepada Fatimah :Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara
khusus di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!" Ketika Nabi
SAW pergi, aku bertanya kepadanya :"Apa yang dikatakan Rasulullah SAW
kepadamu ?" Fatimah menjawab :"Aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasul
Allah SAW." Aisyah berkata :"Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata
kepadanya :"Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah
kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?" Fatimah pun
menjawab :"Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali
kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa
bacaannya terhadap Al Qur'an sekali dalam setahun, dan sekarang dia
memerika bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah
kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahului-
mu." Fatimah berkata :"Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau
lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku,
dan berkata :"Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin
wanita-wanita kaum Mu'min atau ummat ini ?" Fatimah berkata :"Maka aku
pun tertawa seperti yang engkau lihat."

Inilah dia, Fatimah Az-Zahra'. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi
mulia dan terhormat. Dia telah menggiling gandum dengan alat penggiling
hingg berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah hingga
berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu rumahnya hingg berdebu bajunya.
Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan pekerjaan di luar. Dia ber-
kata kepada ibunya, Fatimah binti Asad bin Hasyim :"Bantulah pekerjaan
puteri Rasulullah SAW di luar dan mengambil air, sedangkan dia akan men-
cupimu bekerja di dalam rumah :yaitu membuat adonan tepung, membuat roti
dan menggiling gandum."

Tatkala suaminya, Ali, mengetahui banyak hamba sahaya telah
datang kepada Nabi SAW, Ali berkata kepada Fatimah, "Alangkah baiknya
bila engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya." Kemudian
Fatimah datang kepada Nabi SAW. Maka beliau bertanya kepadanya :"Apa
sebabnya engkau datang, wahai anakku ?" Fatimah menjawab :"Aku datang
untuk memberi salam kepadamu." Fatimah merasa malu untuk meminta kepadanya,
lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya :
"Apakah keperluanmu ?" Fatimah diam.

Ali r.a. lalu berkata :"Aku akan menceritakannya kepada Anda,
wahai Rasululllah. Fatimah menggiling gandum dengan alat penggiling
hingga melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga
berbekas di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepada Anda, aku me-
nyuruhnya agar menemui dan meminta pelayan dari Anda, yang bisa mem-
bantunya guna meringankan bebannya."

Kemudian Nabi SAW bersabda :"Demi Allah, aku tidak akan memberikan
pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni Shuffah
merasakan kelaparan. Aku tidak punya uang untuk nafkah mereka, tetapi aku
jual hamba sahaya itu dan uangnya aku gunakan untuk nafkah mereka."

Maka kedua orang itu pulang. Kemudian Nabi SAW datang kepada mereka
ketika keduanya telah memasuki selimutnya. Apabila keduanya menutupi kepala,
tampak kaki-kaki mereka, dan apabila menuti kaki, tampak kepala-kepala
mereka. Kemudian mereka berdiri. Nabi SAW bersabda :"Tetaplah di tempat
tidur kalian. Maukah kuberitahukan kepada kalian yang lebih baik daripada
apa yang kalian minta dariku ?" Keduanya menjawab :"Iya." Nabi SAW bersabda:
"Kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucap-
kan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali
dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah
33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali."

Dalam mendidik kedua anaknya, Fatimah memberi contoh : Adalah
Fatimah menimang-nimang anaknya, Al-Husein seraya melagukan :"Anakku
ini mirip Nabi, tidak mirip dengan Ali."

Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika
ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata :
"Aduh, susahnya Ayah !" Nabi SAW menjawab :"Tiada kesusahan atas Ayahanda
sesudah hari ini." Tatkala ayahandanya wafat, Fatimah berkata :"Wahai,
Ayah, dia telah memenuhi panggilang Tuhannya. Wahai, Ayah, di surfa Firdaus
tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya."

Fatimah telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam
Shahihain diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukhari
dan Muslim dalam riwayat Aisyah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmi-
dzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud. Ibnul Jauzi berkata :"Kami tidak mengetahui
seorang pun di antara puteri-puteri Rasulullah SAW yang lebih banyak me-
riwayatkan darinya selain Fatimah."

Fatimah pernah mengeluh kepada Asma' binti Umais tentang tubuh
yang kurus. Dia berkata :"Dapatkah engkau menutupi aku dengan sesuatu ?"
Asma' menjawab :"Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita
dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki usungan." Maka Fatimah menyuruh
membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat. Fatimah melihat keranda
itu, maka dia berkata :"Kalian telah menutupi aku, semoga Allah menutupi
aurat kalian." [Imam Adz-Dzhabi telah meriwayatkan dalam "Siyar A'laamin
Nubala'. Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said ...dari Ummi Ja'far]

Ibnu Abdil Barr berkata :"Fatimah adalah orang pertama yang
dimasukkan ke keranda pada masa Islam." Dia dimandikan oleh Ali dan
Asma', sedang Asma' tidak mengizinkan seorang pun masuk. Ali r.a.
berdiri di kuburnya dan berkata :

Setiap dua teman bertemu tentu
akan berpisah
dan semua yang di luar kematian
adalah sedikit kehilangan satu demi satu
adalah bukti bahwa teman itu
tidak kekal

Semoga Allah SWT meridhoinya. Dia telah memenuhi pendengaran,
mata dan hati. Dia adalah 'ibu dari ayahnya', orang yang paling erat
hubungannya dengan Nabi SAW dan paling menyayanginya. Ketika Nabi SAW
terluka dalam Perang Uhud, dia keluar bersama wanita-wanita dari Madinah
menyambutnya agar hatinya tenang. Ketika melihat luka-lukanya, Fatimah
langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya, kemudian mengambil air
dan membasuh mukanya.

Betapa indah situasi di mana hati Muhammad SAW berdenyut
menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan-akan
kulihat Az-Zahra' a.s. berlinang air mata dan berdenyut hatinya
dengan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra',
puteri Nabi SAW, puteri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika
keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat Ummu
Sulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu'minin r.a. dan mengangkut
air dalam sebuah qirbah dan bekal di atas punggungnya untuk memberi
makan kaum Mu'minin yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT.

Semoga kita semua, kaum Muslimah, bisa meneladani para wanita mulia
tersebut. Amiin yaa Robbal'aalamiin.


Wallahu a'lam bishowab.

*************************
Created at 6:27 AM
*************************

IBU-IBU TELADAN DALAM ISLAM ( 5 ) | Saturday, January 15, 2005


IBU-IBU TELADAN DALAM ISLAM

Halimah As-Sa'diyah, Ibu yang Menyusui Pemimpin Manusia

Semua orang yang mengenang kembali peristiwa-peristiwa
dalam Siirah Nabawiyah tentu akan teringat akan Halimah As-Sa'diyah.
Dia adalah seorang wanita yang berkarakter baik, berakhlak bagus
dan berhati lembut.

Allah SWT telah memilihnya untuk menjadi ibu yang menyusui
bagi pemimpin manusia. Halimah yang datang bersama wanita-wanita
bani Sa'ad tidak menemukan selain anak yatim, cucu Abdul Muththalib
untuk menyusuinya.

Halimah berasal dari bani Asad bin Bakr, suku Hawazin dan
berakhir pada Qais 'Ailan. Andaikata dia bukan seorang wanita mulia
dan tidak berakhlak lurus serta tidak berhati lembut, niscaya Abdul
Muththalib tidak akan menyerahkan kedua cucunya, Muhammad dan Abu
Sufyan untuk disusui oleh Halimah.

Muhammad tinggal dengannya selama 4 tahun dan Halimah pun
mendidiknya dengan akhlak Arab, yaitu kehormatan diri, keberanian,
berkata benar, dan bersifat jujur. Kemudian Halimah mengembalikan
kepada keluarganya ketika Muhammad berusia 5 tahun lebih sebulan
setelah dia dan keluarganya dipenuhi berkah dari anak yatim ini.

Nabi SAW sangat mencintai ibu yang menyusuinya itu, sehingga
ketika seorang wanita bani Sa'ad mengabarinya bahwa Halimah telah
wafat, beliau menangis. Kemudian pembawa kabar itu berkata : "Kedua
saudara laki-laki dan perempuan engkau dalam kekurangan." Maka Nabi
SAW mengirimkan kepada mereka barang-barang yang dibutuhkan. Pembawa
kabar itu berkata pula :"Demi Allah, engkau adalah sebaik-baik anak
yang dipelihara di waktu kecil dan sebaik-baik orang dewasa yang
besar berkahnya."

Tidak diragukan lagi, bahwa berbagai kenangan itu mengemba-
likan beliau pada hari-harinya yang pertama. Beliau ingat masa
kanak-kanaknya, kasih sayang ibu yang menyusuinya dan kerukunan
dengan saudara-saudara laki-laki dan perempuannya. Halimah As-Sa'di-
yah telah memeliharanya di waktu kecil dan tidaklah diragukan bahwa
Halimah meninggalkan pengaruh yang dalam pada jiwanya. Ketika men-
dengar namanya disebut dalam hati beliau yang peka, maka berlinanglah
air mata Nabi SAW.

Kepada setiap wanita yang memelihara anak yatim dengan
sentuhan penuh kasih sayang, kata-kata yang menyenangkan hati
atau senyuman yang mengobati jiwa, kami persembahkan kisah
Halimah As-Sa'diyah dan imbalan yang diberikan Allah kepadanya
berupa rezeki dan kebaikan serta pahala yang besar.

Kepada semua anak dari penyusuan, kami kemukakan hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Abu Ya'la dan lainnya, dari
jalan Ammaroh bin Tsauban, dari Thufail -bahwa Nabi SAW sedang
membagikan daging di Ji'ranah. Kemudian datang seorang wanita
dari dusun. Ketika mendekat kepada Nabi SAW, beliau menggelar
selendangnya bagi wanita itu. Kemudian wanita itu duduk di atasnya.
Maka aku berkata :"Siapa wanita itu ?" Dan orang-orang pun menja-
wabnya : "Dia adalah ibu yang menyusuinya." [ al-Ishaabah, juz 7]

******************

*************************
Created at 9:42 AM
*************************

Ummu Aiman, Pengasuh Rasulullah SAW


Adakalanya anak yatim mendapatkan ganti pada selain ibunya,
berupa kasih sayang dan pemeliharaan, sebagaimana dilakukan oleh
Ummu Aiman. Berikut ini adalah kisahnya dari awal hingga akhir.


Ketika itu penduduk Mekkah sedang merayakan kemenangan
terhadap tentara Gajah, sementara Aminah binti Wahb lebih suka
mengasingkan diri dan tinggal sendirian. Dia ingin berbahagia dengan
janin yang dirasakannya dalam kandungan. Akan tetapi, dia segera
teringat suaminya yang tidak ikut merasakan kebahagiaan dengan
kenikmatan tersebut.


Akan tetapi, cahaya yang dilihatnya telah memenuhi seluruh
anggota tubuhnya berupa pancaran, kejernihan serta kebahagiaan
dan membuat dia lupa akan penderitaan yang dialaminya. Allah SWT
telah menimbulkan simpati di dalam hati orang-orang yang dipenuhi
cinta dan kasih sayang terhadap anak yatim yang kemudian dilahirkan
Aminah itu.


