<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/9752792?origin\x3dhttp://cintaku-rim.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

Seputar Kisah Wali Songo (Majapahit bukan runtuh oleh Demak | Saturday, January 01, 2005


Tersebutlah kisah, Adipati Terung meminta Sultan Bintara alias Raden Patah
yang masih "kapernah" kakaknya, untuk menghadap Prabu Brawijaya.
Tapi Sultan Demak itu tidak mau karena ayahnya dianggap masih kafir.
Brawijaya adalah raja Majapahit, kerajaan Hindu yang pernah jaya ditanah Jawa.
Bahkan kemudian Raden Patah lalu mengumpulkan para bupati pesisir seperti
Tuban, Madura dan Surabaya serta para Sunan untuk bersama-sama menyerbu
Majapahit yang kafir itu. Prajurit Islam dikerahkan mengepung ibu kota
kerajaan, karena segan berperang dengan puteranya sendiri, Prabu Brawijaya
meloloskan diri dari istana bersama pengikut yang masih setia.
Sehingga ketika Raden Patah dan rombongannya (termasuk para Sunan) tiba,
istana itu kosong.
Atas nasihat Sunan Ampel, untuk menawarkan segala pengaruh raja kafir,
diangkatlah Sunan Gresik jadi raja Majapahit selama 40 hari.
Sesudah itu baru diserahkan kepada Sultan Bintara untuk diboyong ke Demak.


Cerita ini masih dibumbui lagi, yaitu setelah Majapahit jatuh, Adipati
Terung ditugasi mengusung paseban raja Majapahit ke Demak untuk kemudian
dijadikan serambi masjid.
Adipati Bintara itu kemudian bergelar "Senapati Jinbun Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidina Panatagama".


Cerita mengenai serbuan tentara Majapahit itu dapat ditemui dalam "BABAD
TANAH JAWI".
Tapi cerita senada juga terdapat dalam "Serat Kanda".
Disebutkan, Adipati Bintara bersama pengikutnya memberontak pada Prabu
Brawijaya. Bala tentara Majapahit dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada,
Adipati Terung dan Andayaningrat (Bupati Pengging). Karena takut kepada
Syekh Lemah Abang, gurunya, Kebo Kenanga (Putra Bupati Pengging) membelot
ikut musuh.
Sementara itu Kebo Kanigara saudaranya tetap setia kepada Sang Prabu Brawijaya.


Tentara Demak dibawah pimpinan Raden Imam diperlengkapi dengan senjata sakti
"Keris Makripat" pemberian Sunan Giri yang bisa mengeluarkan hama kumbang
dan "Badhong" anugerah Sunan Cirebon yang bisa mendatangkan angin ribut.
Tentara Majapahit berhasil dipukul mundur sampai keibukota, cuma rumah
adipati Terung yang selamat karena ia memeluk Islam.


Karena terdesak, Prabu Brawijaya mengungsi ke (Tanjung) sengguruh beserta
keluarganya diiringi Patih gajah Mada.
Itu terjadi tahun 1399 Saka atau 1477 Masehi.
Setelah dinobatkan menjadi Sultan Demak bergelar "Panembahan Jinbun",
adipati Bintara mengutus lembu peteng dan jaran panoleh ke sengguruh meminta
sang Prabu masuk agama Islam. tapi beliau tetap menolak.
Akhirnya Sengguruh diserbu dan Prabu Brawijaya lari kepulau Bali.


Cerita versi BABAD TANAH JAWI dan SERAT KANDA itulah yang selama ini populer
dikalangan masyarakat Jawa, bahkan pernah juga diajarkan disebagian sekolah
dasar dimasa lalu.
Secara garis besar, cerita itu boleh dibilang menunjukkan kemenangan Islam.
Padahal sebenarnya sebaliknya, bisa memberi kesan yang merugikan, sebab
seakan-akan Islam berkembang di Jawa dengan kekerasan dan darah. Padahal
kenyataannya tidak begitu.


Selain fakta lain banyak menungkap bahwa masuknya Islam dan berkembang
ditanah Jawa dengan jalan damai.
Juga fakta keruntuhan Majapahit juga menunjukkan bukan disebabkan serbuan
tentara Islam demak.


Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur
Majapahit" secara panjang lebar membantah isi cerita itu berdasarkan
bukti-bukti sejarah.
Dikatakan Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda yang ditulis abad XVII dijaman
Mataram itu tanpa konsultasi sumber sejarah yang dapat dipercaya.
Sumber sejarah itu antara lain beberapa prasasti dan karya sejarah tentang
Majapahit, seperti "Negara Kertagama dan Pararaton".
Karena itu tidak mengherankan jika uraiannya tentang Majapahit banyak yang
cacat.


