<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9752792\x26blogName\x3dRukun+Iman+%26+Islam\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://cintaku-rim.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://cintaku-rim.blogspot.com/\x26vt\x3d4973526943982514775', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

PENGGUNAAN AKAL YANG TERCELA | Friday, December 31, 2004


Oleh: Imam Asy-Syatibi

Penggunaan akal dikatakan tercela bila tanpa menggunakan dasar dan tidak bersandar pada Al-Kitab dan Sunnah. Jadi, akal (dijadikan) sebagai penentu dalam (penetapan) syariat. Bila seseorang menempatkan akalnya seperti itu, maka dia telah terjebak dalam perbuatan bidah. Karena semua bidah itu hanyalah merupakan pendapat akal belaka yang tidak berdasar dalil sama sekali. Oleh karena itulah setiap bidah selalu dinisbatkan kepada sesuatu kesesatan.

Dalam hadist shahih dari Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda :

Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu begitu saja dari manusia setelah memberikannya kepada mereka. Akan tetapi Allah mencabut ilmu tersebut dari mereka dengan mematikan ulama berserta ilmu mereka, lalu tinggallah orang-orang jahil yang dimintai fatwa, kemudian mereka pun berfatwa dengan pendapat akal mereka, maka (jadilah) mereka itu tersesat lagi menyesatkan.1)

Perbedaan Ulama tentang Penggunaan Akal

Sebagian ulama berkata bahwa penggunaan akal yang tercela adalah penggunaan akal yang menyelisihi Sunnah, sebagaimana yang dilakukan oleh ahli bidah. Akan tetapi hal itu ada dalam masalah akidah saja, seperti ajaran Jahm2) dan semua ajaran ahli kalam lainnya. Karena mereka menggunakan pendapat akal mereka semata untuk membantah hadist-hadist Rasulullah yang shahih; bahkan, untuk membantah ayat Al-Quran yang telah jelas penunjukan hukumnya.

Sebagian yang lain mengatakan bahwa penggunaan akal yang tercela dan rusak adalah penggunaan akal untuk membuat perkara-perkara yang bidah atau yang semisalnya. Karena memang dari semua bidah itu kembalinya kepada pendewaan akal dan penyimpangan dari syari’at. Pendapat inilah yang kuat. Karena dalil-dalil yang telah kita sebutkan dimuka tidak menunjukkan satu macam bidah saja, tapi justru menunjuk kepada semua bentuk bidah yang telah terjadi dan yang akan terjadi sampai hari kiamat, baik masalah ushul maupun masalah furu.

Sebagian yang lain lagi mengatakan penggunaan akal yang tercela adalah penggunaan akal untuk menentukan hukum-hukum agama untuk masalah istihsan dan asumsi-asumsi, sibuk membahas permasalahan-permasalahan yang rumit yang sering mengelirukan, mengembalikan sebagian permasalahan furu dan kasus-kasus yang muncul antara satu dengan yang lain berdasarkan qiyas tanpa mengembalikan kepada kaidah-kaidah ushul serta meneliti sisi kelemahan dan kelayakan cara tersebut. Akal pun digunakan sebagai pemegang peranan dalam membahas permasalahan tersebut. Dibahas dan diperbincangkannya permasalahan tersebut secara terperinci sebelum kasusnya sendiri terjadi dengan mengandalkan akal berdasar perkiraan-perkiraan. Mereka yang berpendapat demikian berkata: Karena menyibukkan diri dan larut dengan cara-cara semacam itu berarti menafikkan Sunnah, mendorong kejahilan orang terhadap Sunnah, meninggalkan keharusan berdasar Sunnah tersebut; juga dengan Kitabullah.

Pendapat diatas sejalan dengan pendapat sebelumnya. Kerena pendapat diatas melarang menggunakan akal meskipun tidak tercela. Hal itu karena terlalu sibuk dengan penggunaan akal akan mengarahkan diri kepada pendapat yang tercela, yaitu membuang Sunnah dan mencukupkan diri dengan akal. Dan kalau sudah begitu maka akan sejalan dengan pendapat sebelumnya. Karena di antara kebiasaan syariat bahwa apabila melarang keras sesuatu berarti melarang pula hal-hal yang mendukungnya. Tidaklah kita mengetahui adanya sabda Rasulullah:

Yang halal itu jelas; yang haram pun juga jelas. Diantara kedua nya ada perkara-perkara syubhat3).4)

Demikian pula, dalam syariat terdapat kaidah Saddudz Dzariah, yaitu menahan diri dari hal yang dibolehkan karena dikhawatirkan akan mengiring kepada hal yang tidak dibolehkan. Dan semakin besar daya rusak suatu perkara yang dilarang tersebut, maka akan semakin diperketat upaya pencegahannya.

Sebagai kesimpulannya adalah bahwa penggunaan akal yang tercela adalah penggunaan akal yang berdasar atas kebodohan, mengikuti hawa nafsu tanpa mau merujuk kepada syariat. Dan termasuk penggunaan akal yang tercela pula, segala jalan yang mengiring kepada penurutan hawa nafsu meski pada asalnya jalan tersebut baik lantaran kembali kepada kaidah syar'i.

---------------------------------------
Footnote:
1). Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (Hadist no. 100, dan 7307)
2). Jahm bin Shafwan adalah pendiri kelompok Jahmiyyah yang di antara ajarannya adalah menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah, pent.
3). Syubhat artinya tidak ada kejelasan halal dan haramnya, pent.
4). Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (Hadist no. 2051) dan ini adalah lafal yang dia riwayatkan, dan Muslim (Hadist no. 1599) dari An-Nu’man bin Basyir.

Sumber :
Ringkasan Al-Itisham Imam Asy-Syatibi, Membedah Seluk Beluk Bid’ah, karya Syaikh Abdul Qadir As-Saqqaf, Bab 2 Tercelanya bidah dan akibat buruk yang akan diperoleh para pelakunya hal: 54.

*************************
Created at 11:47 PM
*************************

TAKDIR ( 3 ) | Wednesday, December 29, 2004


Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang
diberikan oleh Allah kepadanya. Makhluk ini, misalnya, tidak
dapat terbang. Ini merupakan salah satu ukuran atau batas
kemampuan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Ia tidak mampu
melampauinya, kecuali jika ia menggunakan akalnya untuk
menciptakan satu alat, namun akalnya pun, mempunyai ukuran yang
tidak mampu dilampaui. Di sisi lain, manusia berada di bawah
hukum-hukum Allah sehingga segala yang kita lakukan pun tidak
terlepas dari hukum-hukum yang telah mempunyai kadar dan ukuran
tertentu. Hanya saja karena hukum-hukum tersebut cukup banyak,
dan kita diberi kemampuan memilih -tidak sebagaimana matahari dan
bulan misalnya- maka kita dapat memilih yang mana di antara
takdir yang ditetapkan Tuhan terhadap alam yang kita pilih. Api
ditetapkan Tuhan panas dan membakar, angin dapat menimbulkan
kesejukan atau dingin; itu takdir Tuhan -manusia boleh memilih
api yang membakar atau angin yang sejuk. Di sinilah pentingnya
pengetahuan dan perlunya ilham atau petunjuk Ilahi. Salah satu
doa yang diajarkan Rasulullah adalah:

"Wahai Allah, jangan engkau biarkan aku sendiri (dengan
pertimbangan nafsu akalku saja), walau sekejap."

Ketika di Syam (Syria, Palestina, dan sekitarnya) terjadi wabah,
Umar ibn Al-Khaththab yang ketika itu bermaksud berkunjung ke
sana membatalkan rencana beliau, dan ketika itu tampil seorang
bertanya:

"Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Tuhan?"

Umar r.a. menjawab,

"Saya lari/menghindar dan takdir Tuhan kepada takdir-Nya
yang lain."

Demikian juga ketika Imam Ali r.a. sedang duduk bersandar di satu
tembok yang ternyata rapuh, beliau pindah ke tempat lain.
Beberapa orang di sekelilingnya bertanya seperti pertanyaan di
atas. Jawaban Ali ibn Thalib, sama intinya dengan jawaban
Khalifah Umar r.a. Rubuhnya tembok, berjangkitnya penyakit adalah
berdasarkan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, dan bila
seseorang tidak menghindar ia akan menerima akibatnya. Akibat
yang menimpanya itu juga adalah takdir, tetapi bila ia menghindar
dan luput dari marabahaya maka itu pun takdir. Bukankah Tuhan
telah menganugerahkan manusia kemampuan memilah dan memilih?
Kemampuan ini pun antara lain merupakan ketetapan atau takdir
yang dianugerahkan-Nya Jika demikian, manusia tidak dapat luput
dari takdir, yang baik maupun buruk. Tidak bijaksana jika hanya
yang merugikan saja yang disebut takdir, karena yang positif pun
takdir. Yang demikian merupakan sikap 'tidak menyucikan Allah,
serta bertentangan dengan petunjuk Nabi Saw.,' "... dan kamu
harus percaya kepada takdir-Nya yang baik maupun yang buruk."
Dengan demikian, menjadi jelaslah kiranya bahwa adanya takdir
tidak menghalangi manusia untuk berusaha menentukan masa depannya
sendiri, sambil memohon bantuan Ilahi

Apakah Takdir Merupakan Rukun Iman?

Perlu digarisbawahi bahwa dari sudut pandang studi Al-Quran,
kewajiban mempercayai adanya takdir tidak secara otomatis
menyatakannya sebagai satu di antara rukun iman yang enam.
Al-Quran tidak menggunakan istilah "rukun" untuk takdir, bahkan
tidak juga Nabi Saw. dalam hadis-hadis beliau. Memang, dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh banyak pakar hadis, melalui
sahabat Nabi Umar ibn Al-Khaththab, dinyatakan bahwa suatu ketika
datang seseorang yang berpakaian sangat putih, berambut hitam
teratur, tetapi tidak tampak pada penampilannya bahwa ia seorang
pendatang, namun, "tidak seorang pun di antara kami mengenalnya."
Demikian Umar r.a. Dia bertanya tentang Islam, Iman, Ihsan, dan
saat kiamat serta tanda-tandanya. Nabi menjawab antara lain
dengan menyebut enam perkara iman, yakni percaya kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, hari
kemudian, dan "percaya tentang takdir-Nya yang baik dan yang
buruk." Setelah sang penanya pergi, Nabi menjelaskan bahwa,

"Dia itu Jibril, datang untuk mengajar kamu, agama kamu."

Dari hadis ini, banyak ulama merumuskan enam rukun Iman tersebut.

Seperti dikemukan di atas, Al-Quran tidak menggunakan kata rukun,
bahkan Al-Quran tidak pernah menyebut kata takdir dalam satu
rangkaian ayat yang berbicara tentang kelima perkara lain di
atas. Perhatikan firman-Nya dalam surat Al-Baqarah (2): 285,

"Rasul percaya tentang apa yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian juga orang-orang Mukmin. Semuanya percaya
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian."

Dalam QS Al-Nisa' (4): 136 disebutkan:

"Wahai orang-orang yang beriman, (tetaplah) percaya kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan kepada kitab yang diturunkan kepada
Rasul-Nya, dan kitab yang disusunkan sebelum (Al-Quran).
Barangsiapa yang tidak percaya kepada Allah, malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudiam, maka
sesungguhnya dia telah sesat sejauh-jauhnya."

Bahwa kedua ayat di atas tidak menyebutkan perkara takdir, bukan
berarti bahwa takdir tidak wajib dipercayai. Tidak! Yang ingin
dikemukakan ialah bahwa Al-Quran tidak menyebutnya sebagai rukun,
tidak pula merangkaikannya dengan kelima perkara lain yang
disebut dalam hadis Jibril di atas. Karena itu, agaknya dapat
dimengerti ketika sementara ulama tidak menjadikan takdir sebagai
salah satu rukun iman, bahkan dapat dimengerti jika sementara
mereka hanya menyebut tiga hal pokok, yaitu keimanan kepada
Allah, malaikat, dan hari kemudian. Bagi penganut pendapat ini,
keimanan kepada malaikat mencakup keimanan tentang apa yang
mereka sampaikan (wahyu Ilahi), dan kepada siapa disampaikan,
yakni para Nabi dan Rasul.

Bahkan jika kita memperhatikan beberapa hadis Nabi, seringkali
beliau hanya menyebut dua perkara, yaitu percaya kepada Allah dan
hari kemudian.

"Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, maka
hendaklah ia menghormati tamunya. Siapa yangpercaya kepada
Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia menyambung tali
kerabatnya. Siapa yang percaya kepada Allah dan hari
kemudian, maka hendaklah ia berkata benar atau diam."

Demikian salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim melalui Abu Hurairah.

Al-Quran juga tidak jarang hanya menyebut dua di antara hal-hal
yang wajib dipercayai. Perhatikan misalnya surat Al-Baqarah (2):
62,

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi
zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau
dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh,
maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan
mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga
mereka akan bersedih."