Oleh karena itu, sahaya perempuan dari Habasyah yang telah
diwarisi anak yatim dari ayahnya yang telah tiada, begitu melihatnya,
Allah memasukkan rasa cinta dan kasih sayang ke dalam hatinya kepada
anak yatim itu, sehingga dia menyukainya. Maka, sahaya itu mengasuh
dan menyayangi serta mengutamakannya dengan tambahan cinta dan keba-
jikan serta kasih sayang yang biasa memenuhi hati para ibu. Hal itu
berlangsung hingga datang wanita yang menyusuinya ke Mekkah, lalu
mengambil anak yatim itu (Nabi Muhammad SAW) dari asuhannya dan asuhan
ibunya, kemudian membawanya ke dusun. Ummu Aiman bersabar atas keper-
gian dan perpisahan ini.


Setelah itu, bayi yang sudah mulai tumbuh itu kembali dari
dusun ke Mekkah, kepada ibu dan pengasuhnya untuk menikmati kasih
sayang dan pemeliharaan mereka berdua. Lalu ibu anak itu membawanya
ke Yatsrib untuk menziarahi saudara-saudara ibunya dari Bani Najjar.
Pengasuh itu ikut pula bersama mereka berdua, dan anak ini pun bisa
menikmati kasih sayang dari kedua hati yang mulia itu.


Setelah ibu dan anak itu berziarah ke makam ayah anak yatim
itu, dia pun kembali bersama kedua ibunya yang mulia ke kampung hala-
mannya, Mekkah. Akan tetapi, belum begitu jauh anak itu dari Yatsrib,
sang ibu jatuh sakit, sebagaimana yang dulu menimpa ayahnya sebelum
sampai ke Mekkah. Tatkala anak itu tiba di Abwa', datanglah kematian
merenggut ibunya, sebagaimana ia telah merenggut ayahnya.


Maka anak itu menjadi yatim piatu sebagaimana dikehendaki
Allah. Dia telah kehilangan ibu dan ayahnya. Sekarang tinggallah
dia bersama pengasuhnya. Lalu dibawanya kepada kakek dan paman-paman-
nya seorang diri, dipelihara oleh hatinya yang mulia. Sejak waktu
itu, Ummu Aiman menjadi ibu dari anak itu. Dia memeliharanya ketika
bayi dan remaja hingga memasuki usia dewasa dan berkeluarga. Maka
Muhammad SAW membebaskan dan mengembalikan haknya yang penuh dalam
kehidupan yang mulia.


Ummu Aiman menikah dengan seorang laki-laki penduduk Yatsrib
yang bermukim di Mekkah dan mempunyai anak laki-laki yang diberi
nama Aiman. Mereka sempat pindah ke Yatsrib untuk beberapa lamanya,
tapi kemudian suaminya meninggal dan dia kembali ke Mekkah bersama-
sama dengan anaknya. Anak ini dia asuh bersama-sama dengan anak yatim
yang sangat dicintainya itu (Muhammad SAW). Nabi Muhammad SAW pun tidak
lupa terhadap ibu angkatnya ini, sehingga Nabi SAW mengungkapkan
perasaannya terhadap Ummu Aiman dengan perkataan kesetiaan :
"Sesungguhnya dia (Ummu Aiman) adalah sisa dari keluargaku." [dari
Al-Waqidi, sebagaimana disebutkan dalam Al-Ishaabah].


Nabi SAW sangat berharap agar Ummu Aiman hidup dengan senang.
Maka beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya : "Barangsiapa ingin
kawin dengan wanita calon penghuni surga, hendaklah dia kawin dengan
Ummu Aiman." [Siyar A'laamin Nubala', juz 2, halaman 159] Maka segeralah
bekas sahaya beliau, Zaid, mengawini Ummu Aiman.


Ummu Aiman hijrah dari Mekkah ke Medinah untuk menyusul orang
yang paling dicintainya (Nabi SAW). Tiada yang menghiburnya di jalan
kecuali imannya. Dia tiba di Medinah dan bertemu dengan anak-anaknya
yang menyambut dan menyayanginya. Dia habiskan hari-harinya bersama
Nabi SAW di Madinah dan nyaris tidak pernah meninggalkannya.


Dalam perang Uhud, dia mengedarkan air dan memberi minum
orang-orang yang terluka serta yang mengalami kepayahan. Ummu Aiman
juga ikut dalam perang Khaibar bersama anaknya, menolong kaum
Muslimin dan merawat mereka dengan kasih sayang.

Tatkala Nabi SAW kembali kepada Penciptanya, Ummu Aiman
menangis atas terputusnya wahyu sebab kewafatan Nabi SAW itu.
Ummu Aiman juga menyaksikan kematian Umar r.a. dan mengucapkan
perkataan :"Sekarang Islam menjadi lemah." Di awal pemerintahan
Utsman r.a., Ummu Aiman menghadap Tuhannya dalam keadaan ridho
dan diridhoi.


Inilah dia, Ummu Aiman, bekas sahaya Rasulullah SAW dan
pengasuhnya yang diwarisi dari ayahnya, lalu Nabi SAW membebaskannya
ketika beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid. Dia menikah
dengan Ubaid bin Zaid dan melahirkan anak bernama Aiman. Aiman
menjadi sahabat Nabi SAW dan terbunuh pada perang Hunain. Zaid bin
Haritsah adalah bekas sahaya Khadijah binti Khuwailid yang diberikan
kepada Rasulullah SAW lalu dibebaskan dan dinikahkannya dengan Ummu
Aiman setelah beliau menjadi Nabi. Ummu Aiman lalu melahirkan Usamah
bin Zaid. Ummu Aiman hijrah dua kali dan meriwayatkan lima hadits
dari Nabi SAW. [Thabaqat Ibnu Sa'ad, Taarikh Ath-Thabari, Shahih
Bukhari dan Al-Ishaabah oleh Ibnu Hajar]


************


*************************
Created at 9:31 AM
*************************

Arwa binti Abdul Muththalib, Bibi Rasulullah SAW, Saudara Shafiyah


Arwa binti Abdul Muththalib masuk Islam di Mekkah, dan hijrah
ke Madinah. Sebelum masuk Islam, dia mendukung Nabi SAW. Diceritakan,
bahwa putranya, Kulaib bin Umair masuk Islam di rumah Arqam bin Abil
Arqam Al-Makhzumi. Kemudian dia keluar, lalu masuk menemui ibunya,
Arwa binti Abdul Muththalib, dan berkata :"Aku telah mengikuti Muhammad
dan berserah diri kepada Allah."

Dan ibunya pun berkata : "Sesungguhnya orang yang paling patut
engkau tolong dan dukung adalah putra pamanmu. Demi Allah, andaikata
kami sanggup melakukan apa yang dilakukan oleh kaum laki-laki, niscaya
kami telah mengikuti dan membelanya."

Maka Kulaib berkata : "Wahai, Ibuku, apa yang menghalangimu
untuk masuk Islam dan mengikutinya, sedangkan saudaramu, Hamzah, telah
masuk Islam ?" Arwa menjawab : "Aku menunggu apa yang dilakukan oleh
saudara-saudara perempuanku, kemudian aku akan mengikutinya."

Kulaib pun berkata : "Aku memohon kepada Ibu, demi Allah, agar
Ibu datang kepadanya dan memberi salam, lalu membenarkannya dan ber-
saksi bahwa : Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah."
Kemudian Arwa mendukung Nabi SAW dengan lisannya dan mendorong putranya
agar membela

Setelah itu Abu Jahal dan sejumlah orang kafir di Mekah
menghalangi Nabi SAW dan mengganggunya. Maka Kulaib bin Umar pun
mendatangi Abu Jahal dan memukulnya hingga melukai kepalanya. Maka
mereka mengambil dan mengikatnya. Kemudian Abu Lahab mencegahnya,
lalu dia dilepaskan dan dia berkata kepada Arwa : "Tidakkah engkau
lihat putramu, Kulaib, telah menjadikan dirinya sebagai sasaran
selain Muhammad ?"

Arwa menjawab :"Sebaik-sebaik harinya adalah hari ketika
dia membela putra pamannya yang telah membawa kebenaran dari sisi
Allah." Maka mereka bertanya :"Engkau telah mengikuti Muhammad ?"
Arwa menjawab : "Ya."


Kemudian salah seorang di antara mereka keluar menuju Abu
Lahab dan mengabari tentang hal itu. Abu Lahab datang hingga masuk
kepadanya dan berkata :"Sungguh mengherankan, engkau telah mengikuti
Muhammad dan meninggalkan agama Abdul Muththalib !"


Arwa menjawab : "Begitulah adanya. Pergilah engkau untuk
membela dan menolong serta melindungi putra saudaramu. Jika dia
menang, engkau boleh memilih antara masuk bersamanya atau tetap
dalam agamamu. Jika dia benar, engkau telah mengajukan uzur mengenai
putra saudaramu."

Maka Abu Lahab berkata : "Kami mempunyai kekuasaan atas
bangsa Arab seluruhnya. Sedangkan dia datang membawa agama baru."
Kemudian dia pergi. Arwa pun berkata : "Kulaib telah menolong
putra pamannya, dia membantunya dengan tenaga dan hartanya."

Tidakkah kita ketahui, bagaimana sikap Arwa dalam menanggapi
pendapat putranya dengan mengobarkan semangat dan mendukungnya ?
Arwa menangisi ayahnya, Abdul Muththalib, seraya berkata :
Mataku menangis dan ia patut menangis
atas seorang yang pemurah dan
mempunyai sifat malu

Arwa menangisi Rasulullah SAW seraya berkata :
Wahai Rasulullah, engkaulah harapan kami,
engkau baik kepada kami dan
tidak benci

Arwa wafat pada tahun 15 Hijriah.
Wallahu a'lam bishowab.


*************************
Created at 9:26 AM
*************************

Lubabah binti Al Haris bin Hazan Al-Hilaliah, Ibu Abdullah bin Abbas

Kitab-kitab biografi menunjukkan ada dua wanita yang bernama
Lubabah. Yang mengherankan ialah, keduanya adalah bersaudara, kakak
beradik. Yang besar adalah ibu Abdullah bin Abbas, pemuka (ulama) ummat.
Sedangkan yang kecil adalah ibu Khalid ibnul Walid "pedang Allah yang
terhunus" dan digelari Al-Ashma'. Ke-Islaman dan persahabatannya diper-
masalahkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Umar dalam "Al-Istii'aab"
dan dibenarkan oleh Ibnu Katsir.

Lubabah yang besar termasyhur dengan kunyah (julukan) dan juga
namanya. Dia adalah Ummul Fadhl, istri Al-Abbas bin Abdul Muththalib,
ibu dari anak-anaknya : Al-Fadhl, Abdullah, dan lainnya.

Dia termasuk wanita utama di zamannya dan sudah lama masuk
Islam. Putranya, Abdullah, berkata : "Aku dan ibuku termasuk orang-
orang yang lemah dari kaum laki-laki, wanita dan anak-anak." (Hadits
Riwayat Bukhari) Dia masuk Islam di Mekkah sesudah Khadijah binti
Khuwailid r.a. dan mempunyai kedudukan di antara wanita-wanita Muslim.