"Prasasti Petak" dan "Trailokyapuri" menerangkan, raja Majapahit terakhir
adalah Dyah Suraprahawa, runtuh akibat serangan tentara keling pimpinan
Girindrawardhana pada tahun 1478 masehi, sesuai Pararaton.
Sejak itu Majapahit telah berhenti sebagai ibu kota kerajaan. Dengan
demikian tak mungkin Majapahit runtuh karena serbuan Demak.
Sumber sejarah Portugis tulisan Tome Pires juga menyebutkan bahwa Kerajaan
Demak sudah berdiri dijaman pemerintahan Girindrawardhana di Keling.


Saat itu Tuban, Gresik, Surabaya dan Madura serta beberapa kota lain
dipesisir utara Jawa berada dalam wilayah kerajaan Kediri, sehingga tidak
mungkin seperti diceritakan dalam Babad Jawa, Raden Patah mengumpulkan para
bupati itu untuk menggempur Majapahit.


Penggubah Babad Tanah Jawi tampaknya mencampur adukkan antara pembentukan
kerajaan Demak pada tahun 1478 dengan runtuhnya Kediri oleh serbuan Demak
dijaman pemerintahan Sultan Trenggano 1527.
Penyerbuan Sultan Trenggano ini dilakukan karena Kediri mengadakan hubungan
dengan Portugis di Malaka seperti yang dilaporkan Tome Pires.
Demak yang memang memusuhi Portugis hingga menggempurnya ke Malaka tidak
rela Kediri menjalin hubungan dengan bangsa penjajah itu.


Setelah Kediri jatuh (Bukan Majapahit !) diserang Demak, bukan lari kepulau
Bali seperti disebutkan dalam uraian Serat Kanda, melainkan ke Panarukan,
Situbondo setelah dari Sengguruh, Malang.
Bisa saja sebagian lari ke Bali sehingga sampai sekarang penduduk Bali
berkebudayaaan Hindu, tetapi itu bukan pelarian raja terakhir Majapahit
seperti disebutkan Babad itu.


Lebih jelasnya lagi raden Patah bukanlah putra Raja Majapahit terakhir
seperti disebutkan dalam Buku Babad dan Serat Kanda itu, demikian Dr. Slamet
Muljana.


Sejarawan Mr. Moh. Yamin dalam bukunya "Gajah Mada" juga menyebutkan bahwa
runtuhnya Brawijaya V raja Majapahit terakhir, akibat serangan Ranawijaya
dari kerajaan Keling, jadi bukan serangan dari Demak.
Uraian tentang keterlibatan Mahapatih Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit
ketika diserang Demak 1478 itu sudah bertentangan dengan sejarah.
Soalnya Gajah Mada sudah meninggal tahun 1364 Masehi atau 1286 Saka.


Penuturan buku "Dari Panggung Sejarah" terjemahan IP Simanjuntak yang
bersumber dari tulisan H.J. Van Den Berg ternyata juga runtuhnya Majapahit
bukan akibat serangan Demak atau tentara Islam.
Ma Huan, penulis Tionghoa Muslim, dalam bukunya "Ying Yai Sheng Lan"
menyebutkan, ketika mendatangi Majapahit tahun 1413 Masehi sudah menyebutkan
masyarakat Islam yang bermukim di Majapahit berasal dari Gujarat dan Malaka.
Disebutkannya, tahun 1400 Masehi saudagar Islam dari Gujarat dan Parsi sudah
bermukim di pantai utara Jawa.


Salah satunya adalah Maulana Malik Ibrahim yang dimakamkan di Pasarean
Gapura Wetan Kab. Gresik dengan angka tahun 12 Rabi'ul Awwal 882 H atau 8
April 1419 Masehi, berarti pada jaman pemerintahan Wikramawardhana
(1389-1429) yaitu Raja Majapahit IV setelah Hayam Wuruk.
Batu nisan yang berpahat kaligrafi Arab itu menurut Tjokrosujono (Mantan
kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Mojokerto), nisan itu asli
bukan buatan baru.


Salah satu bukti bahwa sejak jaman Majapahit sudah ada pemukiman Muslim
diibu kota, adalah situs Kuna Makam Troloyo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto,
JATIM.
Makam-makam Islam disitus Troloyo Desa Sentonorejo itu beragam angka
tahunnya, mulai dari tahun 1369 (abad XIV Masehi) hingga tahun 1611 (abad
XVII Masehi).


Nisan-nisan makam petilasan di Troloyo ini penuh tulisan Arab hingga mirip
prasati. Lafalnya diambil dari bacaan Doa, kalimah Thayibah dan petikan
ayat-ayat AlQuran dengan bentuk huruf sedikit kaku.
Tampaknya pembuatnya seorang mualaf dalam Islam. Isinya pun bukan bersifat
data kelahiran dan kematian tokoh yang dimakamkan, melainkan lebih banyak
bersifat dakwah antara lain kutipan Surat Ar-Rahman ayat 26-27.