Ayat ini tidak berarti bahwa yang dituntut dari semua kelompok
yang disebut di atas hanyalah iman kepada Allah dan hari
kemudian, tetapi bersama keduanya adalah iman kepada Rasul, kitab
suci, malaikat, dan takdir. Bahkan ayat tersebut dan semacamnya
hanya menyebut dua hal pokok, tetapi tetap menuntut keimanan
menyangkut segala sesuatu yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.,
baik dalam enam perkara yang disebut oleh hadis Jibril di atas,
maupun perkara lainnya yang tidak disebutkan.

Demikianlah pengertian takdir dalam bahasa dan penggunaan
Al-Quran.


Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

*************************
Created at 2:54 AM
*************************

Kata takdir (taqdir) terambil dan kata qaddara berasal dari akar
kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi kadar atau
ukuran, sehingga jika Anda berkata, "Allah telah menakdirkan
demikian," maka itu berarti, "Allah telah memberi
kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan
maksimal makhluk-Nya."

Dari sekian banyak ayat Al-Quran dipahami bahwa semua makhluk
telah ditetapkan takdirnya oleh Allah. Mereka tidak dapat
melampaui batas ketetapan itu, dan Allah Swt. menuntun dan
menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju. Begitu
dipahami antara lain dari ayat-ayat permulaan Surat Al-A'la
(Sabihisma),

"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang
menciptakan (semua mahluk) dan menyempurnakannya,
yang memberi takdir kemudian mengarahkan(nya)"
(QS Al-A'la [87]: 1-3).

Karena itu ditegaskannya bahwa:

"Dan matahari beredar di tempat peredarannya
Demikian itulah takdir yang ditentukan oleh
(Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui"
(QS Ya Sin [36]: 38).

Demikian pula bulan, seperti firman-Nya sesudah ayat di atas:

"Dan telah Kami takdirkan/tetapkan
bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga
(setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir)
kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua"
(QS Ya Sin [36]: 39)

Bahkan segala sesuatu ada takdir atau ketetapan Tuhan atasnya,

"Dia (Allah) Yang menciptakan segala sesuatu, lalu Dia
menetapkan atasnya qadar (ketetapan) dengan
sesempurna-sempurnanya" (QS Al-Furqan [25]: 2).

"Dan tidak ada sesuatu pun kecuali pada sisi Kamilah
khazanah (sumber)nya; dan Kami tidak menurunkannya kecuali
dengan ukuran tertentu" (QS Al-Hijr [15]: 21).

Makhluk-Nya yang kecil dan remeh pun diberi-Nya takdir. Lanjutan
ayat Sabihisma yang dikutip di atas menyebut contoh, yakni
rerumputan.

"Dia Allah yang menjadikan rumput-rumputan, lalu
dijadikannya rumput-rumputan itu kering kehitam-hitaman"
(QS Sabihisma [87]: 4-53)

Mengapa rerumputan itu tumbuh subur, dan mengapa pula ia layu dan
kering. Berapa kadar kesuburan dan kekeringannya, kesemuanya
telah ditetapkan oleh Allah Swt., melalui hukum-hukum-Nya yang
berlaku pada alam raya ini. Ini berarti jika Anda ingin melihat
rumput subur menghijau, maka siramilah ia, dan bila Anda
membiarkannya tanpa pemeliharaan, diterpa panas matahari yang
terik, maka pasti ia akan mati kering kehitam-hitaman atau
ghutsan ahwa seperti bunyi ayat di atas. Demikian takdir Allah
menjangkau seluruh makhluk-Nya. Walhasil,

"Allah telah menetapkan bagi segala sesuatu kadarnya"
(QS Al-Thalaq [65]: 3)

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam raya ini, dan sisi
kejadiannya, dalam kadar atau ukuran tertentu, pada tempat dan
waktu tertentu, dan itulah yang disebut takdir. Tidak ada sesuatu
yang terjadi tanpa takdir, termasuk manusia. Peristiwa-peristiwa
tersebut berada dalam pengetahuan dan ketentuan Tuhan, yang
keduanya menurut sementara ulama dapat disimpulkan dalam istilah
sunnatullah, atau yang sering secara salah kaprah disebut
"hukum-hukum alam."

Penulis tidak sepenuhnya cenderung mempersamakan sunnatullah
dengan takdir. Karena sunnatullah yang digunakan oleh Al-Quran
adalah untuk hukum-hukum Tuhan yang pasti berlaku bagi
masyarakat, sedang takdir mencakup hukum-hukum kemasyarakatan dan
hukum-hukum alam. Dalam Al-Quran "sunnatullah" terulang sebanyak
delapan kali, "sunnatina" sekali, "sunnatul awwalin" terulang
tiga kali; kesemuanya mengacu kepada hukum-hukum Tuhan yang
berlaku pada masyarakat. Baca misalnya QS Al-Ahzab (33): 38, 62
atau Fathir 35, 43, atau Ghafir 40, 85, dan lain-lain.

Matahari, bulan, dan seluruh jagat raya telah ditetapkan oleh
Allah takdirnya yang tidak bisa mereka tawar,

"Datanglah (hai langit dan bumi) menurut perintah-Ku, suka
atau tidak suka!" Keduanya berkata, "Kami datang dengar
penuh ketaatan."

Demikian surat Fushshilat (41) ayat 11 melukiskan "keniscayaan
takdir dan ketiadaan pilihan bagi jagat raya."

Apakah demikian juga yang berlaku bagi manusia? Tampaknya tidak
sepenuhnya sama.

(... bersambung ke 3/3)




Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

*************************
Created at 2:48 AM
*************************

Ketika Mu'awiyah ibn Abi Sufyan menggantikan Khalifah IV, Ali ibn
Abi Thalib (W. 620 H), ia menulis surat kepada salah seorang
sahabat Nabi, Al-Mughirah ibn Syu'bah menanyakan, "Apakah doa
yang dibaca Nabi setiap selesai shalat?" Ia memperoleh jawaban
bahwa doa beliau adalah,

"Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu
bagi-Nya. Wahai Allah tidak ada yang mampu
menghalangi apa yang engkau beri, tidak juga ada
yang mampu memberi apa yang Engkau halangi,
tidak berguna upaya yang bersungguh-sungguh. Semua
bersumber dari-Mu (HR Bukhari).

Doa ini dipopulerkannya untuk memberi kesan bahwa segala sesuatu
telah ditentukan Allah, dan tiada usaha manusia sedikit pun.
Kebijakan mempopulerkan doa ini, dinilai oleh banyak pakar
sebagai "bertujuan politis," karena dengan doa itu para penguasa
Dinasti Umayah melegitimasi kesewenangan pemerintahan mereka,
sebagai kehendak Allah. Begitu tulis Abdul Halim Mahmud mantan
Imam Terbesar Al-Azhar Mesir dalam Al-Tafkir Al-Falsafi fi
Al-Islam (hlm- 203).

Tentu saja, pandangan tersebut tidak diterima oleh kebanyakan
ulama. Ada yang demikian menggebu menolaknya sehingga secara
sadar atau tidak -mengumandangkan pernyataan la qadar (tidak ada
takdir). Manusia bebas melakukan apa saja, bukankah Allah telah
menganugerahkan kepada manusia kebebasan memilih dan memilah?
Mengapa manusia harus dihukum kalau dia tidak memiliki kebebasan
itu? Bukankah Allah sendiri menegaskan,

"Siapa yang hendak beriman silakan beriman,
siapa yang hendak kufur silakan juga kufur" (QS
Al-Kahf [18]: 29).

Masing-masing bertanggung jawab pada perbuatannya
sendiri-sendiri. Namun demikian, pandangan ini juga disanggah.
Ini mengurangi kebesaran dan kekuasaan Allah. Bukankah Allah
Mahakuasa? Bukankah

"Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu
lakukan" (QS Al-Shaffat [37]: 96).

Tidakkah ayat ini berarti bahwa Tuhan menciptakan apa yang kita
lakukan? Demikian mereka berargumentasi. Selanjutnya bukankah
Al-Quran menegaskan bahwa,

"Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat
terlaksana) kecuali dengan kehendak Allah jua" (QS
Al-Insan [76]: 30).

Demikian sedikit dari banyak perdebatan yang tak kunjung habis di
antara para teolog. Masing-masing menjadikan Al-Quran sebagai
pegangannya, seperti banyak orang yang mencintai si Ayu, tetapi
Ayu sendiri tidak mengenal mereka.

Kemudian didukung oleh penguasa yang ingin mempertahankan
kedudukannya, dan dipersubur oleh keterbelakangan umat dalam
berbagai bidang, meluaslah paham takdir dalam arti kedua di atas,
atau paling tidak, paham yang mirip dengannya

Yang jelas, Nabi dan sahabat-sahabat utama beliau, tidak pernah
mempersoalkan takdir sebagaimana dilakukan oleh para teolog itu.
Mereka sepenuhnya yakin tentang takdir Allah yang menyentuh semua
makhluk termasuk manusia, tetapi sedikit pun keyakinan ini tidak
menghalangi mereka menyingsingkan lengan baju, berjuang, dan
kalau kalah sedikit pun mereka tidak menimpakan kesalahan kepada
Allah. Sikap Nabi dan para sahabat tersebut lahir, karena mereka
tidak memahami ayat-ayat Al-Quran secara parsial: ayat demi ayat,
atau sepotong-sepotong terlepas dari konteksnya, tetapi
memahaminya secara utuh, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah
Saw.

(... bersambung ke 2/3)



Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

*************************
Created at 2:44 AM
*************************

Taqdir Allah adalah ketentuan yang telah Allah tetapkan. Bahkan jauh sebelum semua makhluq diciptakan, Allah telah menuliskan semua taqdir makhluqnya dari permulaan masa hingga hari akhir.

Namun harus kita pahami bahwa taqdir itu tidak ada yang tahu kecuali hanya Allah. Jadi kita tidak bisa mengatakan misalnya- bahwa saya ini tidak bisa jadi kaya karena taqdir Allah. Sebab dari mana kita tahu bahwa di masa yang akan datang itu kita tetap miskin? Jadi bagi manusia dan semua makhluq yagn namanya taqdir Allah itu adalah hal ghaib dan misteri. Karena itu haram hukumnya seseorang berpangku tangan tidak berusaha dengan alasan sudah taqdir. Padahal Allah sendiri sebagai Penulis Taqdir telah memerintahkan kita untuk berusaha dan bekerja serta berikhtiar. Karena itu menyalahkan taqdir adalah dosa karena melawan perintah Allah.

Jauh hari sebelum kita, orang-orangdahulu pun pernah berselisih paham tentang takdir ini menjadi dua kubu yang ekstrem. Yang pertama yang menyerahkan semua pada taqdir, tidak mau bekerja dan berusaha. Yang kedua yang tidak percaya pada taqdir dan berpendirian bahwa manusia 100% menentukan apa yang akan terjadi. Bagi Ahlussunnah wal jamaah, posisi yang benar adalah diantara keduanya, yaitu tidak menafikan taqdir tetapi tetap berusaha.

Orang yang bunuh diri tidak keluar dari taqdir Allah, karena kita baru tahu apakah suatu kejadian itu merupakan taqdir dari Allah atau bukan setelah kejadian itu berlangsung. Jadi bagaimana kita tahu bahwa orang bunuh diri itu takdirnya bukan seperti itu ? Apakah kita bisa tahu taqdir dari Allah sebelumnya sehingga bisa mengatakan bahwa taqdirnya tidak mati bunuh diri, tapi mati di tempat lain.

Sehingga jatah manusia bukanlah untuk mempertanyakana apakah suatu kejadian itu sudah sesuai dengan taqdir Allah atau tidak. Tetapi jatah kita hanyalah berusaha untuk mendapatkan kebaikan, kesehatan, keselamanat, keamanan dan semua yang baik-baik. Usaha itu sendiri merupakan perintah Allah.

Dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah SAW bersbda,Tidak ada seorang pun dari kamu melainkan telah dicatat / ditentukan tempat kembalinya, ke surga atau ke neraka. Para shahabat bertanya,Kalau begitu sebaiknya kita meninggalkan ibadah dan amal lalu bertawakal saja ?. Rasulullah SAW bersabda,Beramallah, karena semua orang dimudahkan oleh Allah sesuai dengan penciptaannya. (HR. Bukhari, Muslim)

Konsep taqdir.

Taqdir itu memiliki empat tingkatan yang semuanya wajib diimani.

a. Al-`Ilmu, bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun teperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena segala sesuatu diketahui oleh Allah, baik yang detail maupun jelas atas setiap gerak-gerik makhluknya.

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya , dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata "(QS. Al-an`am 59)

b. Al-Kitabah

Bahwa Allah mencatat semua itu dalam lauhil mahfuz, sebagaimana firman-Nya :

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab . Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.(QS. Al-Hajj : 70)

c. Al-Masyiah (kehendak)

Kehendak Allah ini bersifat umum. Bahwa tidak ada sesuatu pun di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan iradat / masyiah (kehendak / keinginan) Allah SWT. Maka tidak ada dalam kekuasaannya yang tidak diinginkannya selamanya. Baik yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Zat Allah atau yang dilakukan oleh makhluq-Nya.

