Malaikat | Thursday, December 23, 2004
Penulis : Rudy Harahap
Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia (QS 12:31) Seorang bocah, yang mulai asyik mengembarakan pikirannya ke dunia luar, bertanya: Siapakah malaikat itu? Sang ayah, yang dibesarkan dengan nilai-nilai tradisi agama, seketika tergagap. Bukankah nilai tradisi agama tidak menganjurkan mempertanyakan keberadaan yang gaib? Seperti Allah, para malaikat-Nya pun sulit dicerna, jika semata-mata bertumpu pada rasionalitas. Tak mengherankan, malaikat menjadi salah satu rukun iman, bagi seorang Muslim. Kendati bersifat gaib (tidak dapat dilihat), seorang Muslim mesti mempercayai keberadaan malaikat sebagai bentuk kemahakuasaan Allah. Mempercayai berarti pengakuan yang lebih bertumpu pada keyakinan hati daripada rasio.
Tanpa kepercayaan seperti itu, iman seseorang tercederai. ''Daddy, jawablah!'' Sang anak kini mengugut,''Donny kok tak pernah berjumpa dengan malaikat?'' Tapi, siapa dapat membantu seorang ayah yang diugut anak masa kini yang terbiasa bebas mengutarakan pikirannya? Para ulama memang mencoba mendefinisikan keberadaan malaikat. Malaikat, demikian definisi tersebut, merupakan makhluk halus yang diciptakan Allah dari cahaya yang dapat berbentuk dengan aneka bentuk, taat mematuhi perintah Allah dan sedikit pun tidak pernah membangkang. Hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi SAW, ''malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari api yang berkobar dan Adam (manusia) sebagaimana telah dijelakan kepada kalian''. (HR Muslim/At-Tirmidzi). Berbeda dengan manusia, mereka tidak dilengkapi dengan hawa nafsu, sehingga terhindar dari keserakahan. Agar lebih lengkap, para ayah yang terpojok pertanyaan anaknya, perlu membaca buku yang ditulis cendekiawan Muslim ternama M Quraish Shihab.
Quraish yang menguasai kandungan Alquran, berdasarkan kitab suci umat Islam itu bersama hadis Nabi SAW, mengupas keberadaaan malaikat maupun jin, iblis, dan setan di bukunya bertajuk Yang Tersembunyi. Quraish, misalkan, menguraikan alangkah banyak jumlah malaikat. Allah belaka yang mengetahui persis jumlahnya. Sebagai contoh, kita melalui pelajaran agama di sekolah, mengetahui malaikat pencabut nyawa bernama 'Izrail -- nama yang menurut Quraish tidak ditemukan di Al-Quran maupun hadis. Tapi, mungkinkah bila 'Izrail belaka yang mencabut nyawa puluhan orang pada saat bersamaan di tempat berbeda? Berasaskan Alquran dan hadis, ulama yang memiliki keluasan pengetahuan itu mengungkapkan, 'Izrail hanya semacam komandan. Banyak malaikat yang bertugas mencabut nyawa.
Di bukunya itu, Quraish pun mengisahkan, hubungkait manusia dengan malaikat. Dengan pelbagai tugas yang diamanahkan Allah ke pundak mereka, para malaikat itu sibuk menyelenggarakan tugasnya. Malaikat Jibril, misalkan, bertugas menyampaikan wahyu (Alquran) kepada Nabi Muhammad. ''Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Alquran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)'' (QS 16:102). Ada pula yang mencatat amal manusia. Kedua malaikat ini mendampingi manusia untuk mencatat amal dan dosanya. Begitupun malaikat yang menjaga manusia seperti yang tersurat di surah At-Thariq (86:1-4): Tidak satu jiwa pun melainkan ada penjaganya. Berkait dengan malaikat penjaga ini, Quraish menjelaskan, mengapa dalam musibah pesawat yang meledak masih ada penumpang yang selamat. Penumpang yang selamat ini, menurut Quraish, karena 'inayatullah (pertolongan Allah).
Allah memiliki rencana, sehingga penumpang tersebut, belum tiba ajalnya. Malaikat pemelihara ini pun ditugaskan untuk menyelamatkan penumpang tersebut. Para ulama pun sepakat bila pasukan malaikat terlibat dalam peperangan semasa Rasulullah. Di Perang Badar, misalkan, jumlah pasukan Muslim yang hanya 313 orang, tidak berbanding dengan balatentara musyrik yang mencapai seribu orang. Nabi menghadap ke kiblat, berdoa memohon pertolongan Allah, bahkan berulang-ulang melakukannya sehingga sorbannya terjatuh. Surah Al-Anfal menyebutkan firman Allah: ''Sesungguhnya Aku mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut'' (QS 8:9-10). Dengan demikian, malaikat laiknya bala tentara Allah, baik untuk menyerukan manusia kepada kebajikan maupun 'menanding' iblis dan jin.
Bila diandaikan kepada kabinet, maka para malaikat bagaikan menteri yang solid dan patuh kepada Sang Maha Memerintah. Tujuan mereka semata-mata mengemban amanah pemilik kerajaan alam semesta. Bekerja merupakan amanah yang sepenuhnya dilaksanakan. Melaksanakan amanah merupakan bahagian daripada ibadah. Maka, wahai ayah yang terpojok oleh pertanyaan anak, maklumkan si buyung: tidak sekadar menjelaskan keberadaan malaikat, tetapi 'para menteri' yang solid itu berarti juga lambang kepatuhan sekaligus menjadikan kerja sebagai amanah (ibadah). Tapi, hmmm ayah, mengapa diam-diam tersembul pertanyaan di hatimu: akankah susunan menteri di negerimu kelak dapat meniru citra malaikat?
*************************
Created at 4:34 PM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] October 2005[x]
|
|