Dikatakan tentang ibu Ummul Fadhl : bahwa dia adalah wanita
yang paling mulia, menantu-menantunya adalah Maimunah disunting Nabi
SAW, Al-Abbas menikah dengan Lubabah, Hamzah menikah dengan Salma dan
Ja'far bin Abi Thalib menikah dengan Asma' yang semuanya adalah saudara
sekandung. Kemudian, dia menikah dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., dan
setelah itu (sesudah Abu Bakar meninggal) dia menikah dengan Ali r.a.
(setelah Fatimah r.a. meninggal juga).

Abu Umar dalam "Al-Istii'aab" berkata : Lubabah (Ummul Fadhl)
adalah wanita yang mempunyai banyak anak (ibu dari enam orang anak
Al-Abbas). Adalah Rasulullah SAW yang menziarahinya, sedang Ummul
Fadhl adalah seorang wanita yang terhormat.

Disebutkan dalam salah satu hadits shahih : Bahwa orang-orang
meragukan puasa Nabi SAW di hari Arafah. Kemudian Ummul Fadhl mengirim
kepada beliau segelas susu, lalu beliau meminumnya di tempat wukuf.
Maka tahulah mereka, bahwa Nabi SAW tidak puasa."

Ummul Fadhl adalah sahabat wanita yang meriwayatkan tiga
puluh hadits dari Nabi SAW. Tiga hadits di antaranya diriwayatkan
darinya dalam kedua kitab shahih : pertama Muttafaq alaihi (yang
disepakati Bukhari dan Muslim), kedua riwayat Bukhari dan ketiga
riwayat Muslim.

Putranya, Abdullah bin Abbas r.a. juga meriwayatkan hadits
darinya. Disebutkan, bahwa dia berharap di awal kehidupannya, agar
putranya menjadi orang terkenal. Dia menimang-nimang anaknya sambil
berkata : "Aku tangisi diriku dan kutangisi keperawananku, jika dia
tidak mengungguli bani Fihr dan selain Fihr."

Akhirnya Abdullah dapat mengungguli semua bani dengan ilmunya.
Maka dia pun menjadi pemuka (ulama) ummat dan mempunyai ilmu yang
banyak. Tidakkah kita ketahui, bagaimana Ummul Fadhl dalam menyayangi
anak-anaknya ?

Ummul Fadhl wafat sebelum suaminya, Al-Abbas bin Abdul Muth-
thalib, yaitu di masa khilafah Utsman bin Affan r.a.

Semoga Allah SWT memberkahi mereka semua. Amiin yaa Robbal'aalamiin.

*************************
Created at 7:06 AM
*************************

1. UMMU HANI'
-------------
Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul Muththalib adalah putri
paman Rasulullah SAW. Ibunya adalah Fatimah binti Asad binti Hasyim.
Dia adalah seorang wanita Quraisy yang mempunyai banyak pendapat dan
adab yang tinggi. Dia terkenal dengan panggilan Ummu Hani'.

Rasulullah SAW pernah meminangnya pada zaman jahiliyah namun
ayahnya telah menjanjikannya kepada Hubairah bin Abi Wahb untuk di-
kawinkan dengannya. Maka kawinlah Hubairah dengan Ummu Hani'.

Pada masa permulaan Islam, Ummu Hani' masuk Islam sedangkan
suaminya tidak. Maka hukum Islam memisahkan antara keduanya. Ummu
Hani' tetap memelihara keempat anaknya yang masih kecil.

Kemudian Rasulullah SAW pernah meminangnya sekali lagi, tapi
Ummu Hani' menjawab : "Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku
cintai daripada pendengaran dan penglihatanku. Sesungguhnya aku
seorang janda yang mempunyai anak-anak kecil, sedangkan hak suami
itu lebih besar. Aku khawatir jika aku mengurusi suamiku, maka aku
akan menelantarkan urusan anakku. Dan jika aku mengurusi anakku,
maka aku khawatir akan menyia-nyiakan hak suamiku."

Mendengar jawaban itu, maka Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya sebaik-baik wanita yang menaiki unta di antara wanita
Quraisy ialah yang paling menyayangi anak di waktu kecilnya dan
paling memperhatikan kepentingan suami dalam harta miliknya."
(hadits Syarif)
(H.R. Bukhari dalam Shahihnya, Muslim, Abu Dawud, Nasai dan Ibnu
Hibban)
Ummu Hani' memiliki kepribadian yang kuat. Adalah wanita
Arab di zaman Islam - sebagaimana di zaman jahiliyah- melindungi
orang yang takut dan mengamankan dari ancaman yang menakutkan. Dan
Ummu Hani' binti Abi Thalib telah melindungi dua orang iparnya
yang telah dijatuhi hukuman mati.

Ummu Hani' bercerita : Tatkala Rasulullah SAW tiba di
Mekkah bagian atas, dua orang iparku dari bani Makhzum berlindung
kepadaku. Kemudian Ali bin Abi Thalib, saudaraku, masuk. Dia ber-
kata :"Demi Allah, aku akan membunuh kedua orang itu." Maka aku
menutup pintu rumahku. Kemudian aku datang kepada Rasulullah SAW
dan beliau bersabda :"Marhaban wa ahlan, wahai Ummu Hani'! Ada
apa engkau datang ?" Lalu aku ceritakan kepada beliau tentang
kejadian dua orang laki-laki dan Ali itu. Nabi SAW menjawab :"Kami
telah melindungi orang yang engkau lindungi dan mengamankan orang
yang engkau amankan. Maka janganlah membunuh kedua orang itu."

Enam penulis kitab Sahih telah meriwayatkan hadits-hadits
dari Ummu Hani'. Dia hidup hingga sesudah pemerintahan saudaranya,
Ali r.a.

Tiada yang lebih menunjukkan penghormatan pendapat wanita
daripada hadits yang menceritakan bagaimana Ummu Hani' menyampaikan
kepada Rasulullah SAW yang datang melamarnya alasan tentang uzurnya
yang mencegahnya menempati kedudukan paling suci yang bisa dicapai
wanita Muslim yaitu menjadi 'Ummul Mu'minin' waktu itu. Ternyata
Rasulullah SAW menghormati pendapatnya dan Quraisy pun mendapat
penghormatan yang tinggi dan mulia.

Adakah yang lebih penyayang kepada anak daripada wanita yang
berkorban dengan rela tidak menjadi Ummul Mu'minin demi memelihara
anak-anaknya ? Kisah ini dipersembahkan kepada setiap ibu yang rela
berkorban demi anak-anaknya.

**********
hanies
www.isnet.org

*************************
Created at 6:58 AM
*************************

Khansa' binti Khidzam
------------------------
Islam meletakkan wanita di tempat yang patut. Dia adalah
pemimpin rumah tangga dan pelaksana urusan serta penanggungjawabnya.
Orang laki-laki membantunya dalam urusan itu, sedang dia membantu
orang laki-laki dalam urusan selain itu. Adapun kemerdekaannya, maka
hal itu tampak dalam kemerdekaan perkawinan dan kebebasan menyatakan
pendapatnya. Itu adalah urusan haknya. Tidak seorang pun boleh meram-
pas haknya untuk berpendapat atau melanggar izinnya. Kemerdekaannya
dalam hal itu lebih jauh jangkauan dan lebih sempurna kedudukannya
daripada orang laki-laki.


Apabila dia menikah dengan seorang laki-laki, kemudian orang
laki-laki itu tidak menyukai lalu meninggalkannya sebelum menggauli,
maka baginya setengah dari mahar. Jika dia meninggalkannya sesudah
menggauli, maka isteri berhak atas mahar seluruhnya. Suami tidak boleh
berkata : Nasab itu derajatnya di bawah aku. Semua wanita sepadan
dengan laki-laki, hanya ketakwaannya saja yang menentukan perbedaan
derajat di sisi Allah SWT.


Wanita boleh memutuskan ikatan perkawinan, jika dia tertipu
atau dipaksa melakukannya. Orang laki-laki tidak boleh memaksanya
menikah dengan laki-laki yang tidak disukainya. Rasulullah SAW telah
membatalkan pernikahan Khansa' binti Khidzam Al-Anshariah, karena
ayahnya menikahkan, sedang dia tidak suka.


Khansa' binti Khidzam adalah dari Bani Amru bin Auf bin Aus.
Dia berjumpa dengan Nabi SAW ketika beliau datang ke Madinah. Pada
waktu itu Khansa' masih kecil dan mendengar tentang Nabi SAW. Dia
lalu dipinang oleh dua orang : Yang pertama adalah Abu Lubabah Ibnul
Mundzir, seorang pahlawan tersohor di antara para shahabat Rasulullah
SAW. Sedang kedua adalah seorang laki-laki dari Bani Amru bin Auf,
familinya. Dia lebih menyukai Abu Lubabah, sedangkan ayahnya memilih
putera pamannya. Kemudian sang ayah tetap melangsungkan pernikahannya
tanpa memperdulikan persetujuan puterinya.


Maka pergilah Khansa' kepada Rasulullah SAW dan berkata :
"Ayahku telah memaksaku untuk menikah dan tidak mempedulikan perasaan-
ku." Maka Nabi SAW bersabda kepadanya :"Tidak sah nikahnya. Nikahilah
orang yang engkau kehendaki." [Sahih Bukhari, juz 7 halaman 18 dan
Al-Ishaabah juz 8, halaman 65]. Kemudian dia menikah dengan Abu Lubabah.


Para muhaddis berselisih tentang keadaannya ketika dia menikah.
Dalam riwayat Muwaththa' dan Ats-Tsauri disebutkan, bahwa dia masih
perawan. Dalam riwayat Bukhari dan Ibnu Sa'ad disebutkan, bahwa dia
sudah janda dan berkata :"Wahai, Rasulullah, sesungguhnya paman anakku
lebih aku sukai." Maka Nabi SAW menyuruhnya memilih. Syamsul Aimmah As-
Sarkhasin meriwayatkan dalam Al-Mabsuth hadits Khansa' binti Khidzam
dengan versi berikut : Khansa' berkata :"Ayahku menikahkan aku dengan
putera saudaranya, sedangkan aku tidak menyukai hal itu." Maka Nabi SAW
menjawab :"Setujuilah apa yang diperbuat ayahmu." Aku berkata :"Aku
tidak menyukai apa yang dilakukan ayahku." Nabi SAW bersabda :"Pergilah.
Nikahnya tidak sah. Nikahilah orang yang engkau sukai." Khansa' berkata :
"Aku setuju dengan apa yang dilakukan ayahku, tetapi aku ingin semua
orang mengetahui, bahwa para ayah tidak boleh sewenang-wenang dalam
urusan puteri-puteri mereka." Penulis Al-Mabsuth berkata :"Nabi SAW
tidak mempersalahkan perkataannya itu." [Al-Mabsuth juz 5, halaman 2]


Pembicaraan tentang Khansa' beralih pada pembicaraan tentang
Bariroh. Siapakah Bariroh itu ? Dia adalah sahaya perempuan dari Haba-
syah yang dimiliki oleh Utbah bin Abu Lahab. Dia mengawinkannya dengan
sahaya laki-laki Mughirah. Tidaklah dia menyukainya, kalau boleh dia
memilih. Maka Ummul Mu'minin Aishah r.a. merasa kasihan, lalu membeli
dan membebaskannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepadanya :"Engkau
telah menguasai dirimu, maka pilihlah."