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (QS. Yasin : 82)

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada diantara mereka yang beriman dan ada di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.(QS. Al-Baqarah : 253)

d. Al-Khalqu

Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai penciptanya, pemiliknya, pengaturnya dan menguasainya.

Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya.(QS. Az-Zumar : 2)

Wallahu alam bis-shawab.

Pusat Konsultasi Syariah

*************************
Created at 2:13 AM
*************************

Tanda-tanda kiamat kecil | Tuesday, December 28, 2004


Antara tanda-tanda kiamat kecil berdasarkan hadis:

Penaklukan Baitulmuqaddis

Dari Auf b. Malik r.a., katanya, "Rasulullah s. a. w. telah bersabda:"Aku menghitung enam perkara menjelang hari kiamat."Baginda menyebutkan salah satu di antaranya, iaitu penaklukan Baitulmuqaddis." - Sahih Bukhari

Zina bermaharajalela

"Dan tinggallah manusia-manusia yang buruk, yang seenaknya melakukan persetubuhan seperti himar (keldai). Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang." - Sahih Muslim

Bermaharajalela alat muzik

"Pada akhir zaman akan terjadi tanah runtuh, rusuhan dan perubahan muka."Ada yang bertanya kepada Rasulullah;
"Wahai Rasulullah bila hal ini terjadi?" Baginda menjawab; "Apabila telah bermaharajalela bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi-penyanyi wanita" - Ibnu Majah

Menghias masjid dan membanggakannya

"Di antara tanda-tanda telah dekatnya kiamat ialah manusia bermegah-megahan dalam mendirikan masjid" - Riwayat Nasai.

Munculnya kekejian, memutuskan kerabat dan hubungan dengan tetangga tidak baik

"Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan dan perkataan keji, memutuskan hubungan silaturahim dan sikap yang buruk dalam tetangga." - Riwayat Ahmad dan Hakim

Ramai orang soleh meninggal dunia

"Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang-orang yang baik dan ahli agama dimuka bumi, maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang-orang yang hina dan buruk yang tidak mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran - Riwayat Ahmad

Orang hina mendapat kedudukan terhormat

"Di antara tanda-tanda semakin dekatnya kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka' bin Luka'(orang yang bodoh dan hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang yang beriman yang diapit oleh dua orang mulia" - Riwayat Thabrani

Mengucapkan salam kepada orang yang dikenalnya sahaja

"Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mahu mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja." - Riwayat Ahmad

Banyak wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
"Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah akan muncul pakaian-pakaian wanita dan apabila mereka memakainya keadaannya seperti telanjang."

Bulan sabit kelihatan besar

"Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah menggelembung (membesarnya) bulan sabit." - Riwayat Thabrani

Banyak dusta dan tidak tepat dalam menyampaikan berita

"Pada akhir zaman akan muncul pembohong-pembohong besar yang datang kepadamu dengan membawa berita-berita yang belum pernah kamu dengar dan belum pernah didengar oleh bapa-bapa kamu sebelumnya, kerana itu jauhkanlah dirimu dari mereka agar mereka tidak menyesatkanmu dan memfitnahmu" - Sahih Muslim

Banyak saksi palsu dan menyimpan kesaksian yang benar

"Sesungguhnya sebelum datangnya hari kiamat akan banyak kesaksian palsu dan disembunyikan kesaksian yang benar" - Riwayat Ahmad

Negara Arab menjadi padang rumput dan sungai

"Tidak akan datang hari kiamat sehingga negeri Arab kembali menjadi padang rumput dan sungai-sungai." - Sahih Muslim




Diperolehi daripada "http://ms.wikipedia.org/wiki/Tanda-tanda_kiamat_kecil"

*************************
Created at 11:01 PM
*************************

Abul-Laits dengan sanadnya meriwayatkan dari Aisyah r.a. berkata: "Saya tanya kepada Rasullullah s.a.w., Apakah yang cinta itu ingat pada kekasihnya pada hari kiamat?" Jawab Rasullullah s.a.w.: "Adapun ditiga tempat (masa) maka tidak ingat iaitu ketika ditimbang amal sehingga diketahui apakah ringan atau berat, ketika menerima lembaran catatan amal (suhuf) sehingga ia terima imma dari kanan atau dari kiri dan ketika keluar dari neraka ular naga lalu mengepung mereka dan berkata "Aku diserahi tiga macam: Orang mempersekutukan Allah s.w.t. dengan lain Tuhan, dan orang yang kejam, penentang, zalim dan orang yang tidak percaya pada hari kiamat (hisab), maka diringkus semua orang-orang yang tersebut itu lalu dilemparkan semuanya dalam neraka jahannam, dan diatas neraka jahannam itu ada jambatan yang lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang, sedang dikanan kirinya bantolan dan duri-duri, sedang orang-orang yang berjalan diatasnya ada yang bagaikan kilat, dan bagaikan angin kencang, maka ada yang selamat, dan ada yang luka terkena bantolan duri, dan ada yang terjerumus muka kedalam neraka."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasullullah s.a.w. bersabda: "Diantara dua kali tiupan sangkakala itu jarak empat puluh tahun (Tiupan untuk mematikan dan membangkitkan semula). Kemudian Allah s.w.t. menurunkan hujan air bagaikan mani orang lelaki, maka timbullah orang-orang mati bagaikan timbulnya tanaman (sayur-sayuran)."

Abul-Laits juga telah meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasullullah s.a.w. bersabda: "Ketika Allah s.w.t. telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah s.w.t. menjadikan sangkakala dan diserahkan kepada Malaikat Israfil, maka ia meletakkannya dimulutnya melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintahkan." Saya bertanya: "Ya Rasullullah, apakah shur (sangkakala) itu?" Jawab Rasullullah s.a.w.: "Bagaikan tanduk dari cahaya." Saya bertanya lagi: "Bagaimana besarnya?" Rasullullah s.a.w. menjawab: "Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutuskanku sebagai Nabi s.a.w. besar bulatannya itu seluas langit dengan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali iaitu pertama Nafkhatul faza' (untuk menakutkan), Nafkhatus sa'aq (untuk mematikan) dan Nafkhatul ba'ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan)."

Dalam riwayat Ka'ab hanya dua kali tiupan, iaitu mematikan dan membangkitkan. Firman Allah s.w.t. yang berbunyi: "Wa yauma yunfakhu fafazi'a man fissamawati waman fil ardhi illa man sya Allah (Yang bermaksud) Dan pada hari ditiup sangkakala maka terkejut takut semua yang dilangit dan yang dibumi, kecuali yang dikehendaki oleh Allah. (Surah Annamel : 87)

Dan pada saat itu tergoncangnya bumi, dan manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya dan yang meneteki lupa terhadap bayinya, dan anak-anak segera beruban dan syaitan-syaitan laknatullah berlarian. Maka keadaan itu berlaku beberapa lama kemudian Allah s.w.t. menyuruh Israfil meniup sangkakala kedua.

Firman Allah s.w.t. yang berbunyi: "Wa nufikhafishshuri fasha'iqa man fissamawati waman fil ardhi illa man sya Allah. Tsumma nufikha fihi ukhra fa idza hum qiyamun yandhurun. (Yang bermaksud) Dan ketika ditiup sangkakala maka matilah semua yang dilangit dan bumi kecuali yang dikehendaki Allah, kemudian ditiup lagi, tiba-tiba mereka bangun dan melihat. (Surah Azzumar : 68)

Mereka yang dikecualikan itu ialah roh orang-orang yang mati syahid, Jibrail, Mika'il, Israfil dan Hamalatul arsyi serta Malaikatmaut, sehingga ketika ditanya oleh Allah s.w.t: "Siapakah yang masih tinggal dari makhlukKu?" Padahal Allah s.w.t. lebih mengetahui. Jawab Malaikatmaut: "Ya Tuhan, Engkau yang hidup, yang tidak mati, tinggal malaikat Jibril, Mika'il, Israfil, Hamalatul arsyi dan aku." Maka Allah s.w.t. menyuruh Malaikatmaut mencabut roh mereka.

Riwayat Muhammad bin Ka'ab dari seorang dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Kemudian Allah s.w.t. berfirman: "Harus mati Jibril, Mika'il, Israfil dan juga Hamalatul arsyi." Kemudian Allah s.w.t. bertanya: "Hai Malaikulmaut, siapakah yang masih tinggal dari makhlukKu?" Jawab Malaikulmaut: "Engkau Dzat yang hidup yang tidak akan mati, tinggal hambamu yang lemah, Malikulmaut." Firman Allah s.w.t.: " Hai Malaikulmaut, tidakkah kau mendengar firmanKu: "kullu nafsin dza'iqatul maut. (Yang bererti) Tiap makhlukKu, Aku jadikan engkau untuk tugasmu itu, dan kini matilah engkau." Maka matilah Malaikulmaut diperintah mencabut nyawanya sendiri, maka ia sendiri, tiba-tiba ia menjerit, yang andaikata waktu itu makhluk lain masih hidup nescaya mereka semua akan mati kerana jeritan Malaikulmaut itu, lalu ia berkata: "Andaikan saya mengetahui bahawa pencabutan roh itu seberat ini nescaya aku akan lebih lunak ketika mencabut roh-roh orang mukmin." Kemudian matilah Malaikulmaut dan tiada tinggal satupun dari makhluk Allah s.w.t. Kemudian Allah s.w.t. berfirman kepada dunia yang rendah ini: "Dimanakah raja-raja dan putera-putera raja, dimanakah raksasa-raksasa dan putera-putera raksasa yang makan rezekiKu tetapi menyembah lainKu." Kemudian Allah s.w.t. berfirman: "Limanil mulkil yaum? Lillahilwahidil qahhar." (Yang bermaksud) Siapakah yang mempunyai hak milik pada hari ini?. Pertanyaan ini tidak ada yang menjawab, maka Allah s.w.t. sendiri menjawab: "hanya bagi Allah yang tunggal dan memaksa segala sesuatu."

Kemudian Allah s.w.t. menyuruh langit menurunkan hujan bagaikan air mani lelaki selama empat puluh hari, sehingga air telah mengenang diatas segala sesuatu setinggi hasta, maka Allah s.w.t. menumbuhkan makhluk bagaikan tumbuhnya sayur-sayuran sehingga sempurna kerangka badannya sebagaimana semula dahulu, kemudian Allah s.w.t. menyuruh (berseru): "Hiduplah hai Israfil dan Hamalatularsyi." Maka hiduplah mereka. Lalu Allah s.w.t. menyuruh Israfil meletakkan sangkakala dimulutnya, lalu Allah s.w.t. menyuruh Israfil meniupnya untuk membangkitkan, maka keluarlah roh-roh bagaikan lebah telah memenuhi angkasa antara langit dan bumi, lalu masuklah roh itu kedalam jasad didalam hidung, maka bumi mengeluarkan mereka.

Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Saya pertama orang yang keluar dari bumi." Dalam lain hadis: "Sesungguhnya Allah s.w.t. jika telah jika telah menghidupkan Malaikat Jibrail, Mika'il, Israfil, maka mereka pergi kekubur Nabi Muhammad s.a.w. membawa buraq dan perhiasan-perhiasan syurga, maka terbuka bumi untuk Baginda Rasulullah s.a.w. dan ketika melihat Jibril segera bertanya: "Ya Jibril, bagaimana ummatku? (Apakah yang diperbuat oleh Allah s.w.t. terhadap ummatku?) Jawab Jibril: "Terimalah khabar gembira, kerana kau pertama yang kuluar dari bumi." Kemudian Allah s.w.t. menyuruh Israfil meniup sangkakala, tiba-tiba serentak mereka bangkit melihat keadaan.

Abu Hurairah r.a meriwayatkan: "Maka keluarlah mereka dari kubur mereka dalam keadaan telanjang bulat, menuju kepada Tuhan mereka , kemudian berhenti disuatu tempat selama 70 tahun, Allah s.w.t. membiarkan mereka, tidak melihat atau memutuskan keadaan mereka, mereka menangis sehingga habis air mat, dan mengeluarkan darah dan peluh sehingga banjir sampai kemulut, kemusian mereka dipanggil ke Mahsyar, mereka keburu-buruan menuju panggilan itu, maka apabila telah berkumpul semua makhluk, jin, manusia dan lain-lainnya, tiba-tiba terdengar suara yang keras dari langit, maka terbuka langit dunia dan turun daripadanya sepenuh penduduk bumi dari para Malaikat, dan mereka langsung berbaris, lalu bertanya: "Apakah ada diantara kamu yang membawa perintah Tuhan untuk hidab?" Dijawab: "Tidak ada." Kemudian turun ahli langit kedua dan berbaris pula, kemudian turun prnduduk langit ketiga, dan seterusnya sampai langit ketujuh, masing-masing berlipat dari yang sebelumnya dan semua Malaikat itu melindungi penduduk bumi."

