IBU-IBU TELADAN DALAM ISLAM ( 4 ) | Saturday, January 15, 2005
Ummu Aiman, Pengasuh Rasulullah SAW
Adakalanya anak yatim mendapatkan ganti pada selain ibunya,
berupa kasih sayang dan pemeliharaan, sebagaimana dilakukan oleh
Ummu Aiman. Berikut ini adalah kisahnya dari awal hingga akhir.
Ketika itu penduduk Mekkah sedang merayakan kemenangan
terhadap tentara Gajah, sementara Aminah binti Wahb lebih suka
mengasingkan diri dan tinggal sendirian. Dia ingin berbahagia dengan
janin yang dirasakannya dalam kandungan. Akan tetapi, dia segera
teringat suaminya yang tidak ikut merasakan kebahagiaan dengan
kenikmatan tersebut.
Akan tetapi, cahaya yang dilihatnya telah memenuhi seluruh
anggota tubuhnya berupa pancaran, kejernihan serta kebahagiaan
dan membuat dia lupa akan penderitaan yang dialaminya. Allah SWT
telah menimbulkan simpati di dalam hati orang-orang yang dipenuhi
cinta dan kasih sayang terhadap anak yatim yang kemudian dilahirkan
Aminah itu.
Oleh karena itu, sahaya perempuan dari Habasyah yang telah
diwarisi anak yatim dari ayahnya yang telah tiada, begitu melihatnya,
Allah memasukkan rasa cinta dan kasih sayang ke dalam hatinya kepada
anak yatim itu, sehingga dia menyukainya. Maka, sahaya itu mengasuh
dan menyayangi serta mengutamakannya dengan tambahan cinta dan keba-
jikan serta kasih sayang yang biasa memenuhi hati para ibu. Hal itu
berlangsung hingga datang wanita yang menyusuinya ke Mekkah, lalu
mengambil anak yatim itu (Nabi Muhammad SAW) dari asuhannya dan asuhan
ibunya, kemudian membawanya ke dusun. Ummu Aiman bersabar atas keper-
gian dan perpisahan ini.
Setelah itu, bayi yang sudah mulai tumbuh itu kembali dari
dusun ke Mekkah, kepada ibu dan pengasuhnya untuk menikmati kasih
sayang dan pemeliharaan mereka berdua. Lalu ibu anak itu membawanya
ke Yatsrib untuk menziarahi saudara-saudara ibunya dari Bani Najjar.
Pengasuh itu ikut pula bersama mereka berdua, dan anak ini pun bisa
menikmati kasih sayang dari kedua hati yang mulia itu.
Setelah ibu dan anak itu berziarah ke makam ayah anak yatim
itu, dia pun kembali bersama kedua ibunya yang mulia ke kampung hala-
mannya, Mekkah. Akan tetapi, belum begitu jauh anak itu dari Yatsrib,
sang ibu jatuh sakit, sebagaimana yang dulu menimpa ayahnya sebelum
sampai ke Mekkah. Tatkala anak itu tiba di Abwa', datanglah kematian
merenggut ibunya, sebagaimana ia telah merenggut ayahnya.
Maka anak itu menjadi yatim piatu sebagaimana dikehendaki
Allah. Dia telah kehilangan ibu dan ayahnya. Sekarang tinggallah
dia bersama pengasuhnya. Lalu dibawanya kepada kakek dan paman-paman-
nya seorang diri, dipelihara oleh hatinya yang mulia. Sejak waktu
itu, Ummu Aiman menjadi ibu dari anak itu. Dia memeliharanya ketika
bayi dan remaja hingga memasuki usia dewasa dan berkeluarga. Maka
Muhammad SAW membebaskan dan mengembalikan haknya yang penuh dalam
kehidupan yang mulia.
Ummu Aiman menikah dengan seorang laki-laki penduduk Yatsrib
yang bermukim di Mekkah dan mempunyai anak laki-laki yang diberi
nama Aiman. Mereka sempat pindah ke Yatsrib untuk beberapa lamanya,
tapi kemudian suaminya meninggal dan dia kembali ke Mekkah bersama-
sama dengan anaknya. Anak ini dia asuh bersama-sama dengan anak yatim
yang sangat dicintainya itu (Muhammad SAW). Nabi Muhammad SAW pun tidak
lupa terhadap ibu angkatnya ini, sehingga Nabi SAW mengungkapkan
perasaannya terhadap Ummu Aiman dengan perkataan kesetiaan :
"Sesungguhnya dia (Ummu Aiman) adalah sisa dari keluargaku." [dari
Al-Waqidi, sebagaimana disebutkan dalam Al-Ishaabah].
Nabi SAW sangat berharap agar Ummu Aiman hidup dengan senang.
Maka beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya : "Barangsiapa ingin
kawin dengan wanita calon penghuni surga, hendaklah dia kawin dengan
Ummu Aiman." [Siyar A'laamin Nubala', juz 2, halaman 159] Maka segeralah
bekas sahaya beliau, Zaid, mengawini Ummu Aiman.
Ummu Aiman hijrah dari Mekkah ke Medinah untuk menyusul orang
yang paling dicintainya (Nabi SAW). Tiada yang menghiburnya di jalan
kecuali imannya. Dia tiba di Medinah dan bertemu dengan anak-anaknya
yang menyambut dan menyayanginya. Dia habiskan hari-harinya bersama
Nabi SAW di Madinah dan nyaris tidak pernah meninggalkannya.
Dalam perang Uhud, dia mengedarkan air dan memberi minum
orang-orang yang terluka serta yang mengalami kepayahan. Ummu Aiman
juga ikut dalam perang Khaibar bersama anaknya, menolong kaum
Muslimin dan merawat mereka dengan kasih sayang.
Tatkala Nabi SAW kembali kepada Penciptanya, Ummu Aiman
menangis atas terputusnya wahyu sebab kewafatan Nabi SAW itu.
Ummu Aiman juga menyaksikan kematian Umar r.a. dan mengucapkan
perkataan :"Sekarang Islam menjadi lemah." Di awal pemerintahan
Utsman r.a., Ummu Aiman menghadap Tuhannya dalam keadaan ridho
dan diridhoi.
Inilah dia, Ummu Aiman, bekas sahaya Rasulullah SAW dan
pengasuhnya yang diwarisi dari ayahnya, lalu Nabi SAW membebaskannya
ketika beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid. Dia menikah
dengan Ubaid bin Zaid dan melahirkan anak bernama Aiman. Aiman
menjadi sahabat Nabi SAW dan terbunuh pada perang Hunain. Zaid bin
Haritsah adalah bekas sahaya Khadijah binti Khuwailid yang diberikan
kepada Rasulullah SAW lalu dibebaskan dan dinikahkannya dengan Ummu
Aiman setelah beliau menjadi Nabi. Ummu Aiman lalu melahirkan Usamah
bin Zaid. Ummu Aiman hijrah dua kali dan meriwayatkan lima hadits
dari Nabi SAW. [Thabaqat Ibnu Sa'ad, Taarikh Ath-Thabari, Shahih
Bukhari dan Al-Ishaabah oleh Ibnu Hajar]
************
*************************
Created at 9:31 AM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] October 2005[x]
|
|