Suaminya berjalan di belakangnya sambil menangis, sementara
Bariroh menolaknya. Maka Nabi SAW bersabda kepada para shahabatnya :
"Tidakkah kalian merasa heran atas cintanya yang sangat kepada isterinya
dan kebencian sang isteri kepada suaminya ?" Kemudian beliau bersabda
kepada Bariroh :"Takutlah kepada Allah, karena dia adalah suami dan ayah
anakmu." Bariroh berkata :"Apakah engkau menyuruhku ?" Nabi SAW menjawab:
"Sesungguhnya aku adalah pemberi syafa'at." Bariroh berkata :"Kalau begitu,
aku tidak membutuhkannya." [Al-Mabsuth, juz 5, halaman 99 yang disusun
oleh Syamsul Aimmah As-Sarakhasii, salah satu Imam Hanafiah dan kadhi
terkemuka]


Apakah orang-orang merasa heran setelah itu, melihat penentangan
wanita-wanita Arab terhadap kesewenang-wenangan para bapak dan wali mereka?
Betapa banyak kejahatan dilakukan dengan sebab pengabaian pendapat anak-
anak perempuan dan karena mereka dinikahkan dengan laki-laki yang tidak
sepadan dalam hal tabiah dan akhlaq, demi mengejar materi dan mengharapkan
harta suami.


Tidakkah para bapak mengingat penderitaan psikologis dan jasmani
yang dialami oleh anak-anak perempuannya itu ? Inilah seorang wanita muda
yang dikawinkan ayahnya tanpa izin. Dia menulis surat kepada ayahnya :

Wahai, Ayahku, engkau aniaya aku dan
engkau timpakan cobaan padaku
dan engkau serahkan diriku ke tangan
orang yang menghinakannya
Wahai, Ayahku, kalau tidak takut dosa
tentulah engkau telah didoakan yang
dikabulkan karena kesalahanmu.


Seorang wanita lain berkata ketika ayahnya mengawinkannya dengan
putera pamannya :

Sungguh mengherankan wanita cantik
yang dikawinkan dengan seorang tua;
Ia menyuruhnya kawin dengan orang itu
karena masih kerabatnya. Hati-hatilah wanita cantik
terhadap putera pamannya.


Wallahu a'lam bishowab.

*************************
Created at 4:07 AM
*************************

Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith

Kehidupannya (Ummu Kultsum) adalah contoh pengorbanan dan
jihad fi sabilillah (di jalan Allah). Dalam Thabaqaat Ibnu Sa'ad
berkata :"Dia adalah wanita pertama yang hijrah ke Madinah setelah
hijrah Nabi SAW dan para shahabatnya. Kami tidak mengetahui seorang
wanita Muslim Quraisy yang keluar dari kedua orang tuanya dan hijrah
kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Ummu Kultsum."

Dia keluar dari Mekkah sendirian dan ditemani oleh seorang
laki-laki dari Khuza'ah hingga tiba di Madinah pada waktu gencatan
senjata. Dia dikejar oleh kedua orang saudaranya. Kedua orang itu
tiba pada hari kedua setelah kedatangannya. Keduanya berkata :"Hai
Muhammad, kami menuntuk syarat, maka penuhilah syarat itu." Maka
Ummu Kultsum berkata :"Wahai, Rasulullah, aku seorang wanita. Wanita
itu lemah. Aku khawatir mereka mengganggu dalam agamaku,sedangkan aku
tidak sabar, sehingga Allah membatalkan janji pada wanita."

Kemudian Allah SWT menurunkan ayat Imtihan (ujian) dan
memutuskan dengan keputusan yang mereka sama-sama menyepakatinya.
Disebutkan :"Hai, orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah
kepadamu wanita yang beriman, maka hendaklah kami uji (keimanan)
mereka...." dan seterusnya, dua ayat (QS. Al-Mumtahanah, 60:10-11)
Kemudian Rasulullah SAW menguji dia dan wanita-wanita sesudahnya :
"Tidaklah kalian keluar, kecuali karena cinta Allah dan Rasul-Nya
serta Islam, bukan karena cinta suami dan harta." Apabila mereka
mengatakan hal itu, maka mereka tidak dikembalikan.

Ibnu Sa'ad berkata : Karena tidak mempunyai suami di Mekkah,
maka dia pun dinikahi oleh Zaid, Az-Zubair, Abdurrahman bin Auf, lalu
Amru bin Ash, kemudian wafat sebagai isterinya.

Sesungguhnya, ketika masih muda dan belum menikah, dia tidak
pernah berpisah dari ayah-bundanya. Kemudian iman memasuki hatinya,
maka dia keluar dari Mekkah sendirian dan hijrah kepada Allah dan Rasul-
Nya SAW. Kedua saudaranya mengejar untuk mengajak dia kembali.

Pada waktu itu Rasulullah SAW telah berdamai dengan Quraisy
pada persetujuan Hudaibiah dengan syarat beliau setuju mengembalikan
orang-orang Muslim yang datang kepada mereka. Ketika para wanita datang
kepadanya, Allah tidak setuju Nabi SAW mengembalikan kepada kaum Musyrikin,
maka turunlah ayat-ayat yang menyuruh menguji mereka :(Maka ujilah keimanan
mereka) dengan bersumpah :Apakah mereka wanita Muslim yang sebenarnya atau
tidak ?

"Adalah Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith termasuk orang-
orang yang keluar kepada Rasulullah SAW dan waktu itu dia masih muda belia.
Kemudian keluarganya datang meminta kepada Rasulullah SAW agar mengembalikan
kepada mereka, sehingga Allah SWT menurunkan ayat-ayat tentang wanita-wanita
beriman." (HR Bukhari dari Al-Miswar bin Makhramah)

Dalam Siyar A'laamin Nubala', Imam Adz-Dzahabi berkata :Ummu Kultsum
bin Uqbah bin Abi Mu'aith masuk Islam dan berbai'at. Dia tidak sempat hijrah
hingga tahun 7 Hijriah, dan keluarnya di jaman perdamaian Hudaibiah. Kedua
saudaranya adalah :"Al-Walid dan Ammaroh.

Ummu Kultsum lulus dalam ujian dan berhasil menyelamatkan agamanya
dari kaumnya. Diriwayatkan :Ujian itu dilakukan dengan cara mengucapkan
sumpah :"Aku tidak keluar,kecuali karena mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan
aku tidak keluar untuk mencari dunia maupun membenci suami." Ada yang menga-
takan :"Kami bersaksi dengan perkataan yang baik. Aku telah bersaksi di
hadapan beberapa saksi : Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah Rasulullah SAW."

Ummu Kultsum mempunyai kedudukan mulia di antara kaum Muslimin. Hal
itu menjadi jelas dari riwayat sebagaimana dalam Al-Ishaabah dan diriwayat-
kan oleh Ibnu Mandah, bahwa Umar bin Khaththab r.a. bertanya kepada Ummu
Kultsum binti Uqbah, isteri Abdurrahman bin Auf :"Apakah Rasulullah SAW ber-
kata kepadamu :"Nikahilah pemimpin kaum Muslimin, Abdurrahman bin Auf ?"
Ummu Kultsum menjawab:"Ya."

Haditsnya terdapat dalam Shahihain dan ketiga kitab Sunan, dia
berkata :"Aku tidak mendengar Nabi SAW mengizinkan suatu dusta dalam
perkataan yang diucapkan orang-orang, kecuali dalam tiga perkara....
alhadits." Nasai meriwayatkan sebuah haditsnya yang lain dalam Al-Kubra,
mengenai keutamaan :"Qul huwallaahu ahad."

Ummu Kultsum meriwayatkan dari Nabi SAW 10 hadits, di antaranya
sebuah hadits diriwayatkan dalah shahihain, yang disepakati Bukhari dan
Muslim. Ummu Kultsum binti Uqbah telah beriman sendirian, tanpa seorang
laki-laki pun di rumahnya. Dia tinggalkan tempat pingitan dan keamanan
serta ketenangannya di bawah kegelapan seorang diri. Kedua kakinya berjalan
melalui gunung-gunung dan padang pasir di antara Mekkah dan Madinah, menuju
tempat perlindungan agama dan negeri hijrahnya. Dia berhijrah kepada Rasul
Allah SAW kemudian disusul oleh ibunya yang mengikuti jejak dan berhijrah
seperti dia. Dia tinggalkan para pemuda dalam keluarganya dan orang-orang
tua mereka yang tetap terombang-ambing dalam kesesatannya. [Al-Ishaabah,
juz 8, halaman 275].

Kata-kata Ummu Kultsum kepada Rasulullah SAW akan tetap menjadi
cahaya yang menerangi jalan bagi setiap wanita muda yang beriman kepada
Tuhannya :"Wahai, Rasulullah, apakah Anda akan kembalikan aku kepada
orang-orang kafir yang menggangguku, supaya aku tinggalkan agamaku, sedang-
kan aku tidak bisa bersabar ? Dan bukankah telah Anda ketahui keadaan wanita
yang lemah ? Sesungguhnya ada perjanjian yang menyebutkan syarat untuk me-
nolak setiap orang yang masuk Islam dari Mekkah dan berhijrah ke Medinah,
baik laki-laki maupun perempuan."

Maka turunlah ayat Al-Qur'an :"Apabila datang kepadamu wanita-
wanita beriman yang berhijrah, maka ujilah (keimanan) mereka." Maka Nabi
SAW bersabda :"Demi Allah, tidaklah kalian keluar, kecuali karena mencintai
Allah SWT dan Rasul-Nya SAW serta Islam. Kalian tidak keluar karena suami
maupun harta. Apabila mereka ucapkan itu, maka mereka tidak kembali kepada
orang-orang kafir."

Wallahu a'lam bishowab.

*************************
Created at 3:51 AM
*************************

Durrah binti Abu Lahab bin Abdul Muththalib, Puteri Paman Nabi SAW

Durrah binti Abu Lahab masuk Islam, kemudian hijrah dan meng-
amalkan Islam dengan baik. Imam Adz-Dzahabi berkata :"Dia mempunyai
sebuah hadits dalam "Al-Musnad", dari riwayat putera pamannya, Al-
Harits bin Naufal." [Ath-Thabaqaat (8/34), Al-Istii'aab (4/290), Al-
Ishaabah (7/634), dan Ushudul Ghaabah (5/449)]

Ibnu Hajar menyebutkan dalam Al-Ishaabah, bahwa ketika Durrah
binti Abu Lahab datang ke Madinah sebagai muhajir, dia turun di rumah
Rafi' bin Mu'alla. Kemudian beberapa wanita bani Zuraiq berkata kepa-
danya :"Engkau puteri Abu Lahab, yang Allah berfirman tentang dia :
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab (QS. Al-Lahab, 111:1). Maka hijrahmu
tidak berguna bagimu." Kemudian dia datang kepada Nabi SAW dan mence-
ritakan hal itu kepada beliau. Maka Nabi SAW berkata :"Duduklah."