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Sesungguhnya Allah s.w.t. akan menyuruh langit dunia maka terbelah dan mengeluarkan semua Malaikat yang ada didalamnya, maka turun semuanya dan mengepung bumi dengan apa yang ada dibumi, kemudian langit kedua dengan isinya, kemudian yang ketiga dengan isinya, kemudian keempat dengan isinya, kemudian kelima dengan isinya, kemudian keenam dengan isinya sehinggalah merupakan tujuh barisan Malaikat, setengahnya dikepung oleh setangahnya, sehingga penduduk jika pergi kemana sahaja mereka mendapati tujuh berisan Malaikat itu seperti mana firman Allah s.w.t.: "Ya ma'syaral jinni wal insi inis tatha' tum an tanfudzu min aqtharissamawati wal ardhi fan fudzu la tanfudzuna illa bisulthan." (Yang bermaksud) "Hai para jin dan manusia jika kamu dapat menembus langit dan bumi, maka silakan menembusnya. Dan kamu tidak akan menembusnya kecuali dengan kekuatan."

Firman Allah s.w.t. lagi: "Wayauma tasyaqqaqussama'u bil ghomami wanuzzilal malaikatu tanzila." (Yang bermaksud) "Dan pada hari terbelahnya langit dengan awan, dan diturunkan para Malaikat dengan seketika."

Abu Hurairah r.a. berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Allah s.w.t. telah berfirman: "Hai para jin dan manusia, aku nasihatkan kepadamu, sesungguhnya yang tercatat dalam lebaran hanya amalmu sendiri, kerana itu siapa yang mendapatkan didalamnya kebaikan, hendaklah mengusapkan : Alhamdulillah dan siapa yang mendapat lain dari itu, maka jangan menyalahkan yang lain kecuali dirinya sendiri. Kemudian Allah menyuruh jahannam, maka keluar daripadanya binatang yang panjang mengkilat gelap lalu berkata-kata. Maka Allah berfirman: "Alam a'had ilaikum ya bani Adama alla ta'budusy syaithana innahu lakum aduwwun mubin. Wa ani'buduni hadza shiraatum mustaqim. Walaqad a adholla minkum jibilla katsiera afalam takuni ta'qilun. Hadzihi jahannamullati kuntum tu'aduun. Ish lauhal yauma bima kuntum takfurun. (Yang bermaksud) Tidak Aku telah berpesan kepadamu: Jangan menyembah syaitan, sesungguhnya ia musuhmu yang nyata-nyata. Dan sembahlah Aku. Inilah jalan yang lurus. Dan ia telah menyesatkan ummat-ummat yang banyak dari kamu. Apakah kamu tidak berakal (berfikir) dan menyedarinya. Inilah neraka jahannam yang telah diancamkan (Peringatan) kepadamu. Masuklah kamu kini, oleh sebab kekafiranmu."

Maka pada saat itu bertekuk lutut tiap-tiap ummat, sebagaimana firman Allah s.w.t.: "Wa tara kulla ummatin jatsiyatan kullu ummatin tud'a ila kitabiha." (Yang bermaksud) Disini kamu melihat tiap-tiap ummat (orang) bertekuk lutut, tiap ummat dipanggil untuk menerima suratan amalnya." Lalu Allah s.w.t. memutuskan pada semua makhlukNya. Dan antara binatang-binatang buas atau ternak, sehingga kambing-kambing yang tidak bertanduk diberi hak membalas kambing yang bertanduk, kemudian diperintahkan menjadi tanah semua binatang-binatang itu. Dan disaat itu orang kafir berkata: "Aduh sekiranya aku menjadi tanah." Kemudian Allah s.w.t. memutuskan antara semua hambaNya.

Nafi' dari Ibn Umar r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Manusia akan dibangkitkan kembali kepada Tuhan pada hari kiamat, sebagaimana keadaan mereka ketika dilahirkan dari perut ibunya telanjang bulat. Siti Aisyah berkata: "Laki perempuan berkumpul ya Rasullullah? Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Ya." Siti Aisyah berkata: "Alangkah malunya, kemaluanku dapat dilihat setengah pada setengahnya." Nabi Muhammad s.a.w. sambil memukul bahu Aisyah bersabda: "Hai puteri dari putera Abu Quhafah, kesibukan orang-orang pada saat itu tidak memungkinkan akan melihat itu, orang-orang pada mengarahkan pandangan kelangit, berdiri selama empat puluh tahun tidak makan, tidak minum, ada yang berpeluh sampai tumit, sampai betis, sampai perut dan ada sampai mulut, kerana lamanya berhenti, kemudian berdiri para Malaikat mengelilingi arsy, lalu Allah s.w.t. menyuruh menyeruan nama fulan bin fulan, maka semua yang hadir melihat-lihat orangnya, lalu keluar prang itu untuk menghadapi Tuhan Rabbul A'alamin. Dan bila telah melihat Rabbul A'alamin dipanggil orang-orang yang pernah dianiaya oleh orang itu untuk diberikan dari hasanat kebaikannya kepada orang-orang yang teraniaya itu, kerana pada saat itu tidak ada pembayaran dengan mas, perak (dinar, dirham), maka orang-orang selalu menagih sehingga habis hasanatnya, maka diambilkan dari dosa-dosa orang-orang yang dianiaya itu untuk dipikulkan kepadanya, kemudian jika selesai semua maka diperintahkan: "Kembali ketempatmu dalam neraka hawiyah (jahannam) kerana pada hari ini tidak ada dhulum." (penganiyaan), sesungguhnya Allah amat segera perhitunganNya. Maka pada saat itu tidak ada seorang Malaikat yang muqarrab atau Nabi Rasul melainkan merasa bahawa tidak akan selamat, kecuali jika mendapat perlindungan Allah s.w.t."

Mu'adz bin Jabal r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Laa tazulu qadamaa abdin hatta yus'ala an arba. An umrihi fima afnaahu wa'an jasadihi fima ablaahu wa'an ilmihi ma amila bihi wa'an maalihi min aina iktasabahu wafima anfaqahu. (Yang bermaksud) Tidak dapat bergerak kaki seorang hamba sehingga ditanya tentang empat: Umurnya digunakan apa sampai habis. Dan badannya dalam apa ia rosakkan. Dan ilmunya apa ia pergunakan (apakah diamalkan). Dan hertanya dari mana ia dapat dan kemana ia keluarkan.

Ikrimah berkata: Seorang ayah akan memegang anaknya pada hari kiamat dan berkata: "Saya ayahmu ketika didunia." Maka anak itu memuji kebaikannya lalu ayah itu berkata: "Hai anak, kini saya berhajat kepada hasanatmu yang sekecil dzarrah, kalau-kalau saya dapat selamat dengan itu dari apa yang kau lihat ini." Jawab anaknya: "Saya juga takut dari apa yang kau takutkan itu kerana itu tidak dapat memberikan kepadamu sedikitpun." Lalu pergi kepada isterinya dan berkata kepadanya: "saya dahulu suamimu didunia." Maka dipuji oleh isterinya, lalu berkata: "Saya ini minta kepadamu satu hasanat, kalau-kalau saya boleh selamat dari apa yang kau lihat ini." Jawab isterinya: "saya juga takut dari itu terhadap diriku seperti engkau." Sepertimana firman Allah s.w.t. yang berbunyi: "Wain tad'u muts qalatun ila himliha laa yuhmal minhu syai'un walaukaana dza qurba." (Yang bermaksud) "Dan orang keberatan pikulannya itu jika memanggil lain orang untuk memikulkan sebahagian tidak akan dipikulkan sedikitpun, meskipun yang dipanggil itu kerabat yang dekat."

Ibn Mas'ud berkata: Nabi Muhammad s.a.w. bersabda yang berbunyi: "Innal kafir layul jamu biaroqihi walau ilaannar. (Yang bermaksud) Orang kafir akan tenggelam dalam peluhnya kerana lamanya hari itu sehingga ia berdoa: "Ya Tuhan, kasihanilah aku, meskipun masuk kedalam neraka."

Abu Ja'far meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Tiada seorang nabi melainkan ia mempunyai doa yang mustajab, dan semuanya sudah menggunakan doa itu didunia, sedang saya masih menyimpan doa itu, untuk saya gunakan sebagau syafa'at bagi ummatku pada hari kiamat. Ingatlah bahawa sayalah yang terkemuka dari semua anak Adam dan itu bukan bangga, dan saya juga yang pertama bangkit dari bumi, juga bukan kerana bangga, dan panji Alhamd ditanganku pada hari kiamat yang dibawahnya ada Adam dan anak cucunya, juga tidak bangga dengan itu. Pada kiamat kesukaran dan kerisauan manusia akan bertambah dahsyat sehingga mereka datang pada Nabi Adam a.s. dan berkta: "Hai Abulbasyar (Ayah dari semua manusia), berikan syafa'atmu (bantuanmu) bagi kami dengan minta Tuhan, supaya segera menyelesaikan kami ini. Jawab Adam: "Itu bukan bagian saya, saya telah diusir keluar dari syurga kerana dosaku, dan kini aku tidak memikirkan sesuatu kecuali diriku sendiri, lebih baik kamu pergi kepada Nuh a.s. kerana ia sebagai Nabi yang pertama. Maka mereka pergi kepada Nuh dan berkata: "Tolonglah kamu mintakan kepada Tuhan supaya lekas membebaskan kami." Jawab Nabi Nuh a.s.: "Bukan bagianku, saya telah mendoakan penduduk bumi sehingga tenggelam semuanya, dan kini tidak ada yang aku fikirkan kecuali diriku sendiri, tetapi kamu lebih baik pergi kepada Nabi Ibrahim a.s. Khalilullah. Maka pergilah mereka kepada Nabi Ibrahim a.s. dan berkata: "Tolonglah kami disisi Tuhan supaya segera memutuskan urusan kami." Jawab Nabi Ibrahim a.s: "Itu bukan urusanku sebab saya telah dusta tiga kali. Rasulullah s.a.w. bersabda: " keriga-tiganya itu kerana mempertahankan agama Allah iaitu ketika ia diajak keupacara kaumnya, lalu ia menyatakan: "Inni saqiem (Sesungguhnya saya sakit), kali kedua ketika berkata: "Bal fa'alahu kabiruhum hadza." (Yang bermaksud) "Bahwa yang merosakkan berhala-berhala ini hanya ini lah yang terbesar dan kali ketiga ketika isterinya akan diganggu oleh Raja yang zalim, lalu ia berkata: "ini saudaraku." kerana itu kini tidak ada sesuatu yang merisaukan hatiku kecuali bagaimana nasibku, tetapi kamu pergi kepada Musa a.s sebagai Kalimullah yang langsung mendengar firman-firman Allah. Maka mereka langsung pergi kepada Nabi Musa a.s. dan berkata: "Tolonglah kami, gunakan syufa'atmu untuk mengadap Tuhan supaya menyelesaikan urusan kami ini." Jawab Nabi Musa a.s.: "Itu bukan urusanku, saya pernah membunuh orang tanpa hak, dan kini aku tidak memikirkan kecuali nasib diriku, tetapi kamu pergi kepada Nabi Isa a.s. Ruhullah dan Kalimatullah." Maka segera mereka pergi kepada Nabi Isa a.s dan berkata: "Berilah jasa syafa'atmu. mintalah kepada Tuhan supaya segera meringankan penderitaan kami ini." Jawabnya: "Saya telah diangkat bersama ibuku oleh orang-orang sebagai Tuhan, dan kini tidak ada sesuatu yang merisaukan aku kecuali urusanku sendiri, tetapi bagaimana pendapatmu kalau ada barang terbungkus dan ditutup, apakah dapat mencapai barang itu jika tidak dibuka penutupnya?" jawab mereka: "Tidak.' Maka ia berkata: "Sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w. itu penutup dari semua nabi-nabi, dan Allah telah mengampunkan baginya apa yang lalu dan yang kemudian, lebih baik kamu pergi kepadanya.Maka datanglah orang-orang itu kepadaku, lalu saya jawab kepada mereka: "Baiklah, sayalah yang akan membantu sehingga Allah mengizinkan bagi siapa yang dikehendakinya dan diredhainya, maka tinggal sekehendak Allah." Kemudian bila Allah hendak menyelesaikan makhlukNya, maka ada seruan: "Dimanakah Muhammad dan ummat-ummatnya?" Maka kamilah yang terakhir didunia, dan yang pertama-tama hisabnya pada hari kiamat. Lalu aku berdiri bersama ummat-ummatku, maka ummat-ummat itu membukakan jalan untuk kami, sehingga ada suara, hampir saja ummat ini semuanya merupakan nabi-nabi, kemudian aku maju kepintu syurga dan mengetukmnya, lalu ditanya: "Siapakah itu?" Jawabku: "Nabi Muhammad Rasullullah." Lalu dibukakan dan segera aku masuk dan bersujud kepada Tuhan serta memuja muji kepada Tuhan dengan pujian yang belum pernah diucapkan oleh seorang pun sebelumku, kemudian aku diperintah: Irfa' ra'saka wa qul yusina' wasai tu'tha, wasy fa tusyaffa." (Yang bermaksud) Angkatlah kepalamu, dan katakan akan didengar, dan mintalah akan diberikan syafa'atmu akan diterima.". Maka saya memberikan syafa'atku pada orang-orang yang didalam hatinya ada seberat semut (dzarrah) atau jagung dari iman keyakinan disamping syahadat an la ilaha illallah wa anna Muhammad Rasulullah."