P.J. Veth adalah sarjana Belanda yang pertama kali meneliti dan menulis
makam Troloyo dalam buku JAVA II tahun 1873.
L.C. Damais peneliti dari Prancis yang mengikutinya menyebutkan angka tahun
pada nisan mulai abad XIV hingga XVI.
Soeyono Wisnoewhardono, Staf Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala di
Trowulan mengatakan, nisan-nisan itu membuktikan ketika kerajaan Majapahit
masih berdiri, orang-orang Islam sudah bermukim secara damai disekitar ibu kota.
Tampak jelas disini agama Islam masuk kebumi Majapahit penuh kedamaian dan
toleransi.


Satu situs kepurbakalaan lagi dikecamatan trowulan yakni diDesa dan
kecamatan Trowulan adalah Makam Putri Cempa.
Menurut Babad Tanah jawi, Putri Cempa (Jeumpa, bahasa Aceh) adalah istri
Prabu Brawijaya yang beragama Islam. Dua nisan yang ditemukan dikompleks
kekunaan ini berangka tahun 1370 Saka (1448 Masehi) dan 1313 Saka (1391 Masehi).
Dalam legenda rakyat disebutkan dengan memperistri Putri Cempa itu, sang
Prabu sebenarnya sudah memeluk agama Islam. Ketika wafat ia dimakamkan
secara Islam dimakam panjang (Kubur Dawa). Dusun Unggah-unggahan jarak 300
meter dari makam Putri Cempa bangsawan Islam itu.


Dari fakta dan situs sejarah itu, tampak bukti otentik tentang betapa tidak
benarnya bahwa Islam dikembangkan dengan peperangan. Justru beberapa situs
kesejarahan lain membuktikan Islam sangat toleran terhadap agama lain
(termasuk Hindu) saat Islam sudah berkembang pesat ditanah Jawa.


Dikompleks Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur misalnya, berdiri tegak Candi
Siwa Budha dengan angka tahun 1400 Saka (1478 masehi) yang kini letaknya
berada dibelakang kantor Pemda tuban.
Padahal, saat itu sudah berdiri pondok pesantren asuhan Sunan Bonang.
Pondok pesantren dan candi yang berdekatan letaknya ini dilestarikan dalam
sebuah maket kecil dari kayu tua yang kini tersimpan di Museum Kambang
Putih, Tuban.


Di Kudus, Jawa Tengah, ketika Sunan Kudus Ja'far Sodiq menyebarkan ajaran
Islam disana, ia melarang umat Islam menyembelih sapi untuk dimakan. Walau
daging sapi halal menurut Islam tetapi dilarang menyembelihnya untuk
menghormati kepercayaan umat Hindu yang memuliakan sapi.


Untuk menunjukkan rasa toleransinya kepada umat Hindu, Sunan Kudus
menambatkan sapi dihalaman masjid yang tempatnya masih dilestarikan sampai
sekarang.
Bahkan menara Masjid Kudus dibangun dengan gaya arsitektur candi Hindu.


Fakta sejarah membuktikan, bahwa umat Islam selalu memegang teguh prinsip
ajaran toleransi atau Tasamuh kepada umat lain, baik dalam keadaan kuat
ataupun lemah.
Sebagai tambahan sudahkah rekan-rekan Isneter mendengar berita yang menimpa
umat Hindu baru-baru ini yang terperangkap di Kashmir ?
(Berita lengkapnya ; Republika 26 Agustus 1996, Senin)


Dimana ratusan jemaah Hindu meninggal dan ribuan lainnya masih terperangkap
salju tebal dan hujan badai dalam perjalanannya menuju gua suci Amarnath
yang diyakini sebagai tempat tinggal Dewa Shiwa diwilayah Himalaya.
Operasi penyelamatan tidak hanya dilakukan oleh para Angkatan Darat dan
Udara India saja, tetapi juga dilakukan secara suka rela oleh Kaum Muslimin
yang tinggal disekitar daerah tersebut.


Bayangkan .... Setelah selama ini keadaan kaum Muslimin India senantiasa
diteror oleh umat Hindu, maka pada saat mereka kuat, malah membantu penganut
Hindu yang jelas-jelas berada dalam kesulitan.
Terus juga adanya jaminan dari pihak gerilyawan Kahmir tidak akan melarang
atau menyerang warga Hindu berziarah kegoa Amarnath.
Betapa mulianya agama Islam ini sebenarnya.


Sejarah telah pula membuktikan banyaknya cerita-cerita yang serupa yang
terjadi pada masa-masa kejayaan Islam dijazirah Arabia, baik itu pada
pemerintahan Rasulullah Muhammad Saw maupun pemerintahan khalifah-khalifah
penggantinya.


Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Armansyah (arman@plg.mega.net.id)

*************************
Created at 2:59 AM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

December 2004[x] January 2005[x] October 2005[x]