Kemudian beliau mengimami Sholat Zhuhur dan duduk di atas mimbar
sesaat. Lalu beliau bersabda :"Wahai, orang-orang, mengapa aku diganggu
atas keluargaku ? Demi Allah, sungguh syafa'atku akan diperoleh kerabat-
ku, bahkan Shada', Hakam, dan Salhab pun akan memperolehnya pada hari
kiamat." [Ibnu Hajar menyebutnya dalam Al-Ishaabah dengan perkataan :
Diriwayatkan oleh Ibnu Ashim, Thabarani dan Ibnu Mandah, dari jalan Ab-
durrahman bin Basyar, dan ia adalah dhoif, dari Muhammad bin Ishaq, dari
Nafi' dan Zaid bin Aslam, dari Ibnu Umar, dan Sa'id Al-Maqbari dan Ibnu
Al-Munkadir, dari Abu Hurairah, dan dari Ammar bin Yasir. Mereka berkata:
"Datang Durrah....hingga akhir hadits...." ; Al-Ishaabah, juz 7 hal. 634]

Daruquthni meriwayatkan dalam kitab Al-Ikhwah, Ibnu Ady dalam
Al-Kaamil dan Ibnu Mandah dari Durroh binti Abu Lahab, dia berkata :
Nabi SAW bersabda :"Orang hidup tidak boleh mengganggu orang yang sudah
mati." Adab Nabawi inilah yang patut kita miliki dan tidak kita tinggal-
kan selamanya, betapa pun kita memusuhi orang yang sudah mati itu.

Wallahu a'lam bishowab.

*************************
Created at 3:43 AM
*************************

2. Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq

Dia seorang wanita muhajir yang mulia dan tokoh yang besar
karena akal dan kemuliaan jiwa serta kemauannya yang kuat. Asma'
dilahirkan tahun 27 sebelum Hijrah. Asma' 10 tahun lebih tua daripada
saudaranya seayah, Aisyah, Ummul Mu'minin dan dia adalah saudara se-
kandung dari Abdullah bin Abu Bakar.

Asma' mendapat gelar Dzatun nithaqain (si empunya dua ikat
pinggang), karena dia mengambil ikat pinggangnya, lalu memotongnya
menjadi dua. Kemudian, yang satu dia gunakan untuk sufrah (bungkus
makanan untuk bekal) Rasulullah SAW, dan yang lain sebagai pembungkus
qirbahnya pada waktu malam, ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash-
Shiddiq keluar menuju gua.

Penduduk Syam mengolok-olok Ibnu Zubair dengan julukan
"Dzaatun nithaqain" ketika mereka memeranginya. Maka Asma' bertanya
kepada puteranya itu, Abdullah bin Zubair :"Mereka mengolok-olokkan
kamu ?" Abdullah menjawab :"Ya." Maka Asma' berkata :"Demi Allah,
dia adalah benar." Ketika Asma' menghadap Al-Hajjaj, dia berkata:
"Bagaimana engkau mengolok-olok Abdullah dengan julukan Dzatun nitha-
qain ? Memang, aku mempunyai sepotong ikat pinggang yang harus dipakai
oleh orang perempuan dan sepotong ikat pinggang untuk menutupi makanan
Rasulullah SAW."

Asma' telah lama masuk Islam di Mekkah, sesudah 17 orang dan
berbai'at kepada Nabi SAW, serta beriman kepadanya dengan iman yang
kuat.

Pengamalan Islam Asma' yang Baik
--------------------------------
Pada suatu ketika, datang Qatilah binti Abdul Uzza kepada
puterinya, Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, sedangkan Abu Bakar
telah menalaknya di zaman jahiliyyah, membawa hadiah-hadiah berupa
kismis, samin dan anting-anting. Namun Asma' menolak hadiah tersebut
dan tidak mengizinkannya memasuki rumahnya. Kemudian dia memberitahu
Aisyah :"Tanyakan kepada Rasulullah SAW ....?" Aisyah menjawab :"Bi-
arlah dia memasuki rumahnya dan dia (Asma') boleh menerima hadiahnya."

Tindakan Asma' yang Baik
------------------------
Abu Bakar r.a. membawa seluruh hartanya yang berjumlah 5.000
atau 6.000 ketika Rasulullah SAW pergi hijrah. Kemudian kakeknya, Abu
Quhafah datang kepada Asma' sedangkan dia seorang buta. Abu Quhafah
berkata :"Demi Allah, sungguh aku lihat dia telah menyusahkan kalian
dengan hartanya, sebagaiamana dia telah menyusahkan kalian dengan
dirinya."

Maka Asma' berkata kepadanya:"Sekali-kali tidak, wahai, Kakek!
Beliau telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita." Kemudian
Asma' mengambil batu-batu dan meletakkanya di lubang angin, di mana
ayahnya pernah meletakkan uang itu. Kemudian dia menutupinya dengan
selembar baju. Setelah itu Asma' memegang tangannya (Abu Quhafah) dan
berkata: "Letakkan tangan Anda di atas uang ini." Maka kakeknya mele-
takkan tangannya di atasnya dan berkata :"Tidaklah mengapa jika dia
tinggalkan ini bagi kalian, maka dia (berarti) telah berbuat baik. Ini
sudah cukup bagi kalian." Sebenarnya Abu Bakar tidak meninggalkan se-
suatu pun bagi keluarganya, tetapi Asma' ingin menenangkan hati orang
tua itu.

Az-Zubair ibnul Awwam menikah dengannya, sementara dia tidak
mempunyai harta dan sahaya maupun lainnya, kecuali kuda. Maka Asma'
memberi makan kudanya dan mencukupi kebutuhan serta melatihnya. Me-
numbuk biji kurma untuk makanan kuda, memberinya air minum dan membuat
adonan roti. Suatu ketika Az-Zubair bersikap keras terhadapnya, maka
Asma' datang kepada ayahnya dan mengeluhkan hal itu. Maka sang ayah
pun berkata : "Wahai anakku, sabarlah! Sesungguhnya wanita itu apabila
bersuami seorang yang sholeh, kemudian suaminya meninggal dunia, sedang
isterinya tidak menikah lagi, maka keduanya akan berkumpul di surga."

Asma' datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya :"Wahai, Rasulullah,
aku tidak punya sesuatu di rumahku, kecuali apa yang diberikan oleh Az-
Zubair kepadaku. Bolehkah aku memberikan dan menyedekahkan apa yang di-
berikan kepadaku olehnya ?" Maka Nabi SAW menjawab :"Berikanlah (berse-
dekahlah) sesuai kemampuanmu dan jangan menahannya agar tidak ditahan
pula suatu pemberian terhadapmu." Maka Asma' adalah termasuk seorang
wanita dermawan. Dari Abdullah bin Zubair r.a. dia berkata :"Tidaklah
kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma'."
Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah, sesungguhnya dia suka mengum-
pulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul padanya, dia pun membagikannya.
Sedangkan Asma', maka dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya. Asma'
adalah seorang wanita yang dermawan dan pemurah. Dia tidak menyimpan
sesuatu untuk hari esok. Pernah dia menderita sakit, lalu dia bebaskan
semua hamba sahayanya.

Asma' ikut dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Az-Zubair, dan
menunjukkan keberaniannya yang baik. Dia membawa sebilah belati dalam
pasukan Said bin Ash di masa fitnah, lalu diletakkannya di balik lengan
bajunya. Kemudian ditanyakan kepadanya :"Apa yang kamu lakukan dengan
membawa ini ?" Asma' menjawab :"Jika ada pencuri masuk kepadaku, maka
aku tusuk perutnya." Umar ibnul Khaththab r.a. memberi tunjangan untuk
Asma' sebanyak 1000 dirham.

Asma' meriwayatkan 58 hadits dari Nabi SAW; dan dalam suatu
riwayat dikatakan : bahwa dia meriwayatkan 56 hadits [Al-Kazaruni,
"Mathaali'ul Anwaar"]. Telah sepakat antara Bukhari dan Muslim atas
14 hadits. Bukhari meriwayatkan sendiri atas 4 hadits, sedangkan Muslim
juga meriwayatkan sebanyak itu pula. [Al-Hafih Al-Maqdisi, Al-Kamaal fii
Ma'rifatir Rijaal]. Dalam satu riwayat : Diceritakan bahwa Asma' meri-
wayatkan 22 hadits dalam Shahihain. Sedangkan yang disepakati Bukhari dan
Muslim 13 hadits. Bukhari meriwayatkan sendiri 5 hadits, sedangkan Muslim
meriwayatkan 4 hadits. [Ibnul Jauzi, "Al-Mujtana"]

Asma' Sebagai Penyair dan Pemberani
-----------------------------------
Asma' adalah wanita penyair dan pemberani yang mempunyai logika
dan bayan. Dia berkata mengenai suaminya, Az-Zubair, ketika dibunuh oleh
Amru bin Jarmuz Al-Mujasyi'i di Wadi As-Siba' (5 mil dari Basrah) ketika
kembali dari Perang Jamal :
Ibnu Jarmuz mencurangi seorang pendekar
dengan sengaja
di waktu perang, sedang dia tidak lari
Hai, Amru, kiranya kamu ingatkan dia
tentu kamu mendapati dia
bukan seorang yang bodoh, tidak kasar
hati dan tangannya
semoga ibumu menangisi, karena kamu
bunuh seoranng Muslim
dan kamu akan terima hukuman
pembunuhan yang disengaja

Tekad Asma' yang Kuat, Kemuliaan Jiwa dan Keberaniannya
-------------------------------------------------------
Kata-kata Asma' kepada puteranya menunjukkan kepada kita tentang
makna-makna yang luhur itu. Suatu saat puteranya, Abdullah, datang menemui
ibunya, Asma' yang buta dan sudah berusia 100 tahun. Dia berkata kepada
ibunya :"Wahai, Ibu, bagaimana pendapat Anda mengenai orang yang telah
meninggalkan aku, begitu juga keluargaku." Asma' berkata :"Jangan biarkan
anak-anak kecil bani Umayyah mempermainkanmu. Hiduplah secara mulia dan
matilah secara mulia. Demi Allah, sungguh aku berharap akan terhibur
mengenaimu dengan baik." Kemudian Abdullah keluar dan bertempur hingga ia
mati terbunuh.

Konon, Al-Hajjaj bersumpah untuk tidak menurunkannya dari tiang
kayu hingga ibunya meminta keringanan baginya. Maka tinggallah dia di
situ selama satu tahun. Kemudian ibunya lewat di bawahnya dan berkata :
"Tidakkah tiba waktunya bagi orang ini untuk turun ?" Diriwayatkan, bahwa
Al-Hajjaj berkata kepada Asma' setelah Abdullah terbunuh :"Bagaimanakah
engkau lihat perbuatanku terhadap puteramu ?" Asma' menjawab :"Engkau
telah merusak dunianya, namun dia telah merusak akhiratmu."