Umar bin Alkhoththob r.a. ketika masuk kemasjid bertemu dengan Ka'bul Ahbar sedang memberikan nasihat pada orang ramai, maka Umar berkata kepadanya: "Berilah kami nasihat dan cerita-cerita yang dapat menambahkan takut kepada Allah s.w.t." Maka Ka'bul Ahbar berkata: "Sesungguhnya ada Malaikat-malaikat yang dijadikan oleh Allah s.w.t. berdiri tegak tidak pernah membongkokkan punggung mereka, dan yang lain sujud tidak pernah mengangkat kepalanya sehingga ditiup sangkakala, dan mereka bertasbih: Subhanakallahumma wabihamdika ma abadnaaka haqqa ibadatia wa haqqa ma yanbaghi laka an tu'bada. (Yang bermaksud) Maha suci Engkau ya Allah dan segala puji bagiMu, kami tidak dapat beribadat kepadaMu sepenuh ibadat yang layak kepadaMu, yang layak bagiMu untuk disembah. Demi Allah yang jiwaku ada ditangannya, neraka jahannam akan diperdekatkan pada hari kiamat lalu bergemuruh dan bila telah dekat ia bergemuruh dengan satu suara dan disaat itu tidak ada seorang nabi atau orang yang mati syahid melainkan ia bertekuk lutut jatuh, maka tiap nabi, syahid atau siddiq hanya berdoa: "Ya Allah, saya tidak minta kecuali keselamatan diriku sehingga nabi Ibrahim lupa pada Ismail dan Ishak sambil berkata: "Ya Tuhan, aku khalilullah Ibrahim, dan pada saat itu andaikan engkau, hai putera Khoththob mempunyai seperti amal tujuh puluh nabi, nescaya kau mengira bahawa dirimu tidak akan selamat." Maka menangislah semua yang hadir.

Ketika Umar melihat keadaan itu, lalu Umar berkata: "Hai Ka'ab, berikan kepada kami khabar yang menggembirakan." Maka berkata Ka'ab: Sesungguhnya bagi Allah s.w.t. ada 313 syari'ah, tidak seorang yang menghadap kepada Allah s.w.t. dengan salah satu syari'at itu asal disertai dengan Khalimah laa ilaha illallah melainkan pasti dimasukkan oleh Allah s.w.t kedalam syurga demi Allah, andaikan kamu tahu besarnya rahmat Allah s.w.t., nescaya kamu malas beramal. Hai saudara-saudara, bersiap-siaplah menghadapi hari kiamat itu dengan amal yang soleh, dan menjauhi ma'siyat sebab tidal lama kau akan menghadapi kiamat dan menyesal tihadap masa hidupmu yang terbuang sia-sia, ketahuilah bahawa bila kau mati bererti telah tiba hari kaimatmu, sebagaimana kata Almughirah bin Syu'bah: "Kamu menantikan hari kiamat, padahal kiamatmu ialah saat kematianmu."

Alqomah bin Qays ketika hadir janazah lalu ia berdiri diatas kubur dan berkata: "Adapun hamba ini maka telah tiba kiamatnya, sebab seorang mati maka melihat segala persoalan hari kiamat, iaitu syurga, neraka dan Malaikat, dan ia tidak dapat berbuat suatu amal, maka ia bagaikan seorang yang berada pada hari kiamat, dan ia akan bangkit pada hari kiamat menurut keadaannya disaat matinya, maka sesungguhnya untung siapa yang penghabisan amalnya kebaikan."

Abu Bakar Alwaasithi berkata: Keuntungan yang besar itu dalam tiga perkara iaitu hidup, mati dan kiamat. Adapun keuntungan hidup iaitu bila digunakan dalam taat kepada Allah s.w.t, dan keuntungan mati bila ia mati dalam khalimat Syahadat iaitu Laailaha illallah dan keuntungan hari kiamat bila bangkit dari kubur disambut dengan berita bahawa syurga tersedia untuknya."

Yahya bin Mu'adz Arrazi ketika dibacakan dimajlisnya ayat yang berbunyi: "Yauma nahsyurul muttqina ilarrahmani. Wa nasuqul mujrimina ila jahannama wirda." (Yang bermaksud) "Pada hari kiamat itu Kami akan menghantar orang yang taqwa menghadap Arahman (Allah s.w.t.) berkenderaan, sedang orang-orang yang durhaka Kami iring keneraka berjalan kaki dan merasa haus."

Lalu ia berkata: "Tenang-tenanglah hai manusia, kamu kelak akan dihadapkan kepada Allah s.w.t. berduyun-duyun, dan menghadap pada Allah s.w.t. satu persatu, dan akan ditanya semua amalmu secara terperinci kalimat demi kalimat, sedang para wali dihantar menghdap pada Allah s.w.t. berkenderaan, dan orang-orang yang durhaka didorong keneraka jahannam berbondong-bondong, dan semua akan terjadi bila bumi telah dilenyapkan, dan tiba Tuhanmu sedang Malaikat berbaris-baris, dan dihidangkan jahannam sebagai ancaman. Saudara-saudaraku, berhati-hatilah kamu dari kengerian sehari yang perkiraannya sama dengan lima puluh ribu tahun (didunia), hari yang mengetarkan, duka cita dan menyesal., itulah hari yang besar, hari bangkitnya semua manusia untuk menghadap kepada Rabbul Alamien, hari perhitungan dan pertimbangan dan pertanyaan, hari kegoncangan, yang pasti, yang menakutkan, hari kebangkitan, hari dimana tiap manusia akan melihat apa yang telah dilakukannya. Hari dimana semua manusia dalam berbagai bentuk akan melihat amal perbuatannya, hari dimana wajah manusia putih berseri-seri dan lain wajah hitam, hari dimana seseorang tidak dapat menolong kerana lainnya, dan tidak berguna segala tipu daya, hari dimana seorang ayah tidak dapat membantu anaknya sedikit pun, hari dimana bahayanya bertebaran meluas, hari dimana tidak diterima uzur orang-orang yang zalim dan tetap mereka mendapat kutukan (laknat) serta siksa yang keji, pada hari dimana tiap manusia harus mempertahankan dirinya sendiri, pada hari dimana tiap ibu akan lalai terhadap bayi yang disusuinya, bahkan tiap ibu yang mengandung akan menggugurkan kandungannya dan orang-orang bagaikan orang mabuk tetapi tidak mabuk kerana minum arak, hanya kerana ngerinya siksaan Allah s.w.t. yang sangat keras."

Muqatil bin Sulaiman berkata: "Makhluk akan berdiri menanti pada hari kiamat selama seratus tahun, tenggelam dalam peluhnya sendiri dan seratus tahun dalam kegelapan mereka bingung sedang seratus tahun lagi sibuk bagaikan gelombang mengajukan tuntutan kepada Tuhan. Sesungguhnya hari kiamat itu sekira lima ribu tahun, tetapi bagi seorang mukmin yang ikhlas bagaikan sesaat, kerana itu wahai orang yang sihat akal hendaklah sabar terhadap penderitaan dunia dalam melaksanakan taat kepada Allah s.w.t. untuk memudahkan bagimu segala kesukaran-kesukaran hari kiamat."

http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/harikiamat.htm

*************************
Created at 10:56 PM
*************************

Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil

Ayat Al-Qur'an dan hadits shahih menunjukkan telah dekatnya kiamat karena munculnya tanda-tanda kiamat itu menunjukkan dekatnya kiamat, dan kita berada pada hari (zaman) akhir dunia.

Allah berfirman.
"Artinya : Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka. Sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)". (Al-Anbiya : 1)

Allah berfirman.
"Artinya : Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya". (Al-Ahzab : 63)

Allah berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi)". (Al-Ma'arij : 6-7)

Allah berfirman.
"Artinya : Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan". (Al-Qamar : 1)

Dan banyak ayat lainnya yang menunjukkan telah dekatnya hari kesudahan dunia untuk menuju ke negeri akhirat yang setiap manusia akan memperoleh hasil perbuatannya. Jika baik, maka dibalas baik, jika buruk maka dibalas buruk.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata. "Saya diutus dan hari kiamat, seperti dua perkara ini". Dan Nabi mengisyaratkan dua jari-jarinya dan memanjangkannya.

1) Dan Rasulullah bersabda, 'Saya diutus dalam permulaan kiamat'.
2) Dan Rasulullah bersabda, 'Ajal kalian itu antara Shalat Ashar dan terbenamnya matahari'.
3) Dari Ibnu Umar, ia berkata, 'Kami duduk di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan waktu itu matahari sudah tertutup gunung Quaiqi'an
4) setelah Ashar, Nabi bersabda, 'Tiadalah umur kalian dibandingkan dengan umur orang dahulu kecuali seperti sisa siang hari yang sudah lewat".
5)Dan ini menunjukkan bahwa sisa tersebut termasuk sesuatu yang sedikit, tetapi ketentuannya tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah, dan tidak ada satu pun ketentuan waktu yang sah riwayatnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ma'shum. Akan tetapi waktu yang tersisa sangat sedikit dibandingkan dengan waktu (usia dunia) yang telah lewat.
6)Dan tidak ada yang lebih jelas daripada sabdanya tentang telah dekatnya kiamat, "Saya diutus bersama dengan kiamat, sungguh dia hampir mendahuluiku".
7) Dan ini menunjukkan sangat dekatnya hari kiamat sehingga Nabi takut akan didahului kiamat.

*************************
Created at 10:55 PM
*************************

Bumi baru akan dibentang. Kemudian, ia melemparkan keluar apa yang di dalamnya lalu menjadi kosong. Yang dilempar keluar itu adalah manusia, untuk bangkit semula setelah mati pada suatu hari yang besar dinamakan Hari Kiamat. Firman-Nya,

"Pada Hari Kiamat, kamu akan dibangkitkan." (23:16)

"Apabila bumi dibentangkan, Dan melemparkan keluar apa yang di dalamnya, dan mengosongkannya." (84:1-4)

Manusia bangkit dari bumi selepas suatu seruan atau Teriakan dibuat. Firman-Nya,

"Apabila Dia menyeru kamu dengan satu seruan, kamu seketika itu, dari bumi, kamu keluar." (30:25)

"Pada hari mereka mendengar Teriakan dengan sebenarnya; itulah hari kekeluaran (kebangkitan)." (50:42)

Mereka juga dikatakan bangkit dari kubur. Sebelum itu, langit di atas terbelah, bintang-bintang bertaburan, dan laut-laut berlimpah-limpah. Firman-Nya,

"Apabila langit terbelah, Apabila bintang-bintang ditaburkan, Apabila laut-laut melimpah-limpah, Apabila kubur-kubur dibongkar." (82:1-4)

"Allah membangkitkan sesiapa sahaja yang di dalam kubur." (22:7)

Ketika manusia bangkit mereka memuji Tuhan mereka. Firman-Nya,

"Pada hari apabila Dia menyeru kamu, lalu kamu menyahuti dengan memuji-Nya, dan kamu menyangka bahawa kamu tidak tinggal (di dunia) melainkan sebentar sahaja." (17:52)

Makam adalah yang ketiga yang disebut sebagai tempat dari mana manusia dikeluarkan. Mereka keluar dengan pelbagai ragam, iaitu, ada yang dengan cepat, ada yang macam belalang-belalang bertaburan, dan ada pula yang melongsor, terkejut, dan mencelakakan diri-diri sendiri. Firman-Nya,

"Pada hari mereka keluar dari makam-makam dengan cepat, seakan-akan mereka bersegera kepada berhala-berhala mereka." (70:43)

"Mereka keluar dari makam-makam mereka, seakan-akan mereka belalang-belalang yang bertaburan." (54:7)

"Dan trompet ditiupkan; kemudian tiba-tiba, mereka melongsor dari makam-makam mereka kepada Pemelihara mereka. Mereka berkata, 'Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami daripada tempat tidur kami?'" (36:51-52)

Kesemua yang disebut di atas, yang keluar dari makam mereka dengan gaya yang agak berlainan, adalah daripada golongan orang-orang yang tidak percaya kepada ayat-ayat Allah.

Kedatangan Tuhan

Pada Hari Kiamat, Tuhan muncul untuk bertemu dengan manusia. Bumi bersinar dengan cahaya-Nya. Malaikat-malaikat berdiri dalam barisan-barisan. Lapan daripada mereka membawa Arasy Tuhan. Kemudian, Kitab, Nabi dan para saksi didatangkan. Firman-Nya,

"Maka, apabila trompet ditiupkan dengan sekali tiupan, Dan bumi dan gunung-gunung diangkat, dan dihancurkan dengan satu pukulan, Kemudian, pada hari itu, Peristiwa Besar terjadi, Dan langit terpecah, kerana pada hari itu ia menjadi lemah, Dan malaikat-malaikat berdiri di sempadannya, dan pada hari itu, lapan membawa di atas mereka Arasy Pemelihara kamu." (69:13-17)

"Dan bumi bersinar dengan cahaya Pemeliharanya, dan Kitab diletakkan, dan para Nabi dan para saksi didatangkan." (39:69)

"Roh (mungkin Jibril) dan malaikat-malaikat berdiri dalam barisan-barisan;" (78:38).

Dihadapkan

Semua manusia akan dihadapkan kepada Allah. Mereka berdiri di hadapan-Nya dalam barisan-barisan setelah diseru oleh penyeru. Suara direndahkan. Yang kedengaran hanya bisikan. Firman-Nya,

"Pada hari bumi ditukar kepada selain daripada bumi dan langit, dan mereka pergi kepada Allah, Yang Satu, Yang Menakluki." (14:48)

"Ia hanyalah satu Teriakan; kemudian tiba-tiba, mereka kesemuanya dihadapkan kepada Kami." (36:53)

"Pada satu hari yang besar, Satu hari apabila manusia berdiri di hadapan Pemelihara semua alam." (83:5-6)

"Dan mereka dikemukakan di hadapan Pemelihara mereka dalam barisan-barisan." (18:48)

"Pada hari itu, mereka mengikuti penyeru yang padanya tiada kebengkokan, dan suara-suara direndahkan kepada Yang Pemurah supaya kamu mendengar tiada, kecuali bisikan." (20:108)

Semua manusia datang kepada-Nya bersendirian, menurut kumpulan, selepas dikumpulkan di bumi yang rata. Tiap-tiap seorang datang dengan merendahkan diri. Firman-Nya,

"Pada hari Kami memperjalankan gunung-gunung, dan kamu melihat bumi menjadi rata, dan Kami mengumpulkan mereka, lalu Kami tidak meninggalkan sebanyak seorang pun antara mereka di belakang." (18:47)

"Pada hari trompet ditiupkan, dan kamu datang berkumpulan-kumpulan." (78:18)

"Setiap seorang daripada mereka datang kepada-Nya pada Hari Kiamat bersendirian." (19:95)

"Pada hari trompet ditiupkan .... tiap-tiap seorang datang kepada-Nya dengan merendahkan diri." (27:87)

Kumpulan

Kumpulan-kumpulan manusia terdiri daripada orang-orang yang percaya kepada ayat-ayat Allah, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang yang mendustakan, dan orang-orang yang bertakwa. Firman-Nya,

"Pada hari apabila Saat datang, pada hari itu, mereka berpecah belah. Bagi orang-orang yang percaya, dan membuat kerja-kerja kebaikan, mereka berjalan dengan gembira di padang yang cukup pengairannya. Tetapi bagi orang-orang yang tidak percaya, dan mendustakan ayat-ayat Kami dan pertemuan di akhirat, mereka dihadapkan ke dalam azab." (30:14-16)

"Pada hari Kami mengumpulkan daripada tiap-tiap umat, sekumpulan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dengan berbaris." (27:83-84)

"Pada hari Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Yang Pemurah dengan kedatangan (sambutan) kebesaran," (19:85).

Golongan manusia yang berkepercayaan lain juga dikumpul dan dibezakan, di samping orang-orang yang mempersekutukan Allah yang turut dibezakan. Firman-Nya,

"Sesungguhnya orang-orang yang percaya, dan orang-orang Yahudi, dan orang-orang Sabiin, dan orang-orang Kristian, dan orang-orang Majusi, dan orang-orang yang mempersekutukan - Allah akan membezakan antara mereka pada Hari Kiamat." (22:17)

Pada hari manusia dikumpul mereka didapati saling berkenalan. Firman-Nya,

"Dan pada hari Dia mengumpulkan mereka, seakan-akan mereka tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat daripada siang hari; mereka saling berkenalan antara mereka." (10:45)

Sebab

Manusia dibangkit dan dikumpul atas beberapa sebab. Satu daripadanya adalah supaya Allah dapat menghakimkan mereka, dan memutuskan segala yang perselisihkan di dunia. Firman Allah,

"Allah akan menghakimkan antara kamu pada Hari Kiamat," (4:141).

"Allah akan menghakimkan antara kamu pada Hari Kiamat mengenai apa yang padanya kamu memperselisihkan." (22:69)

"Sesungguhnya Pemelihara kamu akan memutuskan antara mereka pada Hari Kiamat mengenai apa yang mereka memperselisihkan." (45:17)

Selain itu, Allah akan memberitahu manusia apa yang mereka buat di dunia, dan supaya manusia dapat melihat segala amalan mereka, termasuk yang sekecil satu atom. Firman-Nya,

"Pada hari apabila Allah membangkitkan mereka kesemuanya, kemudian Dia memberitahu mereka apa yang mereka telah buat. Allah menjumlahkannya, dan mereka melupakannya." (58:6)

"Pada hari itu, manusia keluar secara berasingan untuk melihat amalan-amalan mereka, Dan sesiapa yang membuat kebaikan seberat satu atom, akan melihatnya, Dan sesiapa yang membuat kejahatan seberat satu atom, akan melihatnya." (99:6-8)

Sebab terakhir disebut di sini, atas tujuan manusia dibangkitkan pada Hari Kiamat, adalah untuk Allah membayar sepenuhnya apa yang mereka telah usahakan. Firman-Nya,

"Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, dan sungguh, kamu akan dibayar sepenuhnya upah kamu pada Hari Kiamat;" (3:185).

Wajah

Keadaan manusia berbeza setelah dibangkitkan. Ada yang muka berseri-seri, memandangi Pemelihara mereka, dan ada yang masam. Ada yang bersinar dan tertawa, dan ada yang berdebu, digelapkan. Ada yang merendah (mungkin kerana takut atau malu) dan ada yang riang. Firman-Nya,

"Pada hari itu, muka-muka berseri-seri, Memandangi Pemelihara mereka .... Dan pada hari itu, muka-muka masam," (75:22-24).

"Beberapa muka pada hari itu bersinar, Tertawa, bergembira. Beberapa muka pada hari itu berdebu, Ditutupi kegelapan, Mereka itu, merekalah orang-orang yang tidak percaya, jahat." (80:38-42)

"Muka-muka pada hari itu merendah .... Muka-muka pada hari itu riang," (88:2-8).

Ada pula muka yang menjadi hitam, dan ada yang putih. Muka menjadi hitam kerana menjadi kafir (tidak percaya) setelah beriman, dan kerana berdusta terhadap Allah serta bersifat sombong. Firman-Nya,

"Pada hari apabila beberapa muka menjadi hitam, dan beberapa muka menjadi putih. Bagi orang-orang yang muka-muka mereka menjadi hitam, 'Kenapa kamu tidak percaya (kafir) sesudah keimanan kamu?'" (3:106)

"Dan pada Hari Kiamat, kamu melihat orang-orang yang berdusta terhadap Allah, muka-muka mereka menjadi hitam; tidakkah di dalam Jahanam tempat tinggal orang-orang yang sombong?" (39:60)

Muka juga menjadi anggota badan yang di atasnya sesetengah manusia tegak ketika dikumpulkan. Mereka yang dikumpulkan di atas muka mereka adalah orang-orang yang sesat. Firman-Nya,

"Kami akan mengumpulkan mereka (yang sesat) pada Hari Kiamat di atas muka-muka mereka." (17:97)

Buta

Orang-orang yang telah didatangkan ayat-ayat Allah tetapi melupakannya kemudian, akan dibangkitkan dalam keadaan buta pada Hari Kiamat. Firman-Nya,

"Tetapi, sesiapa yang berpaling daripada peringatan-Ku, baginya penghidupan yang sempit, dan pada Hari Kiamat, Kami membangkitkan dia buta." (20:124)

Mata orang-orang yang berdosa akan merenung dengan tepat. Pandangan orang-orang yang berdosa, seperti yang tidak percaya kepada ayat-ayat Allah, akan merendah pada Hari Kiamat. Firman Allah,

"Pada hari trompet ditiupkan; dan Kami mengumpulkan orang-orang yang berdosa, pada hari itu, dengan mata-mata merenung dengan tepat," (20:102).

"Merendahkan pandangan mereka (orang-orang yang tidak percaya kepada ayat-ayat Allah), kehinaan menutupi mereka," (70:44)

Tidak Berkata-kata

Kepada orang-orang yang menyembunyikan ayat-ayat al-Qur'an, atau yang menjualnya dengan harga sedikit, Allah tidak akan berkata-kata kepada mereka pada Hari Kiamat. Sementara mereka yang menjual perjanjian Allah dan sumpah mereka dengan harga yang sedikit, bukan sahaja Dia tidak berkata-kata tetapi tidak memandangnya jua. Firman-Nya,

"Orang-orang yang menyembunyikan apa-apa daripada al-Kitab yang Allah menurunkan kepada mereka, dan menjualnya untuk harga yang sedikit .... dan Allah tidak akan berkata-kata kepada mereka pada Hari Kiamat," (2:174)

"Sesungguhnya orang-orang yang menjual perjanjian Allah dan sumpah-sumpah mereka untuk harga yang sedikit .... Allah tidak akan berkata-kata kepada mereka, dan tidak memandang kepada mereka pada Hari Kiamat, dan Dia tidak juga menyucikan mereka," (3:77).

Bagi orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai satu hiburan dan permainan serta menyangkal ayat-ayat Allah pula, mereka dilupakan Allah pada Hari Kiamat.

"Yang menjadikan agama mereka sebagai satu hiburan, dan satu permainan, dan yang kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka lupa akan pertemuan hari mereka ini, dan mereka menyangkal ayat-ayat Kami," (7:51).

Turut dilupakan ialah orang-orang yang melupakan ayat-ayat Allah setelah datang kepada mereka. Firman-Nya,

"Berkata, 'Demikianlah; ayat-ayat Kami telah datang kepada kamu, dan kamu melupakannya; dan demikianlah, pada hari ini kamu dilupakan'" (20:126).

Segala perbuatan jahat yang dilakukan, seperti menipu dan kikir, akan datang bersama manusia pada Hari Kiamat. Antaranya digantung pada leher mereka. Firman-Nya,

"sesiapa menipu akan datang dengan apa yang ditipukannya pada Hari Kiamat;" (3:161).

"Tetapi orang-orang yang kikir dengan pemberian yang Allah telah memberikan mereka .... Apa yang mereka kikir dengannya akan digantung pada leher-leher mereka pada Hari Kiamat." (3:180)

Kitab

Tiap-tiap umat dipanggil kepada Kitab mereka dalam keadaan melutut. Bagi kita adalah Kitab al-Qur'an. Tiap-tiap manusia pun ada sebuah kitab sendiri yang akan dibaca sendiri pada hari yang besar itu, supaya mereka dapat menghitung sendiri amalan mereka. Firman-Nya,

"Dan kamu akan melihat tiap-tiap umat melutut; tiap-tiap umat dipanggil kepada Kitabnya," (45:28).

"Dan tiap-tiap manusia, Kami ikat ramalannya pada lehernya; dan Kami mengeluarkan untuknya, pada Hari Kiamat, sebuah kitab yang dia menemuinya terbuka. 'Bacalah kitab kamu! Cukuplah dengan jiwa kamu sendiri pada hari ini sebagai penghitung terhadap kamu'" (17:13-14).

Kitab manusia diberi di tangan kanan atau tangan kiri, pada hari mereka diseru bersama imam (ketua) mereka. Kanan bermaksud bahagia, dan kiri, sengsara. Firman-Nya:

"Pada hari Kami menyeru tiap-tiap orang dengan imam mereka, dan sesiapa yang diberi kitabnya di tangan kanannya, mereka itu akan membaca kitab mereka, dan mereka tidak dizalimi sedikit pun" (17:71).

"Tetapi bagi orang yang diberi kitabnya di tangan kirinya, dia akan berkata, 'Sekiranya aku tidak diberi kitabku,'" (69:25).

Timbangan

Suatu Timbangan diletakkan pada Hari Kiamat untuk mengenali siapa yang timbangannya berat dan siapa yang ringan. Bagi yang berat, mereka beruntung, tetapi yang ringan timbangannya, kerana menzalimkan ayat-ayat al-Qur'an, mereka menjadi sengsara. Firman-Nya,

"Dan Kami meletakkan timbangan yang adil untuk Hari Kiamat, supaya tiada sesuatu jiwa akan dizalimi sedikit pun; sekalipun ia seberat sebutir biji sawi, Kami mendatangkannya, dan cukuplah Kami sebagai penghitung." (21:47)

"Penimbangan pada hari itu adalah benar; orang yang timbangannya berat, merekalah orang-orang yang beruntung. Dan orang yang timbangannya ringan, mereka merugikan jiwa mereka sendiri kerana menzalimkan ayat-ayat Kami." (7:8-9)

"Maka apabila trompet ditiupkan, pada hari itu tidak akan ada pertalian kekeluargaan lagi antara mereka, dan mereka tidak saling bertanya. Kemudian orang yang timbangannya berat, merekalah orang-orang yang beruntung. Dan orang yang timbangannya ringan, mereka merugikan jiwa mereka sendiri; di dalam Jahanam tinggal selama-lamanya." (23:101-103)

Tidak Bermanfaat

Dalam penimbangan, pada Hari Kiamat, pertalian kekeluargaan termasuk kerabat yang bertalian darah tidak bermanfaat lagi. Bapa tidak membela anak, dan anak tidak membela bapa. Anak lelaki dan harta tidak berguna lagi. Firman-Nya,

"Tidaklah kerabat kamu daripada pertalian darah, dan tidak juga anak-anak kamu bermanfaat kepada kamu pada Hari Kiamat; Dia akan membezakan antara kamu," (60:3).