Asma' wafat di Mekkah dalam usia 100 tahun, sedang giginya tetap
utuh, tidak ada yang tanggal dan akalnya masih sempurna. [Mashaadirut
Tarjamah : Thabaqaat Ibnu Saad, Taarikh Thabari, Al-Ishaabah dan Siirah
Ibnu Hisyam]. Penulis buku, Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi mencatat dialog
yang terjadi antara Asma' dengan Abdullah, dalam sebuah kasidah yang di-
anggap sebuah karya seni yang indah. Dia berkata :
Asma' di antara manusia adalah sebaik-baik wanita
ia lakukan perbuatan terbaik di saat perpisahan
datang kepadanya Ibnu Zubair menyeret baju besi
di bawah baju besi berlumur darah
Ia berkata : Wahai, Ibu, aku telah payah dengan urusanku
antara penawanan yang pahit dan
pembunuhan yang keji.
Teman-teman dan zaman mengkhianatiku,
maka aku tak punya teman selain pedangku
kulihat bintangku yang tampak terang
telah lenyap dariku dan tidak lagi naik.
Kaumku telah berupaya melindungiku,
maka tak ada penolong selain itu jika
aku menerimanya.
Asma' menjawab dengan kelopak mata
yang kering seakan-akan tidak ada tempat sebelumnya
bagi air mata.
Air mata itu berubah menjadi uap
yang naik dari hatinya yang patah.
Tidaklah diselamatkan kecuali kehidupan
atau ia menjadi tulang-belulang seperti
halnya batang pohon
kematian di medan perang lebih baik bagimu
daripada hidup hina dan tunduk
jika orang-orang menelantarkanmu,
maka sabar dan tabahlah,
karena Allah tidak menelantarkan.
Matilah mulia, sebagaimana engkau hidup mulia
dan hiduplah selalu dalam namamu
yang mulia dan tinggi
tiada di antara hidup dan mati
kecuali menyerang di tengah pasukan itu.

Kata-kata Asma' kepada puteranya ini akan tetap menjadi cahaya
di atas jalan kehidupan yang mulia, yaitu ketika puteranya berkata :
"Wahai, Ibu, aku takut jika pasukan Syam membunuhku, mereka akan memotong-
motong tubuh dan menyalibku." Asma' menjawab dengan perkataan yang kukuh
seperti gunung, kuat seperti jiwanya, besar seperti imannya, dan
perkataan itulah yang menentukan akhir pertempuran : "Hai, Anakku, sesung-
guhnya kambing yang sudah disembelih tidaklah merasa sakit bila ia dikuliti."

Al-Manfaluthi menyudahi kasidahnya dengan perkataan :
Datang berita kematian kepada ibunya,
maka ia pun mengeluarkan air matanya
yang tertahan.

Abdullah gugur sebagai syahid dan unggulan nilai-nilai yang tinggi
dari ibu teladan. Kisah ini tercatat dalam lembaran-lembaran yang paling
cemerlang dalam sejarah orang-orang yang kekal.

Wallahu a'lam bishowab.

*************************
Created at 3:38 AM
*************************

1. Fatimah binti Muhammad SAW

Fatimah adalah "ibu dari ayahnya." Dia adalah puteri yang
mulia dari dua pihak, yaitu puteri pemimpin para makhluq Rasulullah
SAW, Abil Qasim, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim.
Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada
ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlaq, adab,
hasab dan nasab.

Fatimah lebih muda dari Zainab, isteri Abil Ash bin Rabi' dan
Ruqayyah, isteri Utsman bin Affan. Juga dia lebih muda dari Ummu Kul-
tsum. Dia adalah anak yang paling dicintai Nabi SAW sehingga beliau
bersabda :"Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga
menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku." [Ibnul
Abdil Barr dalam "Al-Istii'aab"]

Sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghuni
syurga yang paling utama, puteri kekasih Robbil'aalamiin, dan ibu dari
Al-Hasan dan Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata :"Keturunan Zainab
telah tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti
Fatimah dan suaminya serta kedua puteranya dengan pakaian seraya ber-
kata :"Ya, Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah
dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya." ["Siyar
A'laamin Nubala', juz 2, halaman 88]

Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :"Datang Fatimah kepada
Nabi SAW meminta pelayan kepadanya. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya :
"Ucapkanlah :"Wahai Allah, Tuhan pemilik bumi dan Arsy yang agung.
Wahai, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu yang menurunkan Taurat,
Injil dan Furqan, yang membelah biji dan benih. Aku berlindung kepada-
Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau kuasai nyawanya. Engkau-
lah awal dan tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau-lah yang akhir dan tiada
sesuatu di atas-Mu. Engkau-lah yang batin dan tiada sesuatu di bawah-
Mu. Lunaskanlah utangku dan cukupkan aku dari kekurangan." (HR. Tirmidzi)

Inilah Fatimah binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri
dan menanggung berbagai beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa
ketika kaum Musyrikin telah meninggalkan medan perang Uhud, wanita-
wanita sahabah keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin.
Di antara mereka yang keluar terdapat Fatimah. Ketika bertemu Nabi SAW,
Fatimah memeluk dan mencuci luka-lukanydengan air, sehingga darah
semakin banyak yangk keluar. Tatkala Fatimah melihat hal itu, dia
mengambil sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka
itu sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar." (HR. Syaikha dan
Tirmidzi) Dalam kancah pertarungan yang dialami ut kita, tampaklah
peranan puteri Muslim supaya menjadi teladan yang baik bagi pemudi
Muslim masa kini.

Pemimpin wanita penghuni Syurga Fatimah Az-Zahra', puteri Nabi
SAW, di tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung
yang besar, tetapi bekerja di antara tikaman-tikaman tombak dan pukulan-
pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum Muslimin untuk
menyampaikan makanan, obat dan air bagi para prajurit. Inilah gambaran
lain dari pute sebaik-baik makhluk yang kami persembahkan kepadada para
pengantin masa kini yang membebani para suami dengan tugas yang tidak
dapat dipenuhi.

Ali r.a. berkata :"Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak
mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu
malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari.
Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Ketika Rasulullah SAW
menikahkannya (Fatimah), belmengirimkannya (unta itu) bersama satu
lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua alat penggiling gandum,
sebuah timba dan dua kendi. Fatimah menggunakan alat penggiling gandum
itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit)
berisi air hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu
bajunya dan menyalakan api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah
dia, Az-Zahra', ibu kedua cucu Rasulullah SAW :Al-Hasan dan Al-Husein.

Fatimah selalu berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan
bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam hatinya yang
penyayang. Dunia selalu mengingat Fatimah, "ibu ayahnya, Muhammad", Al-
Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra' (yang ce-
merlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan menjauhi
keduniaan. Setiap merasa lapar, dia selalu sujud, dan setiap merasa payah,
dia selalu berdzikir. Imam Muslim menceritakan kepada kita tentang keuta-
maan-keutamaannya dan meriwayatkan dari Aisyah' r.a. dia berkata :

"Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu
datang Fatimah r.a. sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan
Rasulullah SAW. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya
berkata :"Selamat datang, puteriku." Kemudian beliau mendudukkannya di
sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah
menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW ber-
bisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum. Setelah itu
aku berkata kepada Fatimah :Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara
khusus di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!" Ketika Nabi
SAW pergi, aku bertanya kepadanya :"Apa yang dikatakan Rasulullah SAW
kepadamu ?" Fatimah menjawab :"Aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasul
Allah SAW." Aisyah berkata :"Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata
kepadanya :"Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah
kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?" Fatimah pun
menjawab :"Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali
kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa
bacaannya terhadap Al Qur'an sekali dalam setahun, dan sekarang dia
memerika bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah
kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahului-
mu." Fatimah berkata :"Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau
lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku,
dan berkata :"Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin
wanita-wanita kaum Mu'min atau ummat ini ?" Fatimah berkata :"Maka aku
pun tertawa seperti yang engkau lihat."

Inilah dia, Fatimah Az-Zahra'. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi
mulia dan terhormat. Dia telah menggiling gandum dengan alat penggiling
hingg berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah hingga
berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu rumahnya hingg berdebu bajunya.
Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan pekerjaan di luar. Dia ber-
kata kepada ibunya, Fatimah binti Asad bin Hasyim :"Bantulah pekerjaan
puteri Rasulullah SAW di luar dan mengambil air, sedangkan dia akan men-
cupimu bekerja di dalam rumah :yaitu membuat adonan tepung, membuat roti
dan menggiling gandum."

Tatkala suaminya, Ali, mengetahui banyak hamba sahaya telah
datang kepada Nabi SAW, Ali berkata kepada Fatimah, "Alangkah baiknya
bila engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya." Kemudian
Fatimah datang kepada Nabi SAW. Maka beliau bertanya kepadanya :"Apa
sebabnya engkau datang, wahai anakku ?" Fatimah menjawab :"Aku datang
untuk memberi salam kepadamu." Fatimah merasa malu untuk meminta kepadanya,
lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya :
"Apakah keperluanmu ?" Fatimah diam.

Ali r.a. lalu berkata :"Aku akan menceritakannya kepada Anda,
wahai Rasululllah. Fatimah menggiling gandum dengan alat penggiling
hingga melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga
berbekas di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepada Anda, aku me-
nyuruhnya agar menemui dan meminta pelayan dari Anda, yang bisa mem-
bantunya guna meringankan bebannya."

Kemudian Nabi SAW bersabda :"Demi Allah, aku tidak akan memberikan
pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni Shuffah
merasakan kelaparan. Aku tidak punya uang untuk nafkah mereka, tetapi aku
jual hamba sahaya itu dan uangnya aku gunakan untuk nafkah mereka."

Maka kedua orang itu pulang. Kemudian Nabi SAW datang kepada mereka
ketika keduanya telah memasuki selimutnya. Apabila keduanya menutupi kepala,
tampak kaki-kaki mereka, dan apabila menuti kaki, tampak kepala-kepala
mereka. Kemudian mereka berdiri. Nabi SAW bersabda :"Tetaplah di tempat
tidur kalian. Maukah kuberitahukan kepada kalian yang lebih baik daripada
apa yang kalian minta dariku ?" Keduanya menjawab :"Iya." Nabi SAW bersabda:
"Kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucap-
kan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali
dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah
33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali."

Dalam mendidik kedua anaknya, Fatimah memberi contoh : Adalah
Fatimah menimang-nimang anaknya, Al-Husein seraya melagukan :"Anakku
ini mirip Nabi, tidak mirip dengan Ali."

Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika
ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata :
"Aduh, susahnya Ayah !" Nabi SAW menjawab :"Tiada kesusahan atas Ayahanda
sesudah hari ini." Tatkala ayahandanya wafat, Fatimah berkata :"Wahai,
Ayah, dia telah memenuhi panggilang Tuhannya. Wahai, Ayah, di surfa Firdaus
tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya."

Fatimah telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam
Shahihain diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukhari
dan Muslim dalam riwayat Aisyah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmi-
dzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud. Ibnul Jauzi berkata :"Kami tidak mengetahui
seorang pun di antara puteri-puteri Rasulullah SAW yang lebih banyak me-
riwayatkan darinya selain Fatimah."