"Wahai manusia, takutilah Pemelihara kamu, dan takutilah akan satu hari apabila tiada bapa akan membela anaknya, dan tiada juga anak membela bapanya sedikit pun." (31:33)

"Pada hari apabila harta, dan tidak juga anak-anak lelaki bermanfaat," (26:88).

Sahabat menjadi musuh kecuali yang bertakwa, pada hari itu. Tuan didapati tidak berguna sedikit pun terhadap peliharaannya. Alasan juga tidak bermanfaat. Begitu juga segala bentuk tebusan daripada orang-orang yang tidak percaya (kafir) kepada ayat-ayat Allah, tidak akan diterima. Firman-Nya,

"Sahabat-sahabat pada hari itu menjadi musuh kepada satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa," (43:67).

"Hari di mana seorang tuan tidak berguna sedikit pun kepada peliharaannya, dan mereka tidak akan ditolong," (44:41).

"Maka pada hari itu, alasan mereka tidak bermanfaat kepada orang-orang yang membuat kezaliman," (30:57).

"Sesungguhnya orang-orang yang tidak percaya, walaupun bagi mereka kesemua yang di bumi, dan yang serupa dengan itu bersama itu, untuk menebus diri mereka daripada azab Hari Kiamat dengannya, ia tidak akan diterima daripada mereka; bagi mereka, azab yang pedih." (5:36)

Syafaat daripada orang lain juga tidak bermanfaat. (Sila rujuk artikel Syafaat - ada atau tiada? Terima kasih.)

"Dan takutilah kamu akan satu hari apabila sesuatu jiwa tidak dapat membela jiwa yang lain sedikit pun, dan tidak diterima keimbangan daripadanya, dan tidak bermanfaat syafaat (pengantaraan) kepadanya, dan tidak juga mereka ditolong." (2:123)

Saksi

Saksi-saksi didatangkan daripada tiap-tiap umat, di kalangan mereka sendiri. Nabi Muhammad akan menjadi saksi ke atas orang-orang di sekelilingnya. Firman-Nya,

"Bagaimanakah pula ia, apabila Kami mendatangkan daripada tiap-tiap umat seorang saksi, dan apabila Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi ke atas mereka itu?" (4:41)

"Dan pada hari Kami membangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi ke atas mereka daripada kalangan mereka sendiri, dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi ke atas mereka itu." (16:89)

Beberapa bahagian anggota badan turut menjadi saksi. Mereka adalah bahagian-bahagian yang penting seperti lidah, tangan, dan kaki. Antara manusia, ada yang mulutnya ditutup, meninggalkan tangan dan kaki mereka untuk menjadi saksi ke atas apa yang telah diusahakannya. Firman Allah,

"Pada hari apabila lidah mereka, dan tangan mereka, dan kaki mereka, mempersaksikan terhadap mereka mengenai apa yang mereka telah buat." (24:24)

"Pada hari ini, Kami meletakkan satu penutup pada mulut-mulut mereka, dan tangan-tangan mereka berkata-kata kepada Kami, dan kaki-kaki mereka mempersaksikan terhadap apa yang mereka telah mengusahakan." (36:65)

Allah Bertanya

Hari Kiamat adalah juga hari yang Allah bertanya. Para rasul akan ditanya mengenai sambutan yang diberi kepada mereka, yang mereka tidak tahu kerana ia suatu yang ghaib. Firman Allah,

"Pada hari apabila Allah mengumpulkan rasul-rasul, dan berkata, 'Apakah jawapan yang kamu diberi?' Mereka berkata, 'Kami tidak ada pengetahuan; sesungguhnya Engkaulah yang Mengetahui yang ghaib'" (5:109)

Namun, tertulis di dalam al-Qur'an, iaitu dua orang Rasul yang telah berkata-kata dengan selanjut pada Hari Kiamat. Mereka adalah Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Baginda berdua telah menjawab mengenai sesuatu yang paling berat berlaku pada orang-orang yang mengaku mengikuti mereka. Jawapan Nabi Isa boleh dibaca di Kisah Nabi Isa, sementara Nabi Muhammad diturunkan di bawah ini:

"Wahai Pemeliharaku, sesungguhnya kaumku mengambil al-Qur'an ini sebagai suatu yang tidak dipedulikan." (25:30)

Nabi Muhammad akan "bersungut" bahawa kaumnya tidak mempedulikan al-Qur'an. Ketika itu, Kitab tersebut mungkin berada di hadapannya, kerana kehadiran perkataan "ini" pada ayat tersebut.

Orang-orang yang telah didatangkan para utusan juga ditanya. Mereka ditanya mengenai sambutan mereka terhadap para utusan. Firman-Nya,

"Pada hari apabila Dia memanggil mereka, dan Dia berkata, 'Apakah jawapan yang kamu beri kepada para utusan?'" (28:65)

Sekutu

Mereka yang disembah selain daripada Allah akan ditanya. Contoh, manusia yang dituruti di atas Allah dalam agama. Mereka ditanya sama ada mereka yang menyesatkan atau pengikut-pengikut mereka sendiri yang menjadi sesat. Firman-Nya,

"Pada hari apabila Dia mengumpulkan mereka, dan apa-apa yang mereka sembah, selain daripada Allah, dan berkata, 'Adakah kamu yang menyesatkan mereka ini, hamba-hamba-Ku, atau adakah mereka sendiri yang sesat daripada jalan?'" (25:17)

Orang-orang yang disembah itu dipanggil sekutu-sekutu Allah. Antara mereka, ada yang tidak mengaku kepada pengikut-pengikutnya bahawa mereka telah disembah. Mungkin kerana mereka tidak mengetahui tentang kejadian selepas kematian mereka. Ada pula yang tidak menyahut apabila dipanggil pada Hari Kiamat. Firman-Nya,

"Dan pada hari Kami mengumpulkan mereka kesemuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan, 'Pergilah ke tempat kamu, kamu dan sekutu-sekutu kamu! Kemudian Kami memisahkan antara mereka, dan sekutu-sekutu mereka berkata, 'Bukanlah kami yang kamu sembah,'" (10:28).

"Dan pada hari Dia berkata, 'Panggillah sekutu-sekutu-Ku yang kamu mendakwa'; dan kemudian mereka menyeru mereka, tetapi mereka tidak menyahuti mereka." (18:52)

Pertanyaan kepada orang-orang yang menyekutukan Allah diteruskan. Ada yang tidak mengaku dengan bersumpah atas nama-Nya bahawa mereka tidak menyekutukan-Nya. Firman-Nya,

"Pada hari Dia memanggil mereka, dan Dia berkata, 'Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang kamu mendakwa?'" (28:62)

"Dan pada hari Kami mengumpulkan mereka kesemuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan, 'Di manakah sekutu-sekutu kamu yang kamu mendakwakan?' Kemudian tiadalah pertikaian mereka, melainkan mereka berkata, 'Demi Allah, Pemelihara kami, bukanlah kami orang-orang yang menyekutukan.'" (6:22-23)

Mungkin antara mereka yang tidak mengaku itu tidak menyedari bahawa mereka telah menyekutukan Allah dengan mengambil kitab selain daripada Kitab Allah. (Untuk keterangan lanjut sila rujuk Al-Qur'an dan Sekutu Allah. Terima kasih.)

Kumpulan Lain

Selain orang-orang yang disekutu dan menyekutu, kumpulan lain adalah mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dengan tanpa pengetahuan. Mereka tidak membaca (memahami) kandungan Kitab al-Qur'an untuk disimpan dalam pengetahuan mereka. Seterusnya ditanya adalah kumpulan orang-orang yang mengada-adakan dalam agama, seperti ajaran yang selain daripada ajaran al-Qur'an. Firman-Nya,

"Pada hari Kami mengumpulkan daripada tiap-tiap umat, sekumpulan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dengan berbaris, Sehingga, apabila mereka datang, Dia berkata, 'Adakah kamu mendustakan ayat-ayat-Ku tanpa mengetahuinya dalam pengetahuan kamu, atau apakah yang kamu telah buat?'" (27:83-84)

"pada Hari Kiamat, mereka pasti akan ditanya mengenai apa yang mereka mengada-adakan," (29:13)

Terdapat juga orang-orang yang bersumpah kepada Allah, sebagaimana mereka bersumpah kepada Rasul, bahawa mereka berada di jalan benar. Akan tetapi, mereka telah dikuasai syaitan yang membuat mereka melupakan ayat-ayat-Nya. Mereka adalah golongan syaitan (mungkin tanpa disedari). Firman-Nya,

"Pada hari apabila Allah membangkitkan mereka kesemuanya dan mereka bersumpah kepada-Nya, sebagaimana mereka bersumpah kepada kamu, dan menyangka bahawa mereka berada di atas sesuatu. Sesungguhnya merekalah pendusta-pendusta! Syaitan telah menguasai mereka, dan menjadikan mereka melupakan Peringatan Allah. Mereka itu golongan syaitan; sesungguhnya golongan syaitan, merekalah orang-orang yang rugi!" (58:18-19)

Dan akhir sekali diturunkan di sini adalah orang-orang yang tidak percaya, atau kafir, setelah mereka beriman, atau setelah mereka percaya kepada ayat-ayat Allah. Kumpulan itu tentu akan ditanya. Satu daripada soalannya berbunyi,

"Kenapa kamu tidak percaya (kafir) sesudah keimanan kamu?" (3:106)

Debat

Pada hari itu, manusia berdebat untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak ditolong. Firman-Nya,

"Pada hari tiap-tiap jiwa datang berdebat untuk dirinya sendiri; dan tiap-tiap jiwa dibayar sepenuhnya apa yang ia telah buat, dan mereka tidak dizalimi." (16:111)

Contoh, orang yang berpaling daripada Peringatan Allah, yang akan bertanya pula, dengan soalan berbunyi,

"Wahai Pemeliharaku, mengapakah Engkau membangkitkan aku buta, padahal aku seorang yang boleh melihat?" (20:125)

Bagi sesetengah pihak, pada Hari Kiamat, keadaan tidak menyenangkan sehingga terbit pertengkaran di depan Tuhan. Firman-Nya,

"Kemudian pada Hari Kiamat, di hadapan Pemelihara kamu, kamu bertengkar." (39:31)

Jin

Golongan jin juga dikumpul dan ditanya. Antara yang ditanya adalah mengenai pengambilan mereka daripada golongan manusia. Sahabat-sahabat mereka daripada golongan manusia pula mengaku telah mendapat kesenangan daripada mereka. Firman-Nya,

"Pada hari Dia mengumpulkan mereka kesemuanya: 'Wahai golongan jin, kamu telah banyak mengambil daripada manusia.' Kemudian wali-wali (sahabat-sahabat) mereka di kalangan manusia berkata, 'Wahai Pemelihara kami, sebahagian kami telah mendapat kesenangan daripada sebahagian yang lain, dan kami telah sampai tempoh yang Engkau menentukan bagi kami.'" (6:128)

Begitu jawapan manusia yang bersahabat dengan jin pada Hari Kiamat.

Berhati-hati

Rugilah orang-orang yang tidak percaya kepada Hari Kiamat. Atau, tidak percaya seperti yang diceritakan-Nya di dalam al-Qur'an. Justeru, Allah memperingatkan agar setiap jiwa berhati-hati terhadap diri-Nya. Firman-Nya,

"Dia mengumpulkan kamu pada Hari Kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan jiwa-jiwa mereka, mereka tidak mempercayai," (6:12).

"Pada hari tiap-tiap jiwa mendapati apa yang ia telah buat daripada kebaikan dihadapkan, dan apa yang ia buat daripada kejahatan; ia akan menginginkan sekiranya antara ia dan hari itu ada ruang yang jauh. Allah memperingatkan kamu supaya berhati-hati terhadap diri-Nya; dan Allah Lembut kepada hamba-hamba-Nya." (3:30)

Setelah manusia dibangkit dan dihakimkan, mereka yang membuat kebaikan akan masuk Syurga sementara yang memilih untuk membuat kejahatan masuk Neraka. Mereka tinggal kekal di dalam tempat-tempat kediaman mereka sesudah ditentukan Allah pada Hari Kiamat.