Fatimah pernah mengeluh kepada Asma' binti Umais tentang tubuh
yang kurus. Dia berkata :"Dapatkah engkau menutupi aku dengan sesuatu ?"
Asma' menjawab :"Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita
dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki usungan." Maka Fatimah menyuruh
membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat. Fatimah melihat keranda
itu, maka dia berkata :"Kalian telah menutupi aku, semoga Allah menutupi
aurat kalian." [Imam Adz-Dzhabi telah meriwayatkan dalam "Siyar A'laamin
Nubala'. Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said ...dari Ummi Ja'far]

Ibnu Abdil Barr berkata :"Fatimah adalah orang pertama yang
dimasukkan ke keranda pada masa Islam." Dia dimandikan oleh Ali dan
Asma', sedang Asma' tidak mengizinkan seorang pun masuk. Ali r.a.
berdiri di kuburnya dan berkata :

Setiap dua teman bertemu tentu
akan berpisah
dan semua yang di luar kematian
adalah sedikit kehilangan satu demi satu
adalah bukti bahwa teman itu
tidak kekal

Semoga Allah SWT meridhoinya. Dia telah memenuhi pendengaran,
mata dan hati. Dia adalah 'ibu dari ayahnya', orang yang paling erat
hubungannya dengan Nabi SAW dan paling menyayanginya. Ketika Nabi SAW
terluka dalam Perang Uhud, dia keluar bersama wanita-wanita dari Madinah
menyambutnya agar hatinya tenang. Ketika melihat luka-lukanya, Fatimah
langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya, kemudian mengambil air
dan membasuh mukanya.

Betapa indah situasi di mana hati Muhammad SAW berdenyut
menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan-akan
kulihat Az-Zahra' a.s. berlinang air mata dan berdenyut hatinya
dengan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra',
puteri Nabi SAW, puteri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika
keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat Ummu
Sulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu'minin r.a. dan mengangkut
air dalam sebuah qirbah dan bekal di atas punggungnya untuk memberi
makan kaum Mu'minin yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT.

Semoga kita semua, kaum Muslimah, bisa meneladani para wanita mulia
tersebut. Amiin yaa Robbal'aalamiin.

Sumber:
Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW"
(terjemahan dari buku "An-Nisaa' Haula Ar-Rasuul") yang disusun
oleh Muhammad Ibrahim Salim.

*************************
Created at 3:16 AM
*************************

Status Kafir | Friday, January 14, 2005


Untuk mengkafirkan seorang muslim tidak boleh dilakukan dengan cara membabi buta. Perlu ada sebuah kajian yang mendalam, tuntutan dan penetapan pengadilan syariah atas apa yang mereka ajarkan. Dalam pengadilan itu, ideolog mereka dihadirkan dan ditanyakan secara jujur atas kesesatan mereka serta motif dan alasan penyimpangan itu. Kalau hakim dan saksi ahli menyimpulkan bahwa mereka memang telah keluar dari batas keislaman, maka mereka harus diberikan penjelasan yang sejelasnya-jelasnya atau kesalahan aqidah dan fikrah mereka itu.

Bila penjelasan itu sudah sampai, maka kepada mereka diminta untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Apabila sudah dilakukan semua proses itu namun masih keras kepala dan membangkang, maka pengadilan syariah berhak mengeluarkan fatwa tentang kemurtadan mereka. Dan sebagai orang yang telah ditetapkan sebagai murtad secara resmi, maka hukum yang berlaku adalah hukuman mati.

Hal itulah yang dahulu dilakukan di zaman Abu Bakar ketika sebagian kelompok arab membangkang mengingkari salah satu rukun Islam yaitu kewajiban zakat. Saat itu Khalifah menetapkan bahwa mereka itu murtad dan wajib diperangi secara pisik. Nayawa dan harta mereka halal hukumnya.

Hal yang sama juga pernah dilakukan di negeri ini oleh para ‘pemimpin’ dan ulama. Yaitu ketika Syekh Siti Jenar mengajarkan aqidah yang menyimpang dan keluar dari batas ke-Islaman, maka pengadilan formal Wali Songo saat itu menetapkan bahwa Jenar telah murtad dan untuk itu dia berhak dihukum mati. Maka dilaksanakanlah eksekusi terhadap Jenar yang telah menjungkir balikkan ajaran Islam.

Bila pengadilan syariat eksis pada hari ini, salah satu tugas mereka adalah mengadili para penyeleweng aqidah di negeri ini. Siapa pun mereka dan apapun jaringan yang mereka buat. Kepada mereka harus diadakan proses persidangan untuk didengar seberapa jauh penyimpangan aqidah mereka dan apa saja dalih yang mereka gunakan. Bila pengadilan syariat memutuskan bahwa aqidah mereka telah keluar dari batas keislaman, barulah saat itu diputuskan bahwa mereka telah murtad. Dan barulah saat itu khalayak berhak mengkafirkan mereka atas dasar putusan tetap dari pengadilan syariah. Dan tentu saja wajib dilakukan eksekusi hukuman mati kepada mereka.

Tapi selama belum ada pengadilan syariah seperti itu, maka tak seorang pun yang berhak untuk menuduh orang lain sebagai murtad, kafir atau keluar dari Islam secara hukum. Dan main tuduh sebagai kafir akan berakibat fatal.

Jaringan Iblis ?
Sebelum kita menggeneralisir, kita perlu juga menganalisa latar belakang dan memilah bagaimana bentuk penyimpangan dan latar belakangnya.

Diantara mereka ada yang nyeleneh hanya dilatarbelakangi sensasi dan berprinsip asal beda yang penting ngetop. Ada juga yang dilatarbelakangi ketidak-tahuan dan keluguan yang sangat. Ada juga yang inginnya dibilang ilmiyah, tapi salah gaul dan salah referensi. Tapi ada juga yang memang jadi pentolannya, dimana hati nurani mereka mengakui bahwa mereka ada dalam kesesatan tapi tidak peduli. Yang terakhir ini memang karakternya mirip dengan iblis. Yaitu tahu bahwa dirinya salah, tapi tidak peduli dan malah mengajak orang lain ikut sesat.

Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah : 23)

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur .(QS. Al-A'raf : 16-17)

Dalam Al-Quran Al-Karim memang ada disebutkan bahwa iblis itu punya tentara atau pengikut.

dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat", dan dikatakan kepada mereka: "Dimanakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah selain dari Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?" Maka mereka dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis semuanya.(QS. Asy-Syura : 91-95)

Tapi disisi lain kita pun dituntut untuk berdakwah secara baik, simpatik, penuh hikmah dan mau’izhah hasanah. Kalaulah kita harus berdebat, maka lakukan dengan cara yang baik pula. Itulah inti dari dakwah sebagaimana firman Allah SWT :

Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al-An-Nahl: 125)

Bagi seorang da’i, adanya kekuatan yang menyelewengkan ajaran Islam hingga mampu membuat jaringan merupakan sebuah tantangan untuk bisa melakukan prestasi dakwah yang jauh lebih berkualitas. Bukan sekedar melemparkan cacian dan makian semata. Tetapi kerja real dan berkualitas. Semoga dengan kelembutan dan ketulusan hati, kita bisa melumerkan hati-hati yang keras dan kesat.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS. Ali Imran : 159)

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

www.syariahonline.com

*************************
Created at 11:26 AM
*************************

PENGERTIAN LAILAHAILALLAH (3) | Sunday, January 02, 2005


PENGERTIAN LAILAHAILALLAH (3)



3. Allah yang disembah (Ma'bud)


Kajian Allah sebagai yang disembah masuk kategori tauhid uluhiyyah.


a. Allah sebagai Ma'bud


Allahlah satu-satunya yang patut disembah. Simak Qs. 51:56


"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku."


Ikrar "Hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan kepadaMu-lah
kami mohon pertolongan." Qs 1:5 minimal diucapkan 17 kali
sehari.


Kembali lagi Laama'buda illallah, tiada yang patut disembah
atau diibadati kecuali Allah. Lailaha illallah juga berarti
Laama'buda illallah. b. Allah sebagi tujuan (Al-Ghayah)


Simak firman Allah Qs. 94:8 " Dan hanya kepada Allalah hendaknya
kamu berharap (menempatkan tujuan)."


Allahlah tujuan kita, Allahu Ghayatuna. Lailaha illallah juga
berarti Laaghayatu illallah. Bila Ikhwan ingin tahu lebih
lanjut penjelasan Allahu Ghayatuna, lihatlah kalimat pertama
ikrar Ikwanul Muslimin, baca penjelasannya.



Camkan pengertian Laailihaillah tersebut, anda sebagi mu'min
harus benar-benar memahami ilmu Laailahaillallah, dan sadar
betul konsekuensi ikrar laailahaillallah tersebut.


Rasulullah bersabda (direkord dalam Shahih Muslim) sbb:


" Man maata wahuwa ya'lamu an lailahailallah dakhalal
jannah."


siapa yang meninggal memiliki ilmu tentang laailahaillallah
dia akan masuk sorga.




Laailaha illallah membebaskan semua ketergantungan, kecuali hanya
pada Allah.



summary 1.



LaaKhaalika illallah ---|
|
LaaRaazika illallah ----|
|
LaaMaalika illallah ----|
|
LaaMulka illallah ------|
|----------Laailaha illallah
LaaWaaliya illallah ----|
|
LaaHaakima illallah ----|
|
LaaMa'buda illallah ----|
|
LaaGhoyatu illallah ----|



Wassalam,
nabil
tarbiyah@isnet.org


*************************
Created at 6:10 AM
*************************

PENGERTIAN LAILAHAILALLAH (2)



2. Allah sebagai Mulk (Raja di raja)
Kajian Allah sebagai Mulk disebut Tauhidul Mulkiyyah.


a. Allah sebagai Mulk (Raja di raja)
Mulk Raja-diraja dalam pengertian berkuasa penuh.


Firman Allah Qs 114:2 (surat Annas) "Malikinnas"- Raja Manusia.


Kemudian perhatikan Qs 3:26 tsb. Allah adalah Raja di raja,
tiada raja-diraja melainkan Allah. "Laamulka illallah"


Karena Allah Raja-diraja maka Allah berkuasa mutlak, semua
kejadian di alam yang fana ini atas izin Allah. Mu'jizat para
nabi dan rasul, yang seolah-olah bertentangan dengan sunnatullah
(kalau dilihat dari kacamata sunatullah yang kita kenal)
terjadi karena izin Allah. Semua makhluk adalah hambanya.
Manusia adalah hambanya yang paling mulia sekaligus paling
bandel. Alangkah sombongnya manusia itu, sudah dikarunia
kemulyaan eh menentang, petantang-petenteng, sombong, patutlah
dia di tindak tegas oleh Allah. Tetapi Ada golongan manusia
yang sangat mulia disisi Allah, dialah orang-orang yang bertaqwa.