Artikel berkaitan:
Syurga dan Orang Bertakwa
Al-Qur'an dan Neraka
Saat sebelum Kiamat

Kalimat:
Hari Kiamat di dalam al-Qur'an
Saat di dalam al-Qur'an

Penulis Bacaan
Oktober 2003


--------------------------------------------------------------------------------

*************************
Created at 3:21 PM
*************************

Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran
yang diberikan oleh Allah kepadanya. Makhluk ini, misalnya,
tidak dapat terbang. Ini merupakan salah satu ukuran atau
batas kemampuan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Ia tidak
mampu melampauinya, kecuali jika ia menggunakan akalnya
untuk menciptakan satu alat, namun akalnya pun, mempunyai
ukuran yang tidak mampu dilampaui. Di sisi lain, manusia
berada di bawah hukum-hukum Allah sehingga segala yang kita
lakukan pun tidak terlepas dari hukum-hukum yang telah
mempunyai kadar dan ukuran tertentu. Hanya saja karena
hukum-hukum tersebut cukup banyak, dan kita diberi kemampuan
memilih -tidak sebagaimana matahari dan bulan misalnya- maka
kita dapat memilih yang mana di antara takdir yang
ditetapkan Tuhan terhadap alam yang kita pilih. Api
ditetapkan Tuhan panas dan membakar, angin dapat menimbulkan
kesejukan atau dingin; itu takdir Tuhan -manusia boleh
memilih api yang membakar atau angin yang sejuk. Di sinilah
pentingnya pengetahuan dan perlunya ilham atau petunjuk
Ilahi. Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah adalah:

"Wahai Allah, jangan engkau biarkan aku sendiri (dengan
pertimbangan nafsu akalku saja), walau sekejap."

Ketika di Syam (Syria, Palestina, dan sekitarnya) terjadi
wabah, Umar ibn Al-Khaththab yang ketika itu bermaksud
berkunjung ke sana membatalkan rencana beliau, dan ketika
itu tampil seorang bertanya:

"Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Tuhan?"

Umar r.a. menjawab,

"Saya lari/menghindar dan takdir Tuhan kepada takdir-Nya
yang lain."

Demikian juga ketika Imam Ali r.a. sedang duduk bersandar di
satu tembok yang ternyata rapuh, beliau pindah ke tempat
lain. Beberapa orang di sekelilingnya bertanya seperti
pertanyaan di atas. Jawaban Ali ibn Thalib, sama intinya
dengan jawaban Khalifah Umar r.a. Rubuhnya tembok,
berjangkitnya penyakit adalah berdasarkan hukum-hukum yang
telah ditetapkan-Nya, dan bila seseorang tidak menghindar ia
akan menerima akibatnya. Akibat yang menimpanya itu juga
adalah takdir, tetapi bila ia menghindar dan luput dari
marabahaya maka itu pun takdir. Bukankah Tuhan telah
menganugerahkan manusia kemampuan memilah dan memilih?
Kemampuan ini pun antara lain merupakan ketetapan atau
takdir yang dianugerahkan-Nya Jika demikian, manusia tidak
dapat luput dari takdir, yang baik maupun buruk. Tidak
bijaksana jika hanya yang merugikan saja yang disebut
takdir, karena yang positif pun takdir. Yang demikian
merupakan sikap 'tidak menyucikan Allah, serta bertentangan
dengan petunjuk Nabi Saw.,' "... dan kamu harus percaya
kepada takdir-Nya yang baik maupun yang buruk." Dengan
demikian, menjadi jelaslah kiranya bahwa adanya takdir tidak
menghalangi manusia untuk berusaha menentukan masa depannya
sendiri, sambil memohon bantuan Ilahi

Apakah Takdir Merupakan Rukun Iman?

Perlu digarisbawahi bahwa dari sudut pandang studi Al-Quran,
kewajiban mempercayai adanya takdir tidak secara otomatis
menyatakannya sebagai satu di antara rukun iman yang enam.
Al-Quran tidak menggunakan istilah "rukun" untuk takdir,
bahkan tidak juga Nabi Saw. dalam hadis-hadis beliau.
Memang, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh banyak
pakar hadis, melalui sahabat Nabi Umar ibn Al-Khaththab,
dinyatakan bahwa suatu ketika datang seseorang yang
berpakaian sangat putih, berambut hitam teratur, tetapi
tidak tampak pada penampilannya bahwa ia seorang pendatang,
namun, "tidak seorang pun di antara kami mengenalnya."
Demikian Umar r.a. Dia bertanya tentang Islam, Iman, Ihsan,
dan saat kiamat serta tanda-tandanya. Nabi menjawab antara
lain dengan menyebut enam perkara iman, yakni percaya kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-
rasulNya, hari kemudian, dan "percaya tentang takdir-Nya
yang baik dan yang buruk." Setelah sang penanya pergi, Nabi
menjelaskan bahwa,

"Dia itu Jibril, datang untuk mengajar kamu, agama kamu."

Dari hadis ini, banyak ulama merumuskan enam rukun Iman
tersebut.

Seperti dikemukan di atas, Al-Quran tidak menggunakan kata
rukun, bahkan Al-Quran tidak pernah menyebut kata takdir
dalam satu rangkaian ayat yang berbicara tentang kelima
perkara lain di atas. Perhatikan firman-Nya dalam surat
Al-Baqarah (2): 285,

"Rasul percaya tentang apa yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian juga orang-orang Mukmin. Semuanya percaya
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian."

Dalam QS Al-Nisa' (4): 136 disebutkan:

"Wahai orang-orang yang beriman, (tetaplah) percaya kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan kepada kitab yang diturunkan kepada
Rasul-Nya, dan kitab yang disusunkan sebelum (Al-Quran).
Barangsiapa yang tidak percaya kepada Allah, malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudiam, maka
sesungguhnya dia telah sesat sejauh-jauhnya."

Bahwa kedua ayat di atas tidak menyebutkan perkara takdir,
bukan berarti bahwa takdir tidak wajib dipercayai. Tidak!
Yang ingin dikemukakan ialah bahwa Al-Quran tidak
menyebutnya sebagai rukun, tidak pula merangkaikannya dengan
kelima perkara lain yang disebut dalam hadis Jibril di atas.
Karena itu, agaknya dapat dimengerti ketika sementara ulama
tidak menjadikan takdir sebagai salah satu rukun iman,
bahkan dapat dimengerti jika sementara mereka hanya menyebut
tiga hal pokok, yaitu keimanan kepada Allah, malaikat, dan
hari kemudian. Bagi penganut pendapat ini, keimanan kepada
malaikat mencakup keimanan tentang apa yang mereka sampaikan
(wahyu Ilahi), dan kepada siapa disampaikan, yakni para Nabi
dan Rasul.

Bahkan jika kita memperhatikan beberapa hadis Nabi,
seringkali beliau hanya menyebut dua perkara, yaitu percaya
kepada Allah dan hari kemudian.

"Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, maka
hendaklah ia menghormati tamunya. Siapa yangpercaya kepada
Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia menyambung tali
kerabatnya. Siapa yang percaya kepada Allah dan hari
kemudian, maka hendaklah ia berkata benar atau diam."

Demikian salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim melalui Abu Hurairah.

Al-Quran juga tidak jarang hanya menyebut dua di antara
hal-hal yang wajib dipercayai. Perhatikan misalnya surat
Al-Baqarah (2): 62,

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi
zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau
dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh,
maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan
mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga
mereka akan bersedih."

Ayat ini tidak berarti bahwa yang dituntut dari semua
kelompok yang disebut di atas hanyalah iman kepada Allah dan
hari kemudian, tetapi bersama keduanya adalah iman kepada
Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir. Bahkan ayat
tersebut dan semacamnya hanya menyebut dua hal pokok, tetapi
tetap menuntut keimanan menyangkut segala sesuatu yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw., baik dalam enam perkara
yang disebut oleh hadis Jibril di atas, maupun perkara
lainnya yang tidak disebutkan.

Demikianlah pengertian takdir dalam bahasa dan penggunaan
Al-Quran.


--------------------------------------------------------------------------------WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
Penerbit Mizan
Jln. Yodkali No.16, Bandung 40124
Telp. (022) 700931 Fax. (022) 707038
mailto:mizan@ibm.net

http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Takdir3.html

*************************
Created at 3:01 PM
*************************

Takdir dalam Bahasa Al-Quran

Kata takdir (taqdir) terambil dan kata qaddara berasal dari
akar kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi
kadar atau ukuran, sehingga jika Anda berkata, "Allah telah
menakdirkan demikian," maka itu berarti, "Allah telah
memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau
kemampuan maksimal makhluk-Nya."

Dari sekian banyak ayat Al-Quran dipahami bahwa semua
makhluk telah ditetapkan takdirnya oleh Allah. Mereka tidak
dapat melampaui batas ketetapan itu, dan Allah Swt. menuntun
dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju.
Begitu dipahami antara lain dari ayat-ayat permulaan Surat
Al-A'la (Sabihisma),

"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan
(semua mahluk) dan menyempurnakannya, yang memberi takdir
kemudian mengarahkan(nya)" (QS Al-A'la [87]: 1-3).

Karena itu ditegaskannya bahwa:

"Dan matahari beredar di tempat peredarannya Demikian itulah
takdir yang ditentukan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa lagi
Maha Mengetahui" (QS Ya Sin [36]: 38).

Demikian pula bulan, seperti firman-Nya sesudah ayat di
atas:

"Dan telah Kami takdirkan/tetapkan bagi bulan
manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah
yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang
tua" (QS Ya Sin [36]: 39)

Bahkan segala sesuatu ada takdir atau ketetapan Tuhan
atasnya,

"Dia (Allah) Yang menciptakan segala sesuatu, lalu Dia
menetapkan atasnya qadar (ketetapan) dengan
sesempurna-sempurnanya" (QS Al-Furqan [25]: 2).

"Dan tidak ada sesuatu pun kecuali pada sisi Kamilah
khazanah (sumber)nya; dan Kami tidak menurunkannya kecuali
dengan ukuran tertentu" (QS Al-Hijr [15]: 21).

Makhluk-Nya yang kecil dan remeh pun diberi-Nya takdir.
Lanjutan ayat Sabihisma yang dikutip di atas menyebut
contoh, yakni rerumputan.

"Dia Allah yang menjadikan rumput-rumputan, lalu
dijadikannya rumput-rumputan itu kering kehitam-hitaman" (QS
Sabihisma [87]: 4-53)

Mengapa rerumputan itu tumbuh subur, dan mengapa pula ia
layu dan kering. Berapa kadar kesuburan dan kekeringannya,
kesemuanya telah ditetapkan oleh Allah Swt., melalui
hukum-hukum-Nya yang berlaku pada alam raya ini. Ini berarti
jika Anda ingin melihat rumput subur menghijau, maka
siramilah ia, dan bila Anda membiarkannya tanpa
pemeliharaan, diterpa panas matahari yang terik, maka pasti
ia akan mati kering kehitam-hitaman atau ghutsan ahwa
seperti bunyi ayat di atas. Demikian takdir Allah menjangkau
seluruh makhluk-Nya. Walhasil,

"Allah telah menetapkan bagi segala sesuatu kadarnya" (QS
Al-Thalaq [65]: 3)

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam raya ini, dan sisi
kejadiannya, dalam kadar atau ukuran tertentu, pada tempat
dan waktu tertentu, dan itulah yang disebut takdir. Tidak
ada sesuatu yang terjadi tanpa takdir, termasuk manusia.
Peristiwa-peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan
ketentuan Tuhan, yang keduanya menurut sementara ulama dapat
disimpulkan dalam istilah sunnatullah, atau yang sering
secara salah kaprah disebut "hukum-hukum alam."

Penulis tidak sepenuhnya cenderung mempersamakan sunnatullah
dengan takdir. Karena sunnatullah yang digunakan oleh
Al-Quran adalah untuk hukum-hukum Tuhan yang pasti berlaku
bagi masyarakat, sedang takdir mencakup hukum-hukum
kemasyarakatan dan hukum-hukum alam. Dalam Al-Quran
"sunnatullah" terulang sebanyak delapan kali, "sunnatina"
sekali, "sunnatul awwalin" terulang tiga kali; kesemuanya
mengacu kepada hukum-hukum Tuhan yang berlaku pada
masyarakat. Baca misalnya QS Al-Ahzab (33): 38, 62 atau
Fathir 35, 43, atau Ghafir 40, 85, dan lain-lain.

Matahari, bulan, dan seluruh jagat raya telah ditetapkan
oleh Allah takdirnya yang tidak bisa mereka tawar,

"Datanglah (hai langit dan bumi) menurut perintah-Ku, suka
atau tidak suka!" Keduanya berkata, "Kami datang dengar
penuh ketaatan."

Demikian surat Fushshilat (41) ayat 11 melukiskan
"keniscayaan takdir dan ketiadaan pilihan bagi jagat raya."

Apakah demikian juga yang berlaku bagi manusia? Tampaknya
tidak sepenuhnya sama.

(bersambung ke 3/3)


--------------------------------------------------------------------------------

*************************
Created at 2:59 PM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

December 2004[x] January 2005[x] October 2005[x]