Allah berkuasa memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang
Dia kehendaki dan berkuasa pula mencabut kekuasaan dari siapa
yang dia kehendaki. Allah berkuasa memuliakan siapa yang dia
kehendaki, begitu pula menghinakannya. Berlindung pada Raja
diraja (Allah) dengan kekuasaannya. La hawlawala quwwata illa
billa.


b. Allah sebagai pelindung (Al-Waliy)
Allahlah pelindung dan penolong mahlukNya, mintalah
perlindungan kepada Allah, niscaya Allah akan melindungi.


Simak Qs 2:257 " Allah pelindung orang-orang yang beriman;
Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan
orang-orang kafir, pelindung-pelindung mereka adalah syaitan
yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka
itulah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya."


Tidakkah ikhwan perhatikan bagaimana Allah melindungi sang
bayi yang tidak memilik kekuatan apa-apa dengan kasih
sayang dari orang tuanya?


Kemudian muncul LaaWaliyya illallah - tiada pelindung selain
Allah. Inilah makna lain dari Laailaha illallah.


c. Allah sebagai Hakam (yang membuat hukum)
Pengakuan Allah sebagi pembuat hukum harus diakui secara
i'tiqadi. Allahlah yang berhak membuat hukum, hukum-hukum
yang kita ikuti harus diturunkan dari hukum Allah
sekali tidak diperkenankan menentang hukum Allah. Konsekuensi
orang yang berhukum selain hukum Allah sangat berat.


Simak Qs 5:44-50


"...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir." (44)


"...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim." (45)


"...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
fasik ." (47)


Lanjutkan baca dengan teliti Qs 44-50 tersebut. Qs 44-50
merupakan dalil bahwa satu-satunya hukum adalah hukum Allah.


Benar-benar mengerikan kalau kita tidak berhukum selain
hukum Allah, konsekuansinya bisa fasik, zalim ataupun kafir,
mengerikan


Lalu dapat ditarik pengertian Laahakama illallah - Tiada
pembuat hukum kecuali Allah. Lailaha illallah juga berarti
Laahakima illallah.


Wassalam,
nabil

tarbiyah@isnet.org


*************************
Created at 6:08 AM
*************************

PENGERTIAN LAILAHAILALLAH (1)



Mari kita mendalami pengertian Lailahailallah.


1. Allah sebagai Rab
Kajian allah sebagi Rab dimasukkan kedalam tauhid Rububiyyah.


a. Allah Sebagai Khalik (pencipta)
Simak Qs 2:21


"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu, agar kamu bertaqwa"


kemudian Qs 51:56


"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku"


Mencipta adalah hak Allah lihat ujung Qs 7:54 "...mencipta dan
memerintah hanyalah hak Allah. ..."


Yang memiliki kemampuan mencipta hanya Allah, taksatupun mahkluk
diberi wewenang untuk mencipta. Yang bisa dilakukan makhluq hanya
mengutak-atik yang telah ada, melakukan assembling. Kiranya suatu
saat manusia dapat membuat makhluk hidup dengan mencampur berbagai
bahan kimia, itupun hanya assembling, membuat dari yang ada. Hanya
memberikan kondisi supaya terjadi kehidupan, sama halnya dengan
manusia dapat memberikan kondisi kepada kematian. Allah
dari yang tidak ada menjadi ada.


Lalu muncullah pengertian : LaaKhalika illallah, yang berarti
tiada pencipta selain Allah. Jadi Laailaha illallah juga
berarti LaaKhalika illallah.


b. Allah sebagai pemberi Rizki (Ar-Raaziq)
Ar-Raaziq berati juga penjamin, pemelihara sekaligus pemberi rizki.
Simak Qs 2:22


"Dialah yang menjadikan bumi sebagi hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan dia menurunkan air(hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki
untukmu ..."


selanjutnya simak pula Qs 17:30-31


"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia
kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
lagi Maha Melihat akan hamba-hambNya."(30)


"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karean takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar."


Allah jamin rizki tiap-tiap mahluknya, siapa takut tidak dapat
rizki, rizkinya akan sempit. Kita samasekali tidak boleh khawatir
terhadap rizki yang diberikan Allah, tetapi kita tidak boleh berpangku
tangan, diam menungguh hujan rizki dari langit, kita harus/diwajib
kan berusaha, ikhtiar untuk mendapatkannya.
Salah satu rizki yang jarang diperhitungkan manusia adalah oksigen.
Pernahkah kita merenung rizki oksegen yang kita hirup setiap saat?
bagaimana kalau penggunaan oksigen di charge? Coba anda hitung
kita butuhkan oksigen kita 24 jam, lalu harga oksigen, kemudian
hitung berapa uang yang harus dikeluarkan kalau oksigen kita beli
setiap bulan? Tidakkah ikwan berpikir betapa rizki Allah diberikan
tanpa menghitung-hitung. Coba renungkan lagi, renungkan dan renungkan.


Kecenderungan ketakutan untuk tidak memperoleh rizki ini kiranya
banyak melanda kita, kita ragu-ragu bahkan mau-maunya manusia
mencari yang tidak halal, termasuk korupsi yang sedang hangat
didiskusikan. Kini orang takut pula punya anak lebih dari dua,
takut rizkinya sempit, padalah Allah menjamin anak-anak itu
lihat ayat diatas, tapi kita RAGU terhadap jaminan Allah ini,
keraguan ini menunjukkan pengertian kita terhadap aqidah masih
lemah. Apakah ikhwan RAGU terhadap jaminan ALLAH ? renungkanlah,
lalu jika tidak saya ucapkan selamat, iman ikhwan telah tegar,
bila jawabnya iya, berushalah meningkatkan iman, yakinlah kepada
Allah sepenuh jiwa, hilangkan semua keraguan. Ingat iblis dan
pasukannya menghancurkan pertahanan iman dari keraguan.


Berdasarkan ini maka : Laaraziqa illallah (tiada pemberi rizki
kecuali Allah). Jadi Laailaha illallah juga berarti Laaraziqa
illallah.



c. Allah sebagai pemilik (Al-Malik)
Allah-lah yang memiliki langit dan bumi dan segala diantara
keduanya. Al-Malik berarit juga rajadiraja. Kerajaan Allah
meliputi langit dan bumi. Simak Firman Allah Qs 3:26-27.


"Katakallah : Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu." (26)


"Engkau masukkan malam ke dalam siang dan engkau masukkan siang
ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati
dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hdup. Dan Engkau
beri rizki yang Engkau kehendaki tanpa hisab." (27)


Kedua ayat diatas menunjukkan Maha Kuasa Allah pemilik kerajaan,
Dia dapat berbuat apa saja yang dia kehendaki, berkuasa mutlak.
Jadi pada perinsipnya semuanya ini milik Allah, harta yang kita
miliki pada hakekatnya adalah milik Allah yang dipinjamkan/amanat
kepada kita, kelak akan ditanyai amanat itu.


Lalu dengan ini mulcullah: Laamailka illallah. (tiada pemilik
kecuali Allah. Apa yang mau disombongkan Manusia, dia tak
punya apa-apa, semuanya milik Allah. Inilah makna lain
Laailaha illallah.



Wassalam,
nabil
tarbiyah@isnet.org



*************************
Created at 6:06 AM
*************************

ILAH


Ilah dalam pengertian sehari-hari adalah tuhan.
Di dalam terminologi Al-Qur'an ilah berarti:


1. Mahbubun (yang dicintai). Mari kita simak Qs 2:165 :


"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai
Allah ..."


Pada ayat ini disebutkan menyembah dikaitkan dengan mencintai. Jadi
kalau seseorang mencintai sesuatu (dalam ayat disebutkan andada--
tandingan-tandingan) sejajar dengan cintanya kepada Allah berarti
mereka menyembah tandingan-tandingan tersebut. Jadi sangat tegas
ayat ini, jangankan mencintai sesuatu lebih dari cintanya kepada
Allah, mensejajarkan cinta itu saja berakibat fatal. Apakah
tandingan-tandingan itu? Mari kita simak penjelasannya di Qs 9:24


"Katakanlah: 'Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-
istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan; pernia-
gaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai selain Allah
dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusanNya.' Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik."


Jadi anak, bapak, ibu, saudara, istri/suami, bisnis, rumah dsb
seperti disebutkan pada ayat diatas dapat menjadi ilah. Oleh
karena itu Allah mengancam dengan keputusanNya... tunggulah
tiba saatnya nanti. Betapa Maha Penyayang Allah, memberikan
kesempatan kepada mahluknya yang mebelakanginya untuk tidak
segera mendatangkan keputusanNya itu.


Sesuatu yang dicintai ini sangat penting, karena manusia
sering terpeleset disini. Misalnya dia lebih mencintai bisnisnya,
sehingga meninggalkan pensan-pesan Allah, melanggar syariatNya
dsb. Kita dapat menulislah ilah-ilah lain seperti jabatan,
kekuasaan, dsb.


Berdasarkan Qs 9:24 tersebut, tingkatan cinta seorang muslim
sbb: 1) Allah 2) RasulNya (Nabi Muhammad SAW), 3) jihad
baru yang lainnya. Kita tidak dilarang mencintai harta,
istri, anak dll, tetapi cintanya harus dibawah cinta kita
kepada Allah, RasulNya dan Jihad.



2. Matbu'un (sesuatu yang dikuuti)


Mengikuti sesuatu selain dari petunjuk Allah bisa dicap memiliki
ilah selain Allah. Mari kita simak contohnya dalam Qs 25:43


"Terangkanlah kepadaku tentang orang-orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemeli-
hara atasnya?"


Hawanafsu kalau selalu diikuti maka selalu menjurus ke yang
negatif dan berdasarkan ayat diatas dia kalau seseorang selalu
mengikuti hawanafsunya, maka hawanafsunya tersebut juga menjadi
tuhannya.


Hawanafsu termasuk yang sangat sulit dikendalikan. Dalam kisah
perang Badar, setelah perang usai, seorang sahabat Rasulullah
berujar kira-kira "kita telah menyelesaikan perang besar",
Rasulullah lalu bersabda yang kira-kira perang tersebut kecil,
perang yang besar adalah perang melawan hawanafsu.


3. Marhabun (sesuatu yang ditakuti) simak diujung Qs 16:51


"Allah berfirman: 'Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguh
nya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja
kamu takut."


Seorang muslim harus berani, tidak boleh takut kepada siapapun,
kecuali Allah. Takut disini adalah takut Syar'i (takut dan
terpaksa menjalankan sesuatu yang bertentangan dengan perintah
Allah karena sesuatu. Sesuatu bisa beratri manusia, jin atau
mahluk lain). Takut tabi'i dibolehkan. Misalnya takut dengan
anjing galak, takut dengan ular berbisa dll.


(Urusan takut ini pernah dibahas Akhi Riza Sajjad dulu, beberapa
tahun yang lalu)


Taqwa dalam arti sempit dapat berarti takut. Takqwa kepada Allah
bisa berarti luarbiasa takutnya kepada Allah, dilukiskan di
Al-Qur'an (saya lupa surat dan ayatnya) dengan mendengarkan nama
Allah hatinya bergetar karena takut. Dengan takut kepada Allah
otomatis akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi
segala larangannya.


Wassalam,
nabil
tarbiyah@isnet.org


*************************
Created at 5:31 AM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

December 2004[x] January 2005[x] October 2